Share

Seorang yang Baik

Huang melangkah mondar-mandir di dermaga kayu itu. Sesekali, dia memandang ke arah belakang, arah hutan rindang di tepi pantai, lalu beralih memandangi sang rembulan yang telah berada di titik tertingginya.

“Oh, demi para Dewa-Dewi di Istana Langit,” ucapnya dengan raut wajah setengah kesal, “apakah mereka jadi berangkat atau kita harus menunggu lagi sampai esok hari?”

Feng membuka matanya dan tersenyum tipis. Dia sedang duduk tenang di satu bangku kayu di samping satu-satunya bangunan tak bersekat di dermaga tersebut.

“Sabarlah, Adik Huang,” balasnya dengan lembut. “Kegelisahanmu tidak akan mengantarkan kita lebih jauh lagi daripada sekarang.”

“Atau mungkin orang-orang di sore tadi itu berbohong pada kita?” Huang bertolak pinggang sembari memandang ke arah laut, lalu berpaling pada sang kekasih. “Berengsek!”

“Tidak,” Feng menghela napas lebih dalam. “Kurasa tidak ada alasan bagi mereka untuk membohongi kita. Lagi pula, kita dan mereka tidak saling mengenal.”

Kapal bertiang satu itu m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status