Qiang begitu terkejut saat menemukan adiknya terkapar diatas tanah yang kasar dan dingin dihalaman belakang kediaman mereka. Ia lantas segera mengangkat adik bungsunya dan membawanya menuju pavilium barat dan menidurkan kembali adiknya di atas peraduannya yang hangat.
Qiang tidak habis pikir, mengapa adiknya bisa berada disana. Seingat Qiang, ia sudah mengecek halaman belakang berulang kali, namun keberadaan adiknya tak ia temukan. Qiang tak tahu berapa lama ia meninggalkan kediaman keluarga Feng sampai tak jika mungkin saja ada persembunyian baru dihalaman belakang kediaman mereka.
Awalnya Qiang tadinya hanya hendak mengambil kudanya yang berada dihalaman belakang kediaman guna memperluas pencarian adiknya di ibukota MingQi, tapi siapa yang menyangka, ia menemukan adiknya dalam keadaan tak sadarkan diri diatas jalan setapak halaman bekalang kediaman mereka.
Sepanjang perjalanan menuju pavilium Lan yang berada di bagian barat dari pavilium utama, Qiang lebih banyak diam. Pikirannya berkelana jauh memikirkan masalah - masalah yang berturut - turut menghampiri adiknya dalam sehari. Biasanya Ai tidak akan menghilang sebanyak dua kali dalam satu hari, Ai biasa hilang dari pengawasan dan penjagaan mereka ketika ia keluar kediaman namun tidak terulang hingga dua kali.
Ai memang sering menghilang dan berujung pulang membawa luka, namun rentan kejadian itu selalu memiliki jarak yang lumayan jauh dan lama.
Sudah tiga bulan berlalu sejak kejadiam dimana Ai menghilang bertepatan dengan penculikan putra mahkota Rui yang menggemparkan ibukota MingQi di malam penyambutan dan perjamuan akan keberhasilan para petinggi militer dan prajurit dalam merebut wilayah selatan melawan kerajaan YongXi. Sejak kejadian itu, sudah terhitung 5 kali Ai selalu dibanyang - bayangi mara bahaya yang mengancam nyawanya.
Bulan pertama dan kedua, terhitung Ai pulang dengan tubuh penuh luka dua kali dalam satu bulan, namun bulan ketiga kali ini nampaknya para penjahat yang melihat Ai sebagai saksi mata penculikan tersebut sudah sangat ingin melenyapkan Ai untuk menutupi kejahatan mereka.
Mungkin mereka cemas jika Ai membongkar kejahatan mereka sehingga mereka ingin melenyapkan adiknya, atau mungkin mereka dilanda pertarungan batin dimana tingkat keselamatan dan kematian putra mahkota Rui masih menjadi ketakutan terbesar untuk mereka sebab sampai saat ini putra mahkota Rui belum di temukan dalam keadaan hidup ataupun dalam keadaan mati. Mungkin hal itulah yang membuat mereka cewas, khawatir dan ketakutan sehingga meneror adiknya yang lemah tak berdaya dalam ketakutan dan celaka.
Memikirkan hal itu jelas membuat Qiang marah, mungkin ada baiknya jika ia memilih menjadi pejabat pemerintah kantor militer saja dibandingkan harus meninggalkan adiknya bersama ibunya dikediaman Feng yang kini telah dirasa tidak aman lagi. Bahaya bisa saja menyerang kedua wanita yang sangat ia cintai dan sayangi sewaktu - waktu ketika ia dan ayahnya melaksanakan tugas diperbatasan.
Mungkin tidak ada salahnya jika ia mendiskusikan hal tersebut kepada ayahnya terlebih dahulu demi mempertimbangkan keselamatan orang- orang yang sangat Qiang cintai dan sayangi, ia sama sekali tidak keberatan jika pada akhirnya harus mengorbankan pekerjaan impiannya selama ini.
Di lain tempat, tepatnya di atas sebuah peraduan, Ai nampak gelisah dalam tidurnya. Keringat dingin terus membasahi pelipisnya, ia terus mengingau mengumamkan kata 'Tidak!' berulang kali hingga membuat tiga orang yang menemaninya di kamar miliknya begitu khawatir dengan keadaan Ai yang nampaknya sedang bermimpi buruk.
Mereka tidak tahu apa saja yang Ai lalui ketika mereka mendapat tugas dan perintah menjaga perbatasan dari serangan para musuh. Namun malam ini nampaknya mereka merasa terpukul dan bersalah meninggalkan Ai dalam asuhan dan pengawasan para pelayan yang sama sekali tak memberi mereka jaminan Ai baik-baik saja dilihat dari kondisinya yang saat ini membuat dada Huang Fan Hua sesak.
Huang Fan Hua yang merupakan wanita yang melahirkan gadis rapuh dan malang yang kini terbaring diatas peraduan tersebut nampak tak tega menyaksikan putrinya nampak tersiksa dengan mimpi buruk yang ia alami. Wanita yang usianya telah memasuki kepala tiga itu lantas menghampiri putrinya dan mengusap peluh dan keringat yang semakin deras keluar dari setiap pori - pori kulit putri kesayangannya.
Hua terus membisikan kalimat - kalimat penenang tepat di telinga putrinya, ia dengan begitu lembut membelai kepala putrinya yang juga telah basah oleh keringat dan terus berbisik dan berkata "Tenanglah Ai. Ibunda, ayahanda dan gegemu disini bersamamu. Kau jangan khawatir, sekarang tenanglah nak. Kami bersamamu sayang"
Seperti sebuah mantra ajaib, setelah mendengar bisikan dari ibundanya, Ai nampak lebih tenang. Nafasnya tidak lagi memburu hebat, kini ia mulai bernafas dengan teratur dan tubuhnya tidak lagi segelisah sebelumnya.
Setelah merasa putrinya telah tenang, Hua menghampiri jendral Holing dan Qiang yang duduk di kursi yang berada di tengah ruangan. Hua menatap kedua pria kesayangannya itu dengan mata yang memincing tajam menuntu sebuah penjelasan dari dua pria beda usia di hadapannya kini.
Hua yang biasanya nampak anggun dan lembut di hadapan para nyonya-nyonya bangsawan kini mulai menunjukan sisi tegasnya, sebagai putri dari mantan seorang jendral, Hua tahu ada yang tidak beres tengah terjadi akhir-akhir ini dan semua itu selalu saja putri kesayangannya alami.
"Katakan, diantara tuan atau Qiang'er, siapa yang ingin lebih dulu menjelaskan situasi yang Ai hadapi?" Tanya Hua
"Kalian jangan diam saja, aku bukan orang bodoh yang tidak tahu putrinya selalu mendapat mara bahaya serta celaka. Sekarang katakan, masalah apa yang membuat Ai terus menerus seperti ini?" Desak Hua yang membuat Qiang menunduk dalam sedangkan jendral Holing membuang muka karena tak ingin bersitatap dengan tatapan tajam istrinya yang nampak menakutkan.
"Jika tuan dan Qiang'er tak mau bicara, biar aku cari sendiri masalah dan penyebab apa yang membuat putriku selalu dalam bahaya!" Ancam Hua sungguh - sungguh.
.
.
.
"Kau kembali kemasa lalu karena keinginan terbesar hatimu sendiri"
Kalimat itu terus terngiang - ngiang dan terus berputar seperti kaset rusak dalam pikirannya, kalimat itu terus saja mengganggu dan mengusik tidur lelapnya.
Ia tak tahu, keinginan terbesar dalam hidupnya adalah kembali mengulang kehidupan di masalalu dimana jiwa rengkarnasi dan hatinya masih sulit melupakan setiap kenangan yang terekam dan tersimpan dengan begitu apik dalam memori ingatannya sebelum ia kembali hidup dikehidupan selanjutnya.
Ai tak tahu, mengapa keinginan terbesarnya adalah hidup kembali dimasa yang beratus - ratus tahun telah berlalu, dibandingkan hidup dimasa depan dimana semua yang ia inginkan akan selalu ia dapatkan kecuali kebahagiaan dan kasih sayang dari keluarganya.
Dalam tidurnya Ai terus memikirkan apa alasan khusus ia begitu ingin berada dimasa lalu, walaupun takdir sudah mengatakan tak ada alasan khusus keberadaannya kembali di dinasti Ming kerajaan MingQi. Namun tetap saja Ai sangat sulit menerima kenyataan bahwa keberadaannya disini murni karena keinginannya sendiri.
Ingatan masa lalu yang diberikan sang penguasa dimensi, ruang dan waktu sama sekali tak membantu banyak. Ia hanya mengingat ingatan-ingatan dasar seperti nama kekuarga, tempat yang pernah ia kunjungi, sekolah tempat ia menimba ilmu, orang - orang yang pernah ia temui, kejadian - kejadian yang tidak begitu penting yang pernah ia lalui.
Hanya saja di antara banyaknya ingatan yang ia miliki, hanya satu ingatan yang Ai rasa sangat tak asing. Di ingatannya, ia pernah menyaksikan sebuah kejahatan yang mana pada akhirnya ia berhasil membantu orang tersebut selamat, namun setelah semua itu, perlahan hidupnya yang tenang mulai berubah sejak ia menyelamatkan orang tersebut.
Kehidupan Ai selalu dibayangi oleh orang - orang yang ingin mencelakai dan membahayakan nyawanya, entah karena alasan apa, yang Ai tahu mungkin itu semua ada hubungannya dengan orang yang pernah ia selamatkan.
Merasa bahwa melanjutkan tidur akan berakhir percuma dengan pikiran yang terus berkecamuk dalam kepala yang terus mengusik dan mengusir lelahnya secara paksa, Ai memilih bangun dan mendudukan dirinya di atas peraduan tak lupa memberi bantal di belakang punggungnya agar ia mampu bersandar di kepala peraduannya.
Ai menatap sekelilingnya, nuansa kayu yang bercampur ukiran - ukiran rumit khas perumahan tradisional jaman dahulu sangat kental dan terasa sangat hidup di kamar yang kini telah resmi menjadi miliknya.
Walaupun sangat berbeda jauh dengan kamarnya yang dua kali lebih besar di masa depan, Ai tak mampu menyuarakan ketidak sukaannya karena hal tersebut. Sebab kini ia bukan lagi Feng Ru Ai di masa depan dengan segala kemewahan yang ia miliki, melainkan kini ia telah menjadi Feng Ru Ai di masa lalu, putri dari seorang jendral besar yang dihormati dan di segani.
Mungkin akan sulit beradaptasi dengan suasana masalalu yang masih begitu kental dengan budaya dan peraturannya yang ketat, namun Ai tidak memiliki pilihan lain selain menerima takdir dan keinginan terbesar hatinya yang menjebaknya dimasa lalu untuk selama - lamanya.
Disaat semua orang masih dilanda keterkejutan akan sosok putra mahkota Rui, hanya Ai yang menatap pemuda itu dengan tatapan dalam. Ada perasaan lega yang ia rasakan saat pemuda itu akhirnya kembali ketempatnya semula.Saat Ai sibuk menatap putra mahkota Rui, tiba - tiba pemuda itu menoleh dan tatapan mereka bertemu. Seakan terhipnotis, Ai merasakan tatapan mereka seakan terkunci. Entah hanya perasaannya saja, ia melihat ada sebuah kerinduan mendalam dari pancaran mata putra mahkota Rui saat menatapnya.Ai segera saja mengerjap dan membuang muka. Jantungnya berdebar sangat kencang. Bahkan ia dengan jelas dapat mendengar jantungnya berdetak tidak normal dan tidak berirama seperti biasanya. Ai memegang kedua pipinya yang terasa panas dengan kedua tangannya. Perilaku kecilnya itu nampak sangat menggemaskan terlebih lagi saat ini kedua pipinya nampak merona merah dimata para pemuda yang terus saja menperhatikan gerak gerik Ai sejak pertama kali m
Satu jam telah berlalu. Namun keluarga kerajaan belum juga menghadiri upacara penobatan. Entah apa yang sedang terjadi. Yang jelas saat ini Ai mulai merutuki keluarga kerajaan dalam hatinya karena mereka, ia harus terperangkap dalam suasana membosankan dan menyebalkan seperti ini.Beberapa kali Ai menguap, beberapa kali pula ia mengucek matanya dan berusaha untuk tetap terjaga. Jika saja tempat duduk Ayahnya bukan di barisan paling depan, mungkin saja Ai sudah tertidur. Namun, setelah ia terperangkap dan kembali ke masa lalu. Ai diam - diam mempelajari sopan santun dan segala hal yang berkaitan dengan nona muda bangsawa termasuk belajar 4 seni tanpa sepengetahuan siapapun. Walaupun Ai cukup pandai dalam seni kaligrafi, tapi di MingQi nona muda bangsawan harus pintar setidaknya 2 dari 4 seni. Selain nona muda bagsawan harus pandai 2 seni, mereka juga harus pandai mengurus keuangan sehingga kelak ketika mereka menikah dengan seorang tuan muda dari golongan bangsaw
Hari berlalu dengan begitu cepat. Hari penobatan pun akhirnya datang. Selama beberapa hari terakhir, pangeran Rong merasakan jantungnya hampir meledak saking gugupnya menyambut hari dimana ia akan menaiki kedudukan tertinggi di MingQi.Tak ada lagi yang akan memandangnya dengan tatapan remeh dan merendah, tak ada lagi yang berani menghujat dan memakinya karena posisinya. Bahkan sekarang ia yakin, akan semakin banyak nona muda yang berambisi memiliki harta dan kekuasaan yang gencar mendekati dan menggodanya. Namun saat ini hanya ada satu nona muda yang berhasil masuk dalam pandangan pangeran Rong. Nona muda yang selalu mengusik pikiran dan ketenangannya hingga sisi liar dan kejamnya mulai nampak dipermukaan."Feng Ru Ai"Pangeran Rong mengumamkan nama nona muda yang selama ini mengganggu dan mengusik ketenangannya. Mengingat bagaimana pertemuan mereka dan bagaimana putri jendral Holing itu mengacuhkan bahkan menolaknya me
Para mentri dan pejabat pemerintah jelas terkejut dengan perkataan kaisar Wei. Bagaimana kaisar Wei yang di kenal sebagai kaisar keras kepala, dingin dan kejam secara bersamaan itu menerima permohonan mereka. Padahal mereka tau jelas jika kaisar Wei bukanlah orang bodoh yang tak menangkap maksud dari desakan dan permohonan mereka setiap waktu."Yang mulia, apakah anda sedang lelah, atau anda sedang sakit. Mengapa anda kini menyetujui permintaan kami?" Tanya seorang perdana mentri yang nampak curiga dengan persetujuan kaisar Wei."Mengapa kau bertanya seperti itu? Bukankah kalian yang mendesak Zhen untuk turun dari takhta? Lalu apa lagi sekarang? Mengapa kalian selalu saja curiga, mengeluh bahkan protes pada Zhen. Padahal Zhen bahkan sudah mengikuti permintaan kalian!""Apakah tidak cukup jika Zhen akhirnya memilih mundur? Mengapa kalian tetap saja curiga pada kaisar tua ini? Apakah tidak cukup dengan pengunduran diri Zhe
Pintu utama pavilium Lan terbuka, perlahan sosok Ai berbalut hanfu berwarna pastel dengan mantel bulu rubah coklat melangkah keluar.Walaupun langit siang ini nampak cerah, namun hawa dingin musim salju mulai menyapa dan menyapu permukaan kulit sehingga menghantarkan rasa dingin yang menusuk hingga tulang. Bersyukur Ai terdampar dan terperangkap dalam masa lalu di dalam keluarga yang berkecukupan, hidupnya jelas tidaklah jauh beda dengan kehidupannya di masa depan dimana semua keperluan dan kebutuhannya dapat di penuhi dengan mudah.Ai tak mampu membayangkan jika ia kembali ke masa lalu dalam keadaan tak bercukupan. Walaupun ia selalu dituntut untuk mandiri di masa depan, melihat kondisi di masa lalu yang jelas sangat jauh berbeda. Angka kemiskinan di ibukota MingQi yang masih terbilang sangat besar sangat banding terbalik dengan angka kemiskinan dan pengangguran di masa depan.Jika ia terlahir dari keluarga tak bercukup
Langit dan matahari cerah menyapa ibukota MingQi dan seluruh wilayah kekuasaan kerjaan MingQi. Para penduduk ibukota MingQi maupun para penghuni kerajaan MingQi dari berbagai golongan dan kasta mulai melakukan aktivitas mereka masing - masing.Suasana ibukota maupun dalam kerajaan MingQi kini nampak hidup dengan segala aktivitas. Terlepas dari suasana yang nampak hidup ditemani langit dan matahari yang bersinar cerah. Di aula utama kerajaan MingQi, suasana malah sebaliknya dari apa yang nampak diluar.Dingin yang menusuk hingga tulang belulang, tatapan tajam dari mata elang yang mampu mengoyahkan pertahanan, aura membunuh dan kekejaman yang sangat mengintimidasi hingga para mentri dan pejabat yang berada diruangan tak mampu bernafas dengan kasar dan leluasa.Setelah mengemukakan permohonan mereka mengenai kekuasaan tertinggi kerajaan yang menjurus pada 'penggulingan' dan rencana kudeta yang sejak beberapa bulan lalu perm
"Aku tidak bertanya padamu. Aku bertanya pada diriku sendiri!" Kata Guang ketus saking kesalnya dengan Di Yu.Sejak awal Guang berpikir jika Di Yu sangat mengesalkan. Mulai hari dimana Guang menunggu Di Yu hingga malam dan berjam - jam di depan gerbang masuk istana MingQi yang membuat Guang kesal setengah mati karena keterlambatan Di Yu yang membuat Guang kesemutan karena kelamaan berdiri ataupun duduk, serta dimana Guang harus digigit oleh nyamuk - nyamuk nakal yang semakin membuat kekesalan Guang bertambah kala itu.Sejak saat itu, Guang tidak terlalu menaruh hormat ataupun ramah tama pada Di Yu yang sejak hari pertama ia memasuki keluarga Feng atau hari pertama ia bertemu dengan Guang di depan gerbang masuk istana. Jika Guang bersama Di Yu, tidak ada hari tanpa kata atau jawaban Di Yu yang mengesalkan. Jika Guang terus bekerja dengan Di Yu, Guang yakin umurnya akan cepat menua 10 tahun karena kesal ataupun karena menahan amarah.
Di lantai dua kedai mie yang ada di ibukota MingQi, pangeran Rong masih saja menampilkan raut wajah kesal. Yu Su yang melihat hal itu hanya mampu menghela nafas berat. Yu Su tidak tahu mengapa sahabatnya itu begitu terobsesi dengan nona muda dari keluarga Feng. Padahal jika sahabatnya itu ingin, ada banyak nona muda dari keluarga bangsawan lainnya yang akan melempar diri mereka dengan suka rela tanpa harus membuat sahabatnya itu membuang - buang tenaganya.Entah apa yang pangeran Rong lihat sehingga ia begitu tertarik dengan nona muda Feng, sejauh ini Yu Su belum melihat hal menarik apapun dari nona muda Feng kecuali sikap lancang dan beraninya."Rong, sampai kapan kau akan seperti itu?" Tegur Yu SuPangeran Rong seakan tak peduli dengan teguran sahabatnya. Egonya sebagai seorang laki - laki terluka dengan sikap putri jendral besar Holing. Mengapa? Mengapa Ai sama sekali tidak tertarik ataupun terpesona dengan wajah tamp
Di manor pangeran Rong, permaisuri Lien mengadakan pertemuan dengan para pendukung pangeran Rong sore ini. Walaupun pertemuan mereka tanpa kehadiran pangeran Rong, permaisuri Lien dapat mengatasi mereka dengan baik.Tujuan pertemuan mereka sore ini adalah karena keinginan permaisuri Lien yang meminta, menghasut bahkan merayu para pendukung pangeran Rong untuk mendesak kaisar Wei segera turun takhta dan mewariskan kekuasaan, takhta dan pemerintahan kerajaan MingQi kepada kandidat calon penerus yang akan mengantikan kaisar Wei dan tentu saja saat ini hanya satu orang yang merupakan kandidat calon penurus yang menempati posisi kuat dan layak. Terlebih lagi saat ini tak adanya saingan jelas akan memudahkan pangeran Rong yang merupakan kandidat calon penerus satu - satunya yang akan menaiki takhta.Baik permaisuri Lien maupun para pejabat yang menjadi pendukung pangeran Rong sangat yakin jika pangeran Rong dapat menduduki singgasana dan menjadi k