Share

Bab 7

Penulis: Baekhyun_G
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-27 12:35:35

Seorang wanita awal usia 40an yang masih nampak cantik dengan balutan baju kebesaran seorang permaisuri terus saja hilir mudik di depan seorang pemuda berusia 24 tahun yang mulai nampak jengah menyaksikan wanita yang melahirkannya terus mondar mandir dihadapannya.

"Ibu, tidak bisakah ibunda tenang?" Tanya pemuda itu

"Bagaimana ibunda bisa tenang? Pembunuh bayaran itu sama sekali tidak becus menjalankan tugas dan perintah Ben gong!" Geram permaisuri kedua Mu Li Lien

Pemuda yang duduk dihadapannya menampilkan raut wajah tenang, ia tahu apa yang membuat ibundanya begitu sangat marah dan ketakutan disaat yang bersamaan. Semua itu tidak jauh dari masalah adiknya, putra mahkota Rui yang sampai saat ini identitasnya masih di pertanyakan.

Tiga bulan telah berlalu semenjak insiden penculikan dan pembunuhan yang direncanakan oleh ibundanya, selama tiga bulan itu pula adiknya itu dinyatakan hilang tepat saat malam pesta jamuan dan penyambutan untuk para petinggi perang dan prajurit yang menenangkan wilayah selatan setelah memperebutkan tanah yang akan memperluas wilayah kerajaan yang dimenangkan kerajaan MingQi.

Ayahandanya terus mencari putra kebanggaan yang selalu ia eluh-eluhkan dan terlalu ia manjakan karena kondisi fisiknya yang lemah dibanding dirinya pangeran pertama Ming Shi Rong ataupun adik keduanya, pangeran kedua Ming Wen Yan.

Kaisar Wei memperlakukan putra mahkota Rui berbeda dari mereka karena fisiknya yang lemah, selain itu putra mahkota Rui merupakan buah cinta kaisar Wei dengan permaisuri pertama, mendiang permaisuri Hua Ning Yue yang sampai kapanpun tak mampu terhapus atau tergantikan dihati kaisar Wei.

Sebagai anak pertama yang lahir dari permaisuri kedua, pangeran Rong jelas merasa cemburu dan juga iri dengan kasih sayang yang di dapatkan putra mahkota Rui yang sangat berbeda dengan kasih sayang yang ia dapatkan dari kaisar Wei.

Namun sekarang pangeran Rong tidak peduli lagi dengan kasih sayang kaisar Wei yang nampak membeda - bedakan mereka. Sebab saat ini pangeran Rong hanya ingin fokus dengan perebutan kursi tahta kekaisaran terlebih lagi saat ini sang pewaris sah masih diragukan keselamatannya. Entah ia masih bernyawa atau kini sudah tinggal tulang belulangnya saja.

"Apa yang ibunda khawatirkan? Ibunda yakin Rui akan tetap selamat? Ini sudah tiga bulan waktu berlalu, ayahanda bahkan tak menurunkan pencarian namun sampai saat ini masih belum menemukan hasil" kata pangeran Rong tenang "jika mereka tak menemukan keadaan Rui dalam keadaan hidup, mungkin saja Rui telah mati dan tinggal seonggok tulang belulang yang telah dimangsa binatang buas" tambah pangeran Rong berusaha menghilangkan keraguan dan membuka sudut pandang ibundanya untuk memikirkan kemungkinan rencana mereka berjalan lancar dilihat dari banyaknya waktu berlalu dan keberadaan sang pewaris tahta sampai saat ini belum ditemukan. Ia seakan hilang, hilang ditelan waktu dan bumi tanpa meninggalkan jejak apapun.

"Biarpun demikian, para pembunuh itu juga tak berhasil melenyapkan nona muda kediaman Feng!" Bantah permaisuri Lien.

"Untuk apa kita melenyapkan nona muda kediaman Feng, nona muda kediaman Feng bahkan terlalu polos untuk memasuki urusan kita. Biarkan saja nona muda Feng tetap hidup, akan lebih baik jika kita membiarkan bunga itu terus berkembang" jeda pangeran Rong menerawang " ia akan sangat membantu dan berguna dimasa depan jika terjadi pernikahan yang akan menguatkan posisi Ben Wang karena kedudukan keluarganya" tambah pangeran Rong yang langsung membuat permaisuri Lien yang sedari tadi mondar mandir berhenti tepat dihadapan putranya dengan tatapan memincing curiga.

"Jangan katakan jika kau ingin memanfaatkan keluarga Feng untuk memuluskan perebutan tahta yang terjadi dalam istana?" Tebak permaisuri Lien

"Mengapa tidak?" Tanya pangeran Rong tersenyum penuh makna.

.

.

.

Yong baru saja kembali kemanor putra mahkota Rui ketika malam sudah beranjak semakin larut. Ujung pakaiannya tersapu tertiup angin malam yang berhembus kian kencang. Pepohonan yang rindang bergoyang seiring dengan berjatuhannya dedaunan yang dihempas angin dengan paksa dari cabang dan dahannya.

Raut wajah Yong nampak sangat lelah, setelah seharian ia mencari informasi baik dari dalam istana ataupun informasi diluar istana yang beredar dikhalayak ramai para penduduk.

Yong bisa saja memerintahkan para prajurit khusus yang merupakan abdi setia yang dilatih khusus olehnya dan putra mahkota Rui untuk mengantikan tugasnya, sayang informasi yang ia cari semuanya jelas mengenai nona penyelamat hidup mereka tiga bulan yang lalu, dan ini merupakan tugas yang amat sangat penting.

Selain itu, hari ini Yong juga harus bertemu dengan saudaranya secara diam - diam guna saling menukar informasi mengenai kekacauan yang terjadi didalam istana. Siapa lagi yang Yong temui jika bukan tangan kanan berhati dingin kaisar Wei, Kong Wen Lie.

"Semua ini adalah informasi pribadi nona Feng Ru Ai yang anda butuhkan yang mulia" kata Yong menyerahkan beberapa buku informasi yang ia salin dari pemerintahan bagian publik sampai pada bagian arsip yang dirahasiakan pemerintah dan negara.

"Kau yang terbaik Yong" puji putra mahkota Rui saat membuka tiga buku tebal dihadapannya secara acak.

"Sudahlah, kau tak usah memujiku. Saat ini aku hanya butuh istirahat dan tak ingin di ganggu sebagai tanda terima kasih atas kerja kerasku hari ini" balas Yong mendudukan dirinya di kursi yang ada di tengah ruangan, ia tak lupa menaruh kepalanya di atas meja sambil memejamkan mata yang mulai semakin memberat.

Saat Yong baru saja akan bergabung dengan alam bawa sadarnya, putra mahkota Rui dengan seenaknya mengganggu dan mengusik tidurnya dan berkata "kau masih hutang beberapa penjelasan mengenai informasi yang terjadi di istana Yong!" Kata putra mahkota Rui memperingati.

Seketika Yong mengumpat dan memaki dalam hati. Yong benci sahabatnya yang terlalu teliti dan tidak sabaran seperti putra mahkota Rui yang bahkan tak memberinya jeda untuk istirahat bareng sejenak.

.

.

.

"Yang mulia, mengapa anda hanya berdiam diri saja? Padahal saat ini pangeran Rong bahkan sudah bergerak mencari dukungan disaat posisi tahta kaisar masih goyah karena ketidak beradaan yang mulia putra mahkota" tanya Xiao Tong yang merupakan tangan kanan pangeran kedua, pangeran Ming Wen Yan.

Pangeran Yan yang sibuk membaca di kursi santai dekat jendela kamarnya lantas menurunkan buku bacaanya dan menatap Tong yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri dengan tatapan setenang air yang mengalir.

"Untuk apa membuang - buang waktu berharga Ben Wang untuk hal yang tak pasti?" Tanya pangeran Yan

"Kakak kedua adalah pewaris sah yang telah digariskan takdir mendapat posisi kaisar kelak, dan Ben Wang tak ingin ikut campur dalam masalah pemerintahan dan politik kerajaan yang menyusahkan" tegas pangeran Yan

"Kau tahu Tong, apa yang sudah ditakdirkan menjadi milikmu akan tetap menjadi milikmu. Dan apa yang sama sekali tidak di takdirkan menjadi milikmu akan membawamu pada kehancuran" jelas pangeran Yan penuh makna.

"Intinya anda tak berniat memperebutkan tahta?" Tanya Tong tidak percaya dengan  junjungannya yang sama sekali tidak berambisi dengan kekuasaan.

"Hmm, itu hanya buang - buang tenaga. Ben Wang lebih memilih hidup seperti ini tanpa perlu membuang tenaga dan pikiran bersaing dengan kakak pertama dan kakak kedua" jawab pangeran Yan acuh lalu melanjutkan bacaannya.

Tong hanya mampu melongo saking tidak percayanya dengan pangeran Yan yang lebih memilih menyandang status sebagai pangeran selamanya, ketimbang ikut bersaing memperebutkan tahta dan posisi tertinggi kerajaan.

*******

Disisi lain, Yong terus saja menguap disela - sela penjelasannya. Ia sekuat tenaga mempertahankan kesadarannya agar tuntutan penjelasan yang putra mahkota Rui pinta cepat selesai dan ia bisa melanjutkan tidurnya yang tertunda dengan lelap.

"Lalu apa yang kakak Lie katakan?" Tanya putra mahkota Rui mulai memasuki topik pembahasan istana dalam

"Gege Lie belum memberitahukan yang mulia kaisar mengenai keberadaan kita, gege masih menyembunyikannya, mungkin gege menunggu waktu yang tepat sebelum memberitahukan masalah ini kepada yang mulia. Huawwaamm.. -- Yong menguap lebar -- terlebih lagi saat ini istana dalam masih kacau akan hilangnya anda. Posisi tahta kaisar kini tengah goyah. Banyak perdana mentri dari berbagai fraksi mulai bergerak membuat aliansi dukungan untuk para pangeran yang ingin maju memperebutkan posisi anda yang tengah kosong. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan pertimbangan gege Lie belum memberitahukan yang mulia tentang kita yang berhasil selamat, kondisi istana yang tidak stabil juga kondisi yang mulia yang semakin menurun menjadi bahan pertimbangan gege. Gege Lie takut keberadaan kita bocor dan tersebar disaat kondisi istana dalam tengah lengah" jelas Yong panjang lebar.

"Ayahanda terlalu kebiasaan memikirkan Ben gong sehingga kondisinya menurun" dumel putra mahkota Rui.

"Pinta kakak Lie untuk terus mengawasi asupan makanan dan tonik kesehatan untuk ayahanda, Ben gong takut, mereka mulai bergerak untuk melenyapkan ayahanda secara perlahan" perintah putra mahkota Rui yang diangguki setengah sadar oleh Yong.

"Kau dengar Yong?" Tanya putra mahkota Rui memastikan sahabatnya tetap mendengar penjelasannya.

"Hmm" balas Yong dengan gumaman

"Tks, Ben gong tidak yakin kau mendengar dan menyimaknya dengan baik" decak putra mahkota Rui

"Berhentilah mengangguku Rui" kata Yong mengibas-ibaskan tangannya mengusir putra mahkota Rui "sebaiknya kau beristirahat sekarang, ini sudah larut. Kau juga butuh istirahat, terlebih lagi selain kau akan bersaing memperebutkan tahta, kau juga akan bersaing memperebutkan wanita yang sama" Yong menguap "mengapa kau tidak pernah bisa lepas bersaing dengan pangeran Rong, tidak masalah kekuasaan dan tahta, tidak pula dengan masalah wanita" gumam Yong setengah sadar.

Putra mahkota Rui yang jelas tahu bahwa pendengarannya masih berfungsi dengan baik, juga kesadarannya yang masih sepenuhnya terjaga seketika membeku ditempatnya. Rahangnya mengetat, bibirnya menakup rapat. Warna kulitnya yang putih kini telah berubah memerah saat mendengar perkataan Yong yang mampu membuat setiap darah yang mengalir di pembuluh darahnya berdesir hebat.

Pangeran Rong selalu saja ingin merampas apa yang seharusnya menjadi miliknya, dan putra mahkota Rui jelas tidak akan membiarkan ia merebut segala yang telah ia klaim sebagai miliknya terutama wanita incarannya, Feng Ru Ai.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Feng Ru Ai   Bab 25

    Disaat semua orang masih dilanda keterkejutan akan sosok putra mahkota Rui, hanya Ai yang menatap pemuda itu dengan tatapan dalam. Ada perasaan lega yang ia rasakan saat pemuda itu akhirnya kembali ketempatnya semula.Saat Ai sibuk menatap putra mahkota Rui, tiba - tiba pemuda itu menoleh dan tatapan mereka bertemu. Seakan terhipnotis, Ai merasakan tatapan mereka seakan terkunci. Entah hanya perasaannya saja, ia melihat ada sebuah kerinduan mendalam dari pancaran mata putra mahkota Rui saat menatapnya.Ai segera saja mengerjap dan membuang muka. Jantungnya berdebar sangat kencang. Bahkan ia dengan jelas dapat mendengar jantungnya berdetak tidak normal dan tidak berirama seperti biasanya. Ai memegang kedua pipinya yang terasa panas dengan kedua tangannya. Perilaku kecilnya itu nampak sangat menggemaskan terlebih lagi saat ini kedua pipinya nampak merona merah dimata para pemuda yang terus saja menperhatikan gerak gerik Ai sejak pertama kali m

  • Feng Ru Ai   Bab 24

    Satu jam telah berlalu. Namun keluarga kerajaan belum juga menghadiri upacara penobatan. Entah apa yang sedang terjadi. Yang jelas saat ini Ai mulai merutuki keluarga kerajaan dalam hatinya karena mereka, ia harus terperangkap dalam suasana membosankan dan menyebalkan seperti ini.Beberapa kali Ai menguap, beberapa kali pula ia mengucek matanya dan berusaha untuk tetap terjaga. Jika saja tempat duduk Ayahnya bukan di barisan paling depan, mungkin saja Ai sudah tertidur. Namun, setelah ia terperangkap dan kembali ke masa lalu. Ai diam - diam mempelajari sopan santun dan segala hal yang berkaitan dengan nona muda bangsawa termasuk belajar 4 seni tanpa sepengetahuan siapapun. Walaupun Ai cukup pandai dalam seni kaligrafi, tapi di MingQi nona muda bangsawan harus pintar setidaknya 2 dari 4 seni. Selain nona muda bagsawan harus pandai 2 seni, mereka juga harus pandai mengurus keuangan sehingga kelak ketika mereka menikah dengan seorang tuan muda dari golongan bangsaw

  • Feng Ru Ai   Bab 23

    Hari berlalu dengan begitu cepat. Hari penobatan pun akhirnya datang. Selama beberapa hari terakhir, pangeran Rong merasakan jantungnya hampir meledak saking gugupnya menyambut hari dimana ia akan menaiki kedudukan tertinggi di MingQi.Tak ada lagi yang akan memandangnya dengan tatapan remeh dan merendah, tak ada lagi yang berani menghujat dan memakinya karena posisinya. Bahkan sekarang ia yakin, akan semakin banyak nona muda yang berambisi memiliki harta dan kekuasaan yang gencar mendekati dan menggodanya. Namun saat ini hanya ada satu nona muda yang berhasil masuk dalam pandangan pangeran Rong. Nona muda yang selalu mengusik pikiran dan ketenangannya hingga sisi liar dan kejamnya mulai nampak dipermukaan."Feng Ru Ai"Pangeran Rong mengumamkan nama nona muda yang selama ini mengganggu dan mengusik ketenangannya. Mengingat bagaimana pertemuan mereka dan bagaimana putri jendral Holing itu mengacuhkan bahkan menolaknya me

  • Feng Ru Ai   Bab 22

    Para mentri dan pejabat pemerintah jelas terkejut dengan perkataan kaisar Wei. Bagaimana kaisar Wei yang di kenal sebagai kaisar keras kepala, dingin dan kejam secara bersamaan itu menerima permohonan mereka. Padahal mereka tau jelas jika kaisar Wei bukanlah orang bodoh yang tak menangkap maksud dari desakan dan permohonan mereka setiap waktu."Yang mulia, apakah anda sedang lelah, atau anda sedang sakit. Mengapa anda kini menyetujui permintaan kami?" Tanya seorang perdana mentri yang nampak curiga dengan persetujuan kaisar Wei."Mengapa kau bertanya seperti itu? Bukankah kalian yang mendesak Zhen untuk turun dari takhta? Lalu apa lagi sekarang? Mengapa kalian selalu saja curiga, mengeluh bahkan protes pada Zhen. Padahal Zhen bahkan sudah mengikuti permintaan kalian!""Apakah tidak cukup jika Zhen akhirnya memilih mundur? Mengapa kalian tetap saja curiga pada kaisar tua ini? Apakah tidak cukup dengan pengunduran diri Zhe

  • Feng Ru Ai   Bab 21

    Pintu utama pavilium Lan terbuka, perlahan sosok Ai berbalut hanfu berwarna pastel dengan mantel bulu rubah coklat melangkah keluar.Walaupun langit siang ini nampak cerah, namun hawa dingin musim salju mulai menyapa dan menyapu permukaan kulit sehingga menghantarkan rasa dingin yang menusuk hingga tulang. Bersyukur Ai terdampar dan terperangkap dalam masa lalu di dalam keluarga yang berkecukupan, hidupnya jelas tidaklah jauh beda dengan kehidupannya di masa depan dimana semua keperluan dan kebutuhannya dapat di penuhi dengan mudah.Ai tak mampu membayangkan jika ia kembali ke masa lalu dalam keadaan tak bercukupan. Walaupun ia selalu dituntut untuk mandiri di masa depan, melihat kondisi di masa lalu yang jelas sangat jauh berbeda. Angka kemiskinan di ibukota MingQi yang masih terbilang sangat besar sangat banding terbalik dengan angka kemiskinan dan pengangguran di masa depan.Jika ia terlahir dari keluarga tak bercukup

  • Feng Ru Ai   Bab 20

    Langit dan matahari cerah menyapa ibukota MingQi dan seluruh wilayah kekuasaan kerjaan MingQi. Para penduduk ibukota MingQi maupun para penghuni kerajaan MingQi dari berbagai golongan dan kasta mulai melakukan aktivitas mereka masing - masing.Suasana ibukota maupun dalam kerajaan MingQi kini nampak hidup dengan segala aktivitas. Terlepas dari suasana yang nampak hidup ditemani langit dan matahari yang bersinar cerah. Di aula utama kerajaan MingQi, suasana malah sebaliknya dari apa yang nampak diluar.Dingin yang menusuk hingga tulang belulang, tatapan tajam dari mata elang yang mampu mengoyahkan pertahanan, aura membunuh dan kekejaman yang sangat mengintimidasi hingga para mentri dan pejabat yang berada diruangan tak mampu bernafas dengan kasar dan leluasa.Setelah mengemukakan permohonan mereka mengenai kekuasaan tertinggi kerajaan yang menjurus pada 'penggulingan' dan rencana kudeta yang sejak beberapa bulan lalu perm

  • Feng Ru Ai   Bab 19

    "Aku tidak bertanya padamu. Aku bertanya pada diriku sendiri!" Kata Guang ketus saking kesalnya dengan Di Yu.Sejak awal Guang berpikir jika Di Yu sangat mengesalkan. Mulai hari dimana Guang menunggu Di Yu hingga malam dan berjam - jam di depan gerbang masuk istana MingQi yang membuat Guang kesal setengah mati karena keterlambatan Di Yu yang membuat Guang kesemutan karena kelamaan berdiri ataupun duduk, serta dimana Guang harus digigit oleh nyamuk - nyamuk nakal yang semakin membuat kekesalan Guang bertambah kala itu.Sejak saat itu, Guang tidak terlalu menaruh hormat ataupun ramah tama pada Di Yu yang sejak hari pertama ia memasuki keluarga Feng atau hari pertama ia bertemu dengan Guang di depan gerbang masuk istana. Jika Guang bersama Di Yu, tidak ada hari tanpa kata atau jawaban Di Yu yang mengesalkan. Jika Guang terus bekerja dengan Di Yu, Guang yakin umurnya akan cepat menua 10 tahun karena kesal ataupun karena menahan amarah.

  • Feng Ru Ai   Bab 18

    Di lantai dua kedai mie yang ada di ibukota MingQi, pangeran Rong masih saja menampilkan raut wajah kesal. Yu Su yang melihat hal itu hanya mampu menghela nafas berat. Yu Su tidak tahu mengapa sahabatnya itu begitu terobsesi dengan nona muda dari keluarga Feng. Padahal jika sahabatnya itu ingin, ada banyak nona muda dari keluarga bangsawan lainnya yang akan melempar diri mereka dengan suka rela tanpa harus membuat sahabatnya itu membuang - buang tenaganya.Entah apa yang pangeran Rong lihat sehingga ia begitu tertarik dengan nona muda Feng, sejauh ini Yu Su belum melihat hal menarik apapun dari nona muda Feng kecuali sikap lancang dan beraninya."Rong, sampai kapan kau akan seperti itu?" Tegur Yu SuPangeran Rong seakan tak peduli dengan teguran sahabatnya. Egonya sebagai seorang laki - laki terluka dengan sikap putri jendral besar Holing. Mengapa? Mengapa Ai sama sekali tidak tertarik ataupun terpesona dengan wajah tamp

  • Feng Ru Ai   Bab 17

    Di manor pangeran Rong, permaisuri Lien mengadakan pertemuan dengan para pendukung pangeran Rong sore ini. Walaupun pertemuan mereka tanpa kehadiran pangeran Rong, permaisuri Lien dapat mengatasi mereka dengan baik.Tujuan pertemuan mereka sore ini adalah karena keinginan permaisuri Lien yang meminta, menghasut bahkan merayu para pendukung pangeran Rong untuk mendesak kaisar Wei segera turun takhta dan mewariskan kekuasaan, takhta dan pemerintahan kerajaan MingQi kepada kandidat calon penerus yang akan mengantikan kaisar Wei dan tentu saja saat ini hanya satu orang yang merupakan kandidat calon penurus yang menempati posisi kuat dan layak. Terlebih lagi saat ini tak adanya saingan jelas akan memudahkan pangeran Rong yang merupakan kandidat calon penerus satu - satunya yang akan menaiki takhta.Baik permaisuri Lien maupun para pejabat yang menjadi pendukung pangeran Rong sangat yakin jika pangeran Rong dapat menduduki singgasana dan menjadi k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status