Gadis kecil itu sedikit merintih saat luka bakarnya terkena air dingin. Pengunjung juga melihat aksi heroik Alea di kamar mandi.
"Tahan sedikit ya dek, biar luka mu ga melepuh." kata Alea sambil terus menyemprotkan air ke seluruh tubuh gadis itu sampai hampir seluruh bajunya basah.
Karena bukan hanya perutnya, tapi pahanya juga terkena.
"Kamu pikir anak saya kucing kamu siram begitu?" kata ibunya dengan nada sedikit tinggi.
"Itu pertolongan pertama yang benar Bu, dengan disiram air mengalir, panas yang terasa di tubuh akan perlahan menghilang. Ibu lebih memilih anaknya basah atau kulitnya melepuh?" kata seseorang di belakang sang ibu.
"Kamu siapa lagi?"
"Saya dokter specialis kulit yang kebetulan juga makan di sini. Saya sudah menyuruh orang membeli salep untuk luka anak ibu," jawab pria itu.
"Oh begitu kah?"
"Mama, badan Joanna basah semua," kata gadis itu sambil menangis.
"Habis ini kita beli baju ya? Makasih ya mbak, udah bantu anak saya," kata si ibu.
Manager segera mengajak ibu dan anak itu ke ruangannya. Dia juga memanggil pegawai yang tadi menumpahkan sup ke badan anaknya.
"Alea, sepatu mu basah semua?" kata teman Alea.
"Iya Mbak, padahal besok harus sekolah. Yaah terpaksa deh pake sepatu lama."
"Beli aja dulu, mumpung masih ada toko sepatu yang buka."
"Iya mbak, nanti saja kalo udah sepi."
"Awas kepeleset loh kamu."
Selama bekerja Alea memang sedikit kesusahan berjalan. Sepatunya yang basah jadi kendalanya. Tapi dia tetap berusaha profesional.
"Lea, dipanggil manager di ruangannya," kata teman Alea.
"Iya, mbak."
Alea pun segera masuk ke ruangan manager. Setelah dipersilahkan masuk, Alea membuka pintu. Alea melihat ibu dan anak tadi masih disana. Gadis yang tadi terluka sudah berganti pakaian.
"Duduk Alea," kata manager restoran.
"Iya pak makasih," jawab Alea sopan.
"Namanya Alea ya? Makasih ya, tadi udah selamatin anak saya. Maaf juga kalo tadi sempat sedikit marah sama kamu," kata ibu cantik itu. Alea yakin ibu itu pasti orang kaya.
"Ga papa bu. Yang penting adiknya ga kesakitan lagi kan sekarang?"
Gadis kecil itu menggeleng.
"Saya mau berikan ini buat kamu. Saya lihat sepatu dan celana mu basah semua. semoga ukurannya cocok buat kamu."
"Eeh ga usah bu, saya masih ada sepatu lagi di rumah."
"Alea, kebaikan orang ga boleh di tolak. Kan kamu bilang ga boleh menolak rejeki," timpal pak manager.
"Ya tapi ini berlebihan pak. Kan sepatu saya bisa kering lagi besok."
"Udah ga papa, terima aja ya. Sebagai ucapan terima kasih saya."
Setelah di paksa-paksa akhirnya Alea menerima pemberian dari ibu itu.
"Ini kartu nama saya. Kalo kamu ada perlu atau butuh sesuatu, kamu tinggal hubungi saya ya."
"Makasih bu," Alea menerima pemberian ibu itu.
***
Alea tiba dirumah sudah hampir jam 11 malam. Dia meletakkan barang-barangnya di dalam kamar. Dia ingin mengecek dapur dan ingin segera mandi.
Ternyata dapur juga seperti biasanya, Gunungan piring kotor tetap ada di dapur.
"Mereka ini ga bisa cuci piring apa ya? Kok bisa makan tapi ga bisa cuci piring. Makan pake daun aja mendingan," gerutu Alea sambil tetap mencuci piring.
Setelah selesai mencuci piring, dia juga mencuci baju kotor dan sepatunya di dalam mesin cuci. Dia akan meninggalkan mesin itu berjalan menunaikan tugasnya sendiri sampai besok pagi.
Hanya satu yang Alea inginkan sekaramg, mandi dan istirahat. Dia pun segera ke kamar mandi agar segar dan bisa langsung tidur.
Alea membuka kotak sepatu pemberian si ibu. Dia ingin mencobanya.
"Loh ini apa?" tanya Alea yang melihat amplop di dalam kotak sepatu itu.
Alea mengambil amplop dan melihat di dalamnya ada uang 1 juta rupiah. Alea kaget, karena tadi hanya di bilangi akan diberi sepatu saja, tapi ternyata di dalamnya ada uang. Dia berniat memgembalikannya dan akan menghubungi ibu itu besok.
Alea menyimpan barang milik Keanu di dekat tas sekolahnya, agar besok dia tidak lupa memberikannya untuk Keanu.
***
"Alea!! Lu kebangetan ya, lu main kasar ama Raka. Lu tau ga sih kalo gw lagi ngecengin Raka?" kata Cleo sedikit marah karena peristiwa Alea dan Raka kemarin.
"Aku ga tau dan ga mau tau. Aku ga mau terlibat ama mereka," jawab Alea.
"Tapi yang lu lakuin kemaren apa? Lu sengaja kan biar diinget ama Raka."
"Astaga Cleo. Kalo kamu suka ama mereka, usaha donk. Jangan nyalain aku terus. Aku ga ada waktu buat urusin kaya begituan," jawab Alea sambil masuk ke kamarnya.
Cleo kesal pada sikap saudara tirinya itu, dia pun mengadu pada ibunya. Dan segera saja terdengar omelan ibunya di luar kamar.
Alea sudah terbiasa dengan hal ini. Dia mengambil makan di dapur dan memakannya di dalam kamar. Dia berjalan santai seolah tidak ada yang mengomel.
"Sepatu siapa itu? Ibu... sepatu Alea baru. Sepatu dia lebih mahal dari punyaku," Cleo merengek saat melihat melihat Alea memakai sepatu baru.
"Dari mana kamu bisa beli sepatu semahal itu?!" tanya ibu ketus.
"Bu, Alea kerja tiap hari. Alea punya uang sendiri. Bukannya ibu yang bilang, Alea kalo mau sesuatu, Alea harus cari uangnya sendiri," jawab Alea tegas.
"Alea!! Jangan kurang ajar sama ibu!!"
Alea keluar rumah. Dia benar-benar tidak tahan dengan ocehan ibunya. Dia ingin meninggalkan rumah sejak lama, tapi mendiang ayahnya berpesan agar Alea tidak pergi dari rumah sampe dia menikah. Maka ini lah yang bisa dia lakukan sampe saat ini.
Rutinitas pagi Alea di dalam rumah menang sangat mengerikan. Dia hampir setiap hari pergi kesekolah dengan mood yang buruk.
"Kean, ini barang kamu yang ketinggalan kemarin. Tapi maaf, ramennya aku makan, soalnya kalo di bawa sekarang bisa basi. Aku bisa ganti kalo kamu mau di ganti," kata Alea saat memberikan kantong belanja milik Keanu di atas meja kelasnya.
"Loh, kan aku bilang itu buat kamu?" kata Keanu bingung.
"Tapi di dalemnya masih ada uang kamu."
"Uang? Uang apa?" tanya Keanu sedikit bingung.
"Liat aja di situ. Kamu boleh itung, struk belanjanya masih disana,"
"Oh, uang itu. Jadi kamu ga jadi ambil karena masih ada uangnya di dalam? Maaf deh kalo gitu. Aku ambil ya uangnya. Makasih Alea udah jagain barang ku."
Alea hanya membalas senyuman Keanu dan berjalan ke mejanya lagi.
"Lu kesambet apaan, bisa baik ama cwe aneh itu?" kata Raka.
"Dia ga aneh kok, dia baik dan lucu. Dia temen baru gw," jawab Keanu.
"Kean!! Lu salah makan ya? Cwe cupu gitu lu temenin. Aduuh ga tau gw gimana respon Nathan nantinya."
Alea mendengar semua pembicaraan Keanu dan Raka. Dia juga sudah bersiap dengan kejadian yang akan menimpanya setelah ini.
Alea dan Kamila sedang menuju ke kantin, saat jam makan siang telah tiba. Di sekolah mereka di sediakan fasilitas makan siang bagi setiap muridnya.
"Lea, ntar habis makan siang, ngumpul bentar ya di club sains," kata Radit sambil berjalan bersama teman-temannya.
"Ok, tapi ga pake lama ya?"
"Anak sains ngapain mau ketemu kamu?"
"Biasa paling minta jatah buat ikut lomba sains taun ini. Kata Pak Regan sih gitu kemaren."
"Oh gitu... kamu sih maruk, semua di ikutin sendiri. Alea, hari libur mu kapan? Jalan yuk?"
"Kapan ya, ntar aku liat deh
Aku juga ga tau. Lagi mau cari tempat magang baru aku.""Emang kenapa yang kemaren?"
"Ga papa, udah abis aja waktunya."
"Hmm si ratu part time,"
Saat Alea dan Kamila tiba di tangga terakhir menuju lantai 1 tiba-tiba di depan mereka banyak gadis berjajar berhenti seperti sedang menonton balap motor. Ya, ini pasti karena superboys mau lewat. Golongan kaum wangi semerbak dengan ketampanan melebihi rata-rata.
"Alea, kalo boleh mimpi neeh, dari para anggota superboys mana yang kamu pengen ajak kencan," bisik Kamila.
"Ga tertarik aku. Mending gini aja lah, ga mau mimpi. Kalo ga nyampe bakalan sakit jatuhnya." jawab Alea datar.
Dan benar saja para super boy's lewat di depan matanya. Paling depan ada Nathaniel yang diikuti dengan Keanu dan Stevan serta paling belakang ada Raka dan Marcho.
Sumpah, kalo boleh jujur, pesona mereka bener-benar bikin hati yang liat jedag-jedug. Seolah matahari lagi ada di belakang mereka saat ini, aura mereka mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata.
Hari pertandingan pun di mulai. Alea yang pagi ini berangkat ke sekolah di jemput oleh Nathan pun hanya mencoba menghafalkan pelajaran yang sudah dia pelajari selama ini.Nathan tidak berani mengganggu Alea dalam menghafal dia hanya memberikan satu tangannya agar bisa dimainkan oleh Alea seperti biasanya. Alea terus berkonsentrasi dan hampir tidak mengajak bicara Nathan sedikitpun.Alea mencoba untuk terus menghafal sampai mereka masuk ke dalam area sekolah. Saat mobil Nathan sudah parkir, dia baru sadar kalau dari tadi dia sedang bersama dengan Nathan.“Ya ampun Nathan ... maaf ya. Dari tadi aku diemin kamu,” ucap Alea tidak enak.“Santai aja. Ga papa kok. Aku tau kamu lagi prepare banget sekarang kan. Santai aja, Lea,” jawab Nathan sambil tersenyum.“Maaf ya. Harusnya kita ngobrol dan aku juga harus nanyain soal persiapan kamu juga. Eeh aku malah egois gini.”“Ga papa. Justru nanti kalo kamu ngobrol ama
“Kamu bolos kelas?” tanya Nathan“Aku ga bisa konsen di kelas. Aku kangen kamu. Aku ga bisa belajar.”“Pasti kamu kangen tangan aku ya? Hmm jangan-jangan kamu mau baikan ama aku biar kamu bisa belajar buat olimpiade kan? Trus kalo kamu udah menang, ntar kamu bakal lupain aku lagi. Gitu ya?”“Ya ampun Nathan ... kamu kok jadi pinter sekarang. Pasti kamu ketularan aku ya. Dulu kayanya kamu ga sepinter ini deh. Aku jadi salut kamu sepinter ini. Sampe bisa nebak isi pikiran aku lho.”“Anak songong,” ucap Nathan sambil menjentik kening Alea dengan jarinya.“Aduuh sakit.”“Sakit? Aku sembuhin ya.”Alea mengangguk manja. Dia seolah mengerti bagaimana Nathan akan menyembuhkannya. Dia seolah ingin terus bermanja pada pemuda itu.Alea ingin menebus semua waktunya yang kemarin dia habiskan tanpa Nathan. Dia ingin menebus semuanya sampai habis dan tidak bersisa.
Alea dan Nathan memutuskan untuk kembali ke rumah Luna. Luna sudah kehilangan mood-nya untuk dia pergi bermain di luar. Dia ingin pulang dan merebahkan dirinya santai di rumah. Dia juga malas berbicara dengan Nathan.Nathan yang masih kegirangan karena Alea menyatakan kecemburuannya dengan sangat jelas pun menjadikan Nathan sangat senang. Dia merasa Alea sudah menyatakan perasaannya, hanya saja dia masih menjaga gengsi sampai olimpiade selesai.Mobil Nathan berhenti di sebuah taman yang sedang ramai dengan pengunjung. Ada banyak anak-anak muda dan juga anak-anak harta orang tua yang sedang melakukan berbagai aktivitas di taman tersebut. Alea mengamati satu-persatu aktivitas orang yang ada di taman tersebut. Pandangan Alea tertuju pada satu aktivitas yang ingin dia lakukan.“Tunggu!” teriak Alea saat Nathan hendak melajukan mobilnya.“Ijo sayank lampunya. Di marahin orang kita nanti,” ucap Nathan sambil tetap melajukan mobil.A
Alea sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Dia menyapa para tetangganya yang lewat di depan rumahnya untuk sekedar berjalan pagi. Maklum hari ini kan hari minggu jadi warga di komplek Alea sering berolah raga di sekitar lingkungan rumah Alea."Mbak Alea, itu bunganya pada seger-seger. Kaya hati yang nyiram," kata seorang tetangga Alea."Bisa aja loh. Sehat bu?""Sehat Mbak Lea. Sekarang udah enak di rumah ya.""Alhamdulillah bu, lebih nyaman."Alea melanjutkan menyiram bunga. Terkadang dia juga menebang batang yang jelek serta memotong rumput di sekitar."Mbak, kalo mau potong rumput bisa minta tolong Pak Eko. Dia mau kok, kalo pas ga kerja nyambi beberes," sapa tetangga lainnya."Pak Eko satpam bu?""Iya. Seikhlasnya tapi hasilnya bagus. Punya saya beberapa hari kemaren di bersihin Pak Eko.""Eh iya deh, ntar saya minta tolong Pak Eko."Alea meneruskan pekerjaannya. Selain mengurus kebun rumahnya, dia juga m
Alea berkeliling di toko buku, dia sedang mencari buku yang dia cari. Dia sudah menyusuri tiap rak tapi tidak menemukannya juga.Bahkan Alea bertanya ke pelayan di sana tapi ternyata bukunya tidak tersedia. Dia menjadi sedikit bingung saat ini."Ga ada bukunya?" tanya Nathan."Ga ada. Bentar ya, aku mau cari novel," kata Alea sambil berjalan ke rak novel.Alea melihat satu persatu novel yang di pajang di sana. Nathan juga tampak sedang serius membaca sebuah buku."Oh, jadi gini caranya. Kira-kira bakalan aneh ga ya ntar?" kata Nathan."Ah yang penting usaha dulu." kata Nathan sedikit meyakinkan dirinya.Dia meletakkan buku di tangannya. Buku tentang menaklukkan seorang cwe. Nathan sampai membutuhkan panduan untuk menaklukkan hati Alea."Kita pulang yuk?" kata Alea setelah dia mendapatkan novel yang dicarinya.Nathan berusaha membayari belanjaan Alea, tapi Alea menolaknya. Nathan membuang nafasnya kesal. Dia mera
Alea jalan ke kantin utama bersama teman-temannya di club sains. Mereka baru saja selesai belajar bersama."Alea," panggil Kamila."Mila... kok cemberut, kenapa?" tanya Alea saat melihat temannya itu sedikit menekuk wajahnya saat melihatnya."Aku kaya kamu lupain. Kamu udah dapet temen baru di club sains," kata Kamila sedikit protes."Kok ngomongnya gitu sih. Ga kok, aku ga lupain kamu, cantik. Tapi kan emang selasa aku udah harus tes. Maaf ya?""Hehehee... aku becanda kok. Kita makan yuk. Menunya hari ini sop jamur, aku ga suka," kata Kamila sambil memamerkan barisan giginya yang rapi."Aku suka, aku mau sup kamu ya."Alea dan Kamila duduk di meja mereka. Tampak Nathan dan genk super boy's nya sedang berkumpul di satu meja. Mereka tampak sedang asik ngobrol sambil bercanda.Nathan melihat Alea yang sedang duduk di sebrang mejanya. Dia terus menatapnya seolah ingin segera mendatangi gadis itu."Samperin sana, bilang makasih
"Lea, ditunggu di ruangan kepala sekolah lu sekarang," kata salah satu teman Alea yang di temui Alea saat dia hendak menuju ke kelasnya."Ada apa?""Ga tau, lu ke sana aja."Alea meletakkan tas di dalam kelas dan segera ke ruangan kepala sekolah. Dia bertemu Keanu dan Raka di dalam kelas."Hai Alea, gimana keadaan kamu hari?" sapa Keanu saat melihat Alea masuk ke kelas."Baik," jawab Alea singkat. Alea segera pergi lagi keluar kelas untuk menemui kepala sekolah di ruangannya.Tok tok tokAlea mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Setelah di ijinkan masuk, Alea pun membuka pintu dan melihat di dalam ada Clarissa yang di dampingi seorang perempuan paruh baya.Mungkin itu ibu Clarissa. Di sana juga ada Pak Regan sebagai wali kelas Alea dan tentunya kepala sekolah."Masuk sini, Lea," kata Pak Regan menyuruh Alea masuk.Alea duduk di kursi sebelah Pak Regan. Alea sudah mulai menebak, mungkin ini akan membahas hal yang terja
Alea belajar bersama anak club sains. Mereka menerima Alea dengan baik. Alea menerangkan dan membantu teman-temannya belajar.Alea juga senang mendapatkan teman baru. Terkadang Alea masih sedikit merintih karena luka di tangannya masih perih. Apa lagi dia harus banyak menggunakan tangannya."Lea, makasih ya udah bantuin. Besok main sini lagi ya. Cara nerangin kamu tuh lebih enak di mengerti, jadi gampang di inget," kata salah satu anggota club."Aku juga seneng kalo kalian bisa terima dengan semua kekurangan aku. Hmmm aku pulang duluan ya?"Alea membereskan barangnya. Dia berpamitan dan ingin segera beristirahat di rumah. Saat membuka pintu, Alea kaget, Nathan sudah berdiri di depan pintu bersandar pada dinding.Nathan hanya melihat Alea. Pandangan mata mereka bertemu sejenak sebelum Alea melangkahkan kakinya meninggalkan Nathan. Tapi Nathan terus mengikuti Alea. Ke mana pun Alea pergi, Nathan berjalan di belakangnya."Lea, Nathan di b
"Aaaaaa!!!" teriak Alea saat pumps shoes mahal Clarissa menginjak jari-jari Alea.Clarissa sengaja sedikit memutar heels pumps shoesnya di atas jari Alea."Gw benci tangan lu yang berani mainin tangan Nathan.Tangan murahan dan kotor lu, ga pentes memegang tangan Nathan!!" kata Clarissa dengan kebencian yang sudah sangat memuncak.Alea menangis makin tersedu menahan sakit di tangannya."Ampun Clarissa. Aku masih butuh tangan ku. Lepas Clarissa," Alea memohon ke Clarissa."Apa? Gw ga denger. Bisa ulangi lagi?""Aaaa!!!! Ampun Clarissa. Tangan ku. Lepasin tangan ku!!" teriak Alea menahan tekanan di atas tangannya."Kalo lu masih deket ama Nathan lagi. Ini akan bisa lebih parah lagi. Ngerti lu!!"Clarissa dan kelompoknya meninggalkan Alea sendirian menangis di sana. Shiren memposting foto Alea yang amburadul di grup kelasnya. Alea menangis sambil memegangi tangannya yang terluka."Dengan tangan kaya gini gimana aku akan i