Alea dan Kamila antri untuk mengambil makanan. Para super boys sudah duduk di kursi kebesaran mereka. Kursi yang tidak boleh di pake oleh siapapun.
Para gadis pengiring dari genk super seksi ada di bangku sebelah mereka. Raka dan Marcho sedang duduk di bangku eksekusi. Mereka sedang merundung seorang anak murid baru.
"Apa mereka ini ga ada kerjaan ya, kerjaannya begitu mulu," gerutu Alea pelan.
"Hust jangan kenceng-kenceng," bisik Kamila.
Alea kaget saat tiba-tiba ada Nathan di sampingnya. Pemuda tinggi yang membuat leher Alea sakit jika harus memandangnya. Nathan melihatnya sebentar lalu duduk kembali di kursinya."Eh, duduk sini lu," kata Nathan saat Alea melewati tempat duduknya.
"Aku?" tanya Alea bingung.
"Iya, lu. Duduk depan gw buruan."
Semua yang ada di kantin terdiam dan melihat ke arah Alea.Alea takut kalo dia akan di rundung Nathan, cwo paling cool sekaligus tampan di sekolah ini.
Alea meletakkan nampannya di meja, dia mulai duduk di depan Nathan. Keanu ada di sebelah Alea."Lu tadi ngomong apa?" tanya Nathan.
"Ngomong apa?" tanya Alea bingung.
"Lu bilang kita orang ga punya kerjaan?!" kata Nathan dengan tatapan tajamnya dan wajahnya yang menakutkan.
Alea tidak bisa menjawab. Antara dia takut atau dia terkesima dengan ketampanan Nathan.
"BURUAN BILANG!!" Nathan menggebrak meja.
Alea tersentak kaget sampai piring yang di atas nampannya bergerak.
"Than, kita ga main ama cwe ya," Keanu memperingatkan.
"Lu ga punya mulut ya!! Perlu gw buka paksa mulut lu!!"
"Iya, kalian ga punya kerjaan. Dari pada kalian melakukan perundungan begini, bukankah lebih baik kalian belajar. Kalian akan makin sempurna kalo kalian juga pintar," jawab Alea tegas.
"Lu pikir gw bego ya!! Biarpun gw bego, banyak cwe yang antri ngejer gw. Lu jangan pernah mimpi gw akan ngelirik cwe macem lu."
"Aku juga ga berharap punya cwo yang cuma tebar pesona dan ga punya otak kaya kamu!!" ucap Alea berusaha mengimbangi hinaan Nathan.
PRAANG
Nampan yang di hadapan Alea terbang dan tumpah ke seragam Alea. Seragam Alea kotor terkena tumpahan makanannya.
"Kamu buang-buang makanan? Dasar orang ga bersyukur. Di tempat lain masih banyak orang yang ga bisa makan. Jangan sombong jadi orang," ucap Alea mencoba melawan.
Wajah Nathan makin merah, dia makin marah. Tangan Nathan mencengkeram tangan Alea kuat dan menarik badan mungil Alea. Dia mendorong Alea sampai Alea terjatuh.
"Makan!! Kata lu sayang kan udah buang makanan. MAKAN SEKARANG!!" suara Nathan makin tinggi.
Alea mulai menangis karena Nathan bersikap kasar padanya. Lengannya sakit karena ditekan dengan tangan Nathan yang besar.
"Cukup!! Lu udah keterlaluan ama cwe," Keanu beranjak dari tempat duduknya dan menyingkirkan tangan Nathan.
Keanu menggandeng tangan Alea dan membawanya pergi dari kantin. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi setelah dia menyelamatkan Alea.
"Keanu, kembalikan anak kurang ajar itu sekarang!!" teriak Nathan.
Keanu tidak memperhatikan dan tetap berjalan membawa Alea pergi dari kantin.
"Keanu... kamu akan bermasalah dengan Nathan nanti," kata Alea saat mereka keluar dari kantin.
"Ga papa. Gw ga suka ada orang main kasar sama cwe. Gw paling anti."
Keanu membawa Alea ke kamar mandi wanita. Alea masuk ke kamar mandi, dia ingin membersihkan seragamnya yang kotor dari tumpahan makanan.
Alea mengambil tissu dan mengelap bajunya dengan sedikit air. Paling tidak agar dia tidak memeliki aroma seperti makanan tadi.
"Eh, berani banget lu ya ngelawan Nathan. Mau nyari mati lu!!" segerombolan cwe masuk ke kamar mandi dan siap menghabisi Alea.
"Aku ga ada urusan dengan kalian," ucap Alea.
"Sok suci bener dia. Berani ngerayu Keanu pula. Pake jurus apa lu, bisa di belain Keanu?"
"Kami berteman," jawab alea polos.
"Berteman? Ngaca lu!!" seorang gadis menjambak rambut Alea dan mendorong kepala Alea mendekat ke kaca wastafel.
"Aduh sakit!! Lepasin aku!!" teriak Alea.
Braakk
Pintu toilet terbuka lebar, ada Keanu di depan sana. Dia melihat Alea yang sedang di siksa oleh segerombolan gadis seperti srigala itu.
"Alea!!" kata Keanu yang membuat para gadis melepaskan tangannya dari tubuh Alea.
Keanu segera membawa Alea pergi dari kamar mandi. Alea berontak dan ingin melepaskan diri dari Keanu.
"Kean! Kamu lihatkan, baru beberapa jam kamu berteman denganku, semua orang membenciku dan memusuhiku. Kamu menyusahkan aku saja." kata Alea kesal.
"Alea, aku bisa melindungi kamu," Keanu mencoba meyakinkan Alea.
"Melindungi? Apa aku harus tiap saat menempel ke kamu seperti parasit?" Ga Kean, ini sudah cukup. Aku mau hidup normal di sekolah ini. Aku tidak mau berurusan dengan hal seperti ini."
"Tapi Alea, aku tulus berteman dengan mu."
"Ga disini, mungkin di luar sekolah. Jangan berada disekitar ku lagi. Atau para srigala betina itu akan menghabisi ku." Alea pergi meninggalkan Keanu.
"Ikut aku sebentar. Ini terakhir kalinya," Keanu menarik pergelangan tangan Alea dan membawanya pergi.
Keanu membawa Alea pergi ke koperasi sekolah. Alea tidak mengerti mengapa mereka ke koperasi sekolah.
"Berikan seragam dengan ukurannya. Yang terbagus," ucap Keanu ke petugas koperasi.
"Keanu, ga usah. Apa kamu akan menyombongkan uangmu juga pada ku?"
"Iya, aku akan menyombongkan padamu. Mana mungkin aku diam melihat kamu memakai pakaian basah dan kotor seperti itu. Ganti bajumu, setelah itu pergilah," jawab Keanu tegas.
Alea tidak bisa membantah, dia memang membutuhkan baju baru sekarang ini. Dia pun menerima baju baru dari petugas koperasi dan berganti pakaian.
"Bawa ini, kamu belum makan tadi. Pergilah, sebelum aku mencegahmu pergi," kata Keanu sambil memberikan kantong plastik yang entah apa isinya.
"Makasih Kean. Suatu saat aku akan membalas kebaikanmu. Maaf kalo kata-kataku kasar tadi," jawab Alea lemah. Alea berjalan meninggalkan kopreasi sekolah.
"Alea!! Kita masih teman kan? Jangan sungkan meminta bantuan ku kapan saja," ucap Keanu sebelum Alea pergi.
Alea tak menjawab apapun, dia memilih meninggalkan Koperasi secepatnya.
***
Alea sedang ada di ruang club sains saat ini. Dia duduk di sana seperti seorang terdakwa. Pandangan mata sinis hampir ada di setiap mata semua siswa yang ada di sana.
"Ok, karena Alea sudah datang, kota ngobrol bentar yuk," kata Radit sebagai ketua club ingin mencairkan suasana yang sudah seperti perang tatapan mata.
"Alea, kamu pasti udah tau kan kalo sebentar lagi bakal ada lomba sains sepulau jawa. Nah masalahnya, temen-temen kita di club sains ini ingin sekali-kali berpartisipasi. Kira-kira gimana menurut kamu?" tanya Radit ke Alea.
"Loh kok tanya aku sih, kan aku bukan siapa-siapa. Harusnya kamu tanya Pak Regan sebagai pembina club," jawab Alea.
"Iya tau, tapi kan kalo Pak Regan pasti bakal milihnya kamu. Kira-kira kamu mau ga kasih temen-temen yang lain untuk unjuk prestasi juga?"
"Lu bukan anggota club, harusnya lu ga pernah boleh ikut," sahut seorang anggota club.
"Iya bener itu, dia sama aja kaya mempermalukan kita," sahut yang lain lagi.
"Maaf ya temen-temen, aku ga pernah bermaksud melangkahi kalian. Aku hanya disuruh mewakili sekolah. Kalo aku ga disuruh, aku juga ga pernah mengajukan diri kok. Kalo kalian mau ikut ya ikut aja, kenapa mesti harus ijin aku segala," jawab Alea.
"Jadi kamu ga papa neeh kalo ga ikut kali ini?" tanya Radit memastikan.
"Ya ga papa lah. Aku malah seneng kalo di sekolah kita banyak yang berprestasi. Kebanggaan sekolah kita akan lebih banyak nantinya. Ga perlu iri ato takut dalam berprestasi, kalau kalian merasa mampu, ya tunjukkan."
"Nah tu temen-temen, udah jelaskah sekarang. Alea ga seperti yang kalian kira. Dia juga cuma taat aturan, bukan mau menjegal kita. Yuk sekarang kita belajar, kan sekarang waktunya belajar mandiri ya. Alea mau belajar bareng kita?"
"Hmm maaf, aku udah janji mau belajar bareng Kamila di ruang belajar. Kalo udah ga ada lagi yang di bicarakan, aku permisi ya."
Alea keluar dari ruang club sains dia berjalan sambil mendengarkan musik yang di putar oleh radio sekolah. Dia sedikit bernyanyi mengikuti alunan lagu yang di dengarnya.
Langkah Alea terhenti di depan ruang super boy's, ada alunan melodi merdu mengalun dari sana. Sebuah alunan piano yang mengingatkannya pada mendiang mamanya. Alea berdiri membeku di depan pintu ruangan itu. Tanpa terasa, air matanya menetes.
"Ngapain lu nangis di situ?" ada suara yang membuyarkan lamunan kenangan Alea.
Dia menoleh ke arah sumber suara. Pemuda angkuh dan sok kuasa itu ada di depannya. Berdiri dengan angkuhnya dan kedua tangannya di masukkan dalam saku celananya, Nathaniel. Nathaniel yang tadi merundungnya di kantin sekolah.
Hari pertandingan pun di mulai. Alea yang pagi ini berangkat ke sekolah di jemput oleh Nathan pun hanya mencoba menghafalkan pelajaran yang sudah dia pelajari selama ini.Nathan tidak berani mengganggu Alea dalam menghafal dia hanya memberikan satu tangannya agar bisa dimainkan oleh Alea seperti biasanya. Alea terus berkonsentrasi dan hampir tidak mengajak bicara Nathan sedikitpun.Alea mencoba untuk terus menghafal sampai mereka masuk ke dalam area sekolah. Saat mobil Nathan sudah parkir, dia baru sadar kalau dari tadi dia sedang bersama dengan Nathan.“Ya ampun Nathan ... maaf ya. Dari tadi aku diemin kamu,” ucap Alea tidak enak.“Santai aja. Ga papa kok. Aku tau kamu lagi prepare banget sekarang kan. Santai aja, Lea,” jawab Nathan sambil tersenyum.“Maaf ya. Harusnya kita ngobrol dan aku juga harus nanyain soal persiapan kamu juga. Eeh aku malah egois gini.”“Ga papa. Justru nanti kalo kamu ngobrol ama
“Kamu bolos kelas?” tanya Nathan“Aku ga bisa konsen di kelas. Aku kangen kamu. Aku ga bisa belajar.”“Pasti kamu kangen tangan aku ya? Hmm jangan-jangan kamu mau baikan ama aku biar kamu bisa belajar buat olimpiade kan? Trus kalo kamu udah menang, ntar kamu bakal lupain aku lagi. Gitu ya?”“Ya ampun Nathan ... kamu kok jadi pinter sekarang. Pasti kamu ketularan aku ya. Dulu kayanya kamu ga sepinter ini deh. Aku jadi salut kamu sepinter ini. Sampe bisa nebak isi pikiran aku lho.”“Anak songong,” ucap Nathan sambil menjentik kening Alea dengan jarinya.“Aduuh sakit.”“Sakit? Aku sembuhin ya.”Alea mengangguk manja. Dia seolah mengerti bagaimana Nathan akan menyembuhkannya. Dia seolah ingin terus bermanja pada pemuda itu.Alea ingin menebus semua waktunya yang kemarin dia habiskan tanpa Nathan. Dia ingin menebus semuanya sampai habis dan tidak bersisa.
Alea dan Nathan memutuskan untuk kembali ke rumah Luna. Luna sudah kehilangan mood-nya untuk dia pergi bermain di luar. Dia ingin pulang dan merebahkan dirinya santai di rumah. Dia juga malas berbicara dengan Nathan.Nathan yang masih kegirangan karena Alea menyatakan kecemburuannya dengan sangat jelas pun menjadikan Nathan sangat senang. Dia merasa Alea sudah menyatakan perasaannya, hanya saja dia masih menjaga gengsi sampai olimpiade selesai.Mobil Nathan berhenti di sebuah taman yang sedang ramai dengan pengunjung. Ada banyak anak-anak muda dan juga anak-anak harta orang tua yang sedang melakukan berbagai aktivitas di taman tersebut. Alea mengamati satu-persatu aktivitas orang yang ada di taman tersebut. Pandangan Alea tertuju pada satu aktivitas yang ingin dia lakukan.“Tunggu!” teriak Alea saat Nathan hendak melajukan mobilnya.“Ijo sayank lampunya. Di marahin orang kita nanti,” ucap Nathan sambil tetap melajukan mobil.A
Alea sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Dia menyapa para tetangganya yang lewat di depan rumahnya untuk sekedar berjalan pagi. Maklum hari ini kan hari minggu jadi warga di komplek Alea sering berolah raga di sekitar lingkungan rumah Alea."Mbak Alea, itu bunganya pada seger-seger. Kaya hati yang nyiram," kata seorang tetangga Alea."Bisa aja loh. Sehat bu?""Sehat Mbak Lea. Sekarang udah enak di rumah ya.""Alhamdulillah bu, lebih nyaman."Alea melanjutkan menyiram bunga. Terkadang dia juga menebang batang yang jelek serta memotong rumput di sekitar."Mbak, kalo mau potong rumput bisa minta tolong Pak Eko. Dia mau kok, kalo pas ga kerja nyambi beberes," sapa tetangga lainnya."Pak Eko satpam bu?""Iya. Seikhlasnya tapi hasilnya bagus. Punya saya beberapa hari kemaren di bersihin Pak Eko.""Eh iya deh, ntar saya minta tolong Pak Eko."Alea meneruskan pekerjaannya. Selain mengurus kebun rumahnya, dia juga m
Alea berkeliling di toko buku, dia sedang mencari buku yang dia cari. Dia sudah menyusuri tiap rak tapi tidak menemukannya juga.Bahkan Alea bertanya ke pelayan di sana tapi ternyata bukunya tidak tersedia. Dia menjadi sedikit bingung saat ini."Ga ada bukunya?" tanya Nathan."Ga ada. Bentar ya, aku mau cari novel," kata Alea sambil berjalan ke rak novel.Alea melihat satu persatu novel yang di pajang di sana. Nathan juga tampak sedang serius membaca sebuah buku."Oh, jadi gini caranya. Kira-kira bakalan aneh ga ya ntar?" kata Nathan."Ah yang penting usaha dulu." kata Nathan sedikit meyakinkan dirinya.Dia meletakkan buku di tangannya. Buku tentang menaklukkan seorang cwe. Nathan sampai membutuhkan panduan untuk menaklukkan hati Alea."Kita pulang yuk?" kata Alea setelah dia mendapatkan novel yang dicarinya.Nathan berusaha membayari belanjaan Alea, tapi Alea menolaknya. Nathan membuang nafasnya kesal. Dia mera
Alea jalan ke kantin utama bersama teman-temannya di club sains. Mereka baru saja selesai belajar bersama."Alea," panggil Kamila."Mila... kok cemberut, kenapa?" tanya Alea saat melihat temannya itu sedikit menekuk wajahnya saat melihatnya."Aku kaya kamu lupain. Kamu udah dapet temen baru di club sains," kata Kamila sedikit protes."Kok ngomongnya gitu sih. Ga kok, aku ga lupain kamu, cantik. Tapi kan emang selasa aku udah harus tes. Maaf ya?""Hehehee... aku becanda kok. Kita makan yuk. Menunya hari ini sop jamur, aku ga suka," kata Kamila sambil memamerkan barisan giginya yang rapi."Aku suka, aku mau sup kamu ya."Alea dan Kamila duduk di meja mereka. Tampak Nathan dan genk super boy's nya sedang berkumpul di satu meja. Mereka tampak sedang asik ngobrol sambil bercanda.Nathan melihat Alea yang sedang duduk di sebrang mejanya. Dia terus menatapnya seolah ingin segera mendatangi gadis itu."Samperin sana, bilang makasih
"Lea, ditunggu di ruangan kepala sekolah lu sekarang," kata salah satu teman Alea yang di temui Alea saat dia hendak menuju ke kelasnya."Ada apa?""Ga tau, lu ke sana aja."Alea meletakkan tas di dalam kelas dan segera ke ruangan kepala sekolah. Dia bertemu Keanu dan Raka di dalam kelas."Hai Alea, gimana keadaan kamu hari?" sapa Keanu saat melihat Alea masuk ke kelas."Baik," jawab Alea singkat. Alea segera pergi lagi keluar kelas untuk menemui kepala sekolah di ruangannya.Tok tok tokAlea mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Setelah di ijinkan masuk, Alea pun membuka pintu dan melihat di dalam ada Clarissa yang di dampingi seorang perempuan paruh baya.Mungkin itu ibu Clarissa. Di sana juga ada Pak Regan sebagai wali kelas Alea dan tentunya kepala sekolah."Masuk sini, Lea," kata Pak Regan menyuruh Alea masuk.Alea duduk di kursi sebelah Pak Regan. Alea sudah mulai menebak, mungkin ini akan membahas hal yang terja
Alea belajar bersama anak club sains. Mereka menerima Alea dengan baik. Alea menerangkan dan membantu teman-temannya belajar.Alea juga senang mendapatkan teman baru. Terkadang Alea masih sedikit merintih karena luka di tangannya masih perih. Apa lagi dia harus banyak menggunakan tangannya."Lea, makasih ya udah bantuin. Besok main sini lagi ya. Cara nerangin kamu tuh lebih enak di mengerti, jadi gampang di inget," kata salah satu anggota club."Aku juga seneng kalo kalian bisa terima dengan semua kekurangan aku. Hmmm aku pulang duluan ya?"Alea membereskan barangnya. Dia berpamitan dan ingin segera beristirahat di rumah. Saat membuka pintu, Alea kaget, Nathan sudah berdiri di depan pintu bersandar pada dinding.Nathan hanya melihat Alea. Pandangan mata mereka bertemu sejenak sebelum Alea melangkahkan kakinya meninggalkan Nathan. Tapi Nathan terus mengikuti Alea. Ke mana pun Alea pergi, Nathan berjalan di belakangnya."Lea, Nathan di b
"Aaaaaa!!!" teriak Alea saat pumps shoes mahal Clarissa menginjak jari-jari Alea.Clarissa sengaja sedikit memutar heels pumps shoesnya di atas jari Alea."Gw benci tangan lu yang berani mainin tangan Nathan.Tangan murahan dan kotor lu, ga pentes memegang tangan Nathan!!" kata Clarissa dengan kebencian yang sudah sangat memuncak.Alea menangis makin tersedu menahan sakit di tangannya."Ampun Clarissa. Aku masih butuh tangan ku. Lepas Clarissa," Alea memohon ke Clarissa."Apa? Gw ga denger. Bisa ulangi lagi?""Aaaa!!!! Ampun Clarissa. Tangan ku. Lepasin tangan ku!!" teriak Alea menahan tekanan di atas tangannya."Kalo lu masih deket ama Nathan lagi. Ini akan bisa lebih parah lagi. Ngerti lu!!"Clarissa dan kelompoknya meninggalkan Alea sendirian menangis di sana. Shiren memposting foto Alea yang amburadul di grup kelasnya. Alea menangis sambil memegangi tangannya yang terluka."Dengan tangan kaya gini gimana aku akan i