Share

Felix And The Star Gemstone
Felix And The Star Gemstone
Penulis: Allamanda.Cathartica

|1. The Beginning

*****

Sosok anak laki-laki berambut pirang dengan netra biru yang indah tampak sedang memandang luasnya langit malam yang begitu indah dengan ribuan gemerlap bintang menghiasinya. 

Dia menumpukan tangannya pada pagar minimalis yang berada di balkon kamarnya, enggan untuk beranjak dari sana walaupun udara dingin malam itu terasa semakin menusuk tulang. 

Suara derap langkah kaki terdengar mendekat kearahnya, namun itu tak membuat dirinya mengalihkan tatapannya dari benda kecil bercahaya di langit yang saat ini menjadi pemandangan paling lebih menarik untuknya. 

"Kenapa belum tidur?" Suara itu terdengar sangat menenangkan di telinganya, apalagi ditambah dengan usapan lembut di rambutnya yang diberikan oleh pemilik suara. 

Dia menoleh kesamping dan mendapati neneknya sedang menatapnya teduh, dia tersenyum tipis lalu mengalihkan tatapannya kembali kearah langit. 

"Sedang melihat ibu," balasnya, membuat nenek yang berada di sampingnya menurunkan tangannya yang berada di kepala anak itu. 

"Felix, nenek tau perasaanmu. Tapi untuk sekarang nenek belum bisa memberitahumu," jelas nenek dengan raut khawatir tergambar jelas diwajahnya. 

Felix menghadap neneknya dan memegang pundak wanita yang sudah merawatnya sedari kecil sekaligus menggantikan peran seorang ibu yang sampai sekarang tidak ia tahu identitasnya. 

Bagaimana wajah ibunya itu pun tidak pernah sekalipun ditunjukkan kepadanya. 

"Tidak mengapa nenek, aku mengerti. Sekarang nenek kembali ke kamar saja, sudah malam."

"Tapi—" Sebelum berbicara lebih panjang lagi, Felix mendorong pelan bahu nenek menuju pintu keluar kamarnya. 

"Sudahlah, nek. Felix akan tidur juga." Dia menutup pintunya saat neneknya sudah sepenuhnya keluar, membuat wanita itu menghembuskan napas berat lalu tak lama mulai beranjak dari depan kamar sang cucu. 

Felix menyandarkan tubuhnya di pintu, sudah hampir dua belas tahun dia hidup dengan sebuah pertanyaan yang selalu bersemayam di otaknya. Dia tidak pernah mencari tahu, karena dia kecewa terhadap ibunya yang meninggalkannya begitu saja. 

Kamu tahu rasanya ingin membenci seseorang tapi selalu kalah dengan rasa cinta yang begitu besar? Ah, itu sangat tidak enak. Kuharap kalian tidak pernah merasakannya. 

Tapi entah mengapa hatinya berkata dia harus memecahkan teka-teki ini. 

Terakhir kali saat dia mengutarakan niatnya, neneknya menangis dan memeluknya erat. Seakan melarangnya untuk tidak mencari tahu. 

Sebagai anak yang cukup mengerti keadaan hanya dengan melihat raut wajah, Felix sangat mengerti bahwa ada hal buruk yang seharusnya tidak ia dekati saat itu. 

"Sebenarnya ada masalah apa?" batinnya. 

*******

"HEI ANAK PEMALAS! BANGUN KAMU!" 

Suara menggelegar beserta gedoran pintu dari luar itu sontak membuatnya terbangun dari tidur. Dengan mata setengah terpejam dia bergegas membuka pintu sebelum bibinya lebih marah lagi. 

Saat pintu terbuka, terlihat seorang wanita paruh baya sedang berkacak pinggang dan menatap galak kearahnya, membuat dia berusaha membuka matanya agar terbuka sepenuhnya. 

"Enak sekali kamu bangun siang seperti ini. Sana bersih-bersih halaman rumah!" Sentak wanita berambut keriting nan mengembang itu.

"Jangan lupa siram tanamannya juga," lanjut bibi. 

"Tidak sarapan dahulu, bi?" tanyanya polos, membuat wanita di depannya itu menurunkan tangannya yang semula berada di pinggang. 

"Salah siapa bangun kesiangan." Bibi melengos dan pergi dari hadapannya membuatnya menunduk sedih lalu kembali masuk kedalam kamarnya untuk mandi. 

Dia mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi dengan langkah lesu sambil menguap sesekali, dia sangat mengantuk sekali. Bagaimana tidak? dia baru saja terlelap jam empat pagi tadi karena mimpi buruk sialan yang selalu mengganggu tidur nyenyaknya itu. 

Felix memang sering sekali bermimpi buruk sedari kecil, sehingga membuatnya sulit tertidur di malam hari. Dahulu, biasanya kakeknya yang akan selalu menemaninya sampai bisa tertidur dengan nyenyak tanpa bermimpi buruk. Tapi sejak kakek tiada, dia tidak mengerti bagaimana caranya untuk tidur dengan tenang seperti dahulu, bagaimana cara mengatasi mimpi buruknya ini, dan terkadang dia bahkan begitu takut untuk sekedar memejamkan mata. Untung saja hari ini hari minggu. 

Dia berdecak melihat jam yang baru menunjukkan pukul tujuh pagi kala sudah keluar dari kamar mandi. Oke, sepertinya bibi memang sengaja menjahilinya agar dia tidak terus-terusan bangun siang. Dan dia melotot kaget saat menyadari kamarnya begitu berantakan dari mulai sprei yang semula sudah dirapikannya kini acak-acakan dan beberapa camilan nampak berjatuhan di lantai kamar. Hanya dengan melihat tentu ia sudah tau siapa pelakunya. 

"Bi—"

"Felix cepat turun sarapan! Kalau satu menit lagi belum turun kamu tidak dapat sarapan!"

Baru saja ingin berteriak marah karena dia kehilangan kesempatan tidur berharganya serta kamarnya menjadi kacau, bibi sudah memotong kalimatnya membuatnya bergegas turun dari kamarnya dengan langkah secepat kilat hingga dia terpleset di tangga paling bawah karena licin. 

Bukannya meringis kesakitan karena pantatnya sudah sakit bukan main, dia justru malah melongo tak percaya karena didepannya ada bibi dan neneknya tersenyum kearahnya sembari membawa kue ditangan mereka, dilengkapi juga dengan anak kecil yang baru berumur tiga tahunan memutari badannya sambil melempar-lemparkan tepung kearahnya sambil tertawa kecil.

"Selamat ulang tahun Felix!" seru nenek dan bibinya bersamaan. Sedangkan dia yang masih dengan posisi yang sama hanya mengerjapkan matanya bingung, sebenarnya dia terlalu banyak pikiran atau bagaimana sampai tidak ingat sama sekali jika hari ini adalah hari peringatan kelahirannya yang ke tiga belas. 

"Selamat ulang tahun, kakak," ucap bocah kecil itu saat berhenti di depannya sambil membelai pipinya dengan tangan kecilnya itu. Tindakan itu sukses membuat Felix gemas sendiri, tanpa pikir panjang dia langsung berdiri dan menggendong bocah itu. 

Itu adalah Scarlett, anak perempuan dari bibi yang sekarang tinggal dengannya. 

"Terima kasih, anak cantik," ujarnya sembari mencubit pelan hidung bocah itu.

"Maaf karena kami baru sempat memberimu kejutan pagi ini, sekarang ayo tiup lilinnya," perintah nenek, dia menghampiri bibi dan neneknya yang membawa kue masih dengan posisi menggendong Scarlett, sebelum bibi mengambil alih Scarlett dari gendongannya. 

Felix mengepalkan tangannya meminta permohonan kepada Tuhan sebelum meniup lilin. Jangan tanyakan apa permohonannya, sudah tentu tentang ibunya yang tak kunjung dipertemukan oleh Tuhan dengannya. 

Dia meniup lilinnya saat sudah selesai berdo'a, dihadiahi tepuk tangan kecil dari Scarlett. 

"Kamu tahun ini mau hadiah apa?" tanya nenek kepadanya. 

"Felix ingin nenek menceritakan tentang ibu," balasnya, membuat kedua orang dewasa itu seketika tertegun lalu saling bertatapan sesaat. 

Nenek menghembuskan napasnya pelan, lalu menuntun Felix untuk duduk di bangku meja makan. Nenek mengambil tangan kirinya dan menggenggamnya. 

"Baca pikiran nenek Felix, kamu akan menemukan jawabannya setelah itu," ucap nenek membuat dia mengerutkan alisnya bingung. Maksudnya? Memangnya dia cenayang apa bagaimana? 

"Kamu bisa, coba lihat mata nenek." Bibinya menyahut dari sampingnya membuat Felix menatapnya. Sekali lagi dia memandang kearah nenek dengan ragu tapi dibalas anggukkan oleh wanita itu.

Netra birunya menatap netra karamel yang kelam milik sang nenek. Tak lama sekelebat ingatan mulai nampak dimatanya, seperti sebuah kaset lama yang diputar kembali. 

Disana terlihat seorang wanita cantik—ralat cantik sekali dengan sayap putih dan telinga runcing, tampak sedang dikejar oleh segerombolan lebah raksasa yang sangat mengerikan. Wanita itu membawa bayi kecil yang sedang menangis di gendongannya. 

Terlihat cahaya biru dari tangannya yang diarahkan kepada bayi itu hingga membuat bayi itu diam, tidak menangis lagi. Tapi perlahan tubuhnya dan bayi itu mengecil, wanita cantik itu dengan gerakan cepat bersembunyi di pohon beringin besar yang berada di depan sebuah rumah satu-satunya di daerah itu. 

Setelah dilihat sudah tidak dikejar lagi, tangannya sekali lagi melambai, membuat keduanya kembali ke bentuk semula. 

"Kau siapa?" Wanita itu menengok kearah pintu yang terbuka dengan terkejut, disana terlihat nenek dan kakek sedang berdiri diambang pintu dengan raut bingung. Wanita itu berniat kabur, namun ambruk karena sayapnya terluka. 

Nenek berlari kedalam dan mengambil sesuatu—seperti obat dari dedaunan, lalu keluar menghampiri wanita itu dan membantunya diikuti oleh kakek. Beliau mengolesi bagian sayap yang terluka dengan obat yang dia bawa tadi.

Terdengar suara tangisan dari bayi yang berada di gendongan wanita itu membuat nenek ingin mengambil alih dari gendongan wanita itu tapi diurungkan. 

"Boleh aku meminta tolong kepada kalian berdua?" ucap wanita itu mulai membuka suara. 

"Meminta tolong apa?" tanya kakek. 

Wanita itu menatap kakek, "tolong jaga anakku."

Kakek dan nenek langsung tercengang ditempat, "m-memangnya ada masalah apa?" Tanya nenek. 

"Dia akan selalu berada dalam bahaya jika terus bersamaku." Wanita itu menatap anaknya sendu lalu kembali menatap nenek dan kakek. 

"Aku tahu kalian menginginkan anak laki-laki," ujar wanita itu dengan senyuman walau matanya sudah berkaca-kaca. 

Wanita itu menyerahkan bayinya kepada nenek. 

"Namanya Felix, tolong jaga dia seperti kalian menjaga anak kalian sendiri." Dia mengusap rambut anaknya pelan, sembari menitikkan air mata. 

"Jangan beri tahu dia tentang aku sampai dia cukup umur," wanita itu mencium pucuk kepala anak laki-lakinya lama. 

Mata Felix mengerjap, dia seakan ditarik kembali ke dunia nyata. Dadanya bergemuruh hebat, dia hampir jatuh dari kursi jika tidak ditahan oleh bibi. 

Felix memegangi dadanya sambil menatap lantai nanar. Nenek memegang pundaknya, "dia tidak membuangmu tapi menyelamatkanmu."

"Jadi ibuku itu bukan manusia?" tanyanya. 

"Bukan, ibumu seorang peri."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status