"Wanita itu berjanji, ia akan sering menengok Mira sebulan sekali. Namun, sampai kamu sebesar ini, wanita itu tak pernah datang lagi. Ibu pun tak mempermasalahkan, karena Ibu tulus merawat kamu. Sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu, ada seorang perempuan seusiamu yang mulai mencari-cari kamu, Mir," jelas Bu Salma."Nona Syahla?" tebak Amira.Bu Salma mengangguk, membenarkan ucapan Amira jika yang mencarinya adalah Syahla."Syahla memberitahukan sebuah rahasia dan menceritakan tentang siapa kamu sebenarnya," ujar Bu Salma."Rahasia apa, Bu? dan aku, siapa?" tanya Amira semakin merasa penasaran."Nanti, biar Syahla saja yang menceritakannya sama kamu, Amira," jawab Bu Salma, ia tersenyum menenangkan Amira yang merasa gelisah karena dilanda rasa penasaran."Tapi, Bu. Apa Ibu tak ingin menceritakan sedikit saja padaku?"Bu Salma menggeleng, Amira pun mengangguk. Ia paham karena mungkin akan lebih jelas jika diceritakan oleh Syahla sendiri nanti. Tak sabar rasanya Amira ingin mengetahu
POV Nek Warsih"Oh iya, Nek. Ini Amira, Amira Lestari, aku sudah menemukannya, Nek." Syahla memperkenalkan Amira padaku."Amira," ucap gadis itu, memperkenalkan diri.Aku menatap nanar gadis yang tengah berdiri dihadapanku. Wajahnya cantik, mirip dengan Nyonya Syahnaz, mantan majikanku. Seketika rasa bersalah menyeruak di dalam hatiku.Hingga tak terasa air di dalam netraku, berdesak-desakan ingin keluar.Syahla datang mengunjungiku, ia lalu memperkenalkanku pada perempuan yang selama ini selalu hadir dalam mimpiku. Perempuan yang saat dua puluh lima tahun yang lalu, aku titipkan pada panti asuhan yang tak jauh dari tempatku tinggal."Nek, boleh kami masuk?" tanya Syahla membuyarkan lamunanku. Seketika kuusap air mataku, lalu mempersilahkan mereka berdua masuk."Ayo masuk," ujarku datar, lalu aku masuk ke dalam rumah diikuti oleh mereka berdua.Mereka kemudian duduk di kursi kayu yang menjadi ruang tamu rumahku. Syahla dan Amira duduk bersisian, sementara aku berada di hadapan mereka
POV Author Tes! Air mata Amira kembali keluar dari kedua matanya setelah mendengar cerita dari Nek Warsih. Kenapa ada orang yang tega berbuat jahat seperti itu padanya? Perasaan Amira menjadi tak menentu. Di satu sisi dia sangat bahagia akhirnya bisa menemukan keluarganya. Di sisi lain, ia sangat terluka mengetahui kenyataan bahwa dirinya ditukar oleh seseorang demi keegoisan orang tersebut. "Nenek minta maaf Nak, atas segala salah dan khilaf yang nenek lakukan. Nenek selalu dihantui rasa bersalah terhadapmu," ucap Nek Warsih, Ia segera memeluk Amira dengan penuh penyesalan. Namun, Amira bergeming tak membalas pelukan Nek Warsih. Hatinya merasa tak terima dengan tindakan Nek Warsih yang secara apa pun telah merugikan semua orang terutama dirinya yang sekian lama merasa yatim piatu. Ia bahkan telah dipandang sebelah mata dan disia-siakan oleh keluarga mantan suaminya karena menganggap Amira berasal dari keluarga tak jelas. Syahla mengusap kristal bening yang mengalir membasahi pipi
Amira diantar oleh Syahla kembali ke panti asuhan. Amira merasa tak tenang karena sudah terlalu lama meninggalkan Gemilang. Padahal sebelumnya, Amira hendak dikenalkan pada kedua orangtuanya oleh Syahla.Namun, Amira merasa belum siap. Ia masih butuh waktu untuk mempersiapkan diri bertemu orangtuanya. Syahla pun tak memaksanya, ia menyuruh Amira menghubunginya jika Amira sudah merasa siap."Hubungi aku, jika kamu sudah merasa siap, Mir," ucap Syahla sebelum mereka berpisah tadi.Amira kini sudah berada di dalam kamarnya. Dilihatnya Gemilang yang masih tertidur dengan Delia di sisinya. Amira pun tersenyum melihat pemandangan itu. Delia terlihat sangat kelelahan, karena menjaga Gemilang yang sedang aktif-aktifnya. Amira hendak membangunkan Delia, tetapi urung. Ada rasa tak tega melihat sahabatnya tersebut.Amira pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Tadi saat masuk rumah, Amira belum bertemu dengan Bu Salma karena beliau masih berada di kamar mandi. "Mir, sudah pulang?" t
Lamaran Syahla.Seminggu kemudian.Hari ini adalah acara yang paling penting dalam hidup Syahla. Lamaran resmi akan dilakukan oleh keluarga calon suaminya. Keluarga calon suaminya, sudah tiba di Surabaya kemarin lusa.Syahla menatap dirinya yang sudah selesai dirias. Ia begitu cantik dengan balutan kebaya berwarna krem dengan kerudung yang senada. Syahla tersenyum, ia begitu puas dengan hasil riasan yang membuat ia terlihat berbeda.Suara derit pintu membuat Syahla menoleh. Terlihat sang Ibu masuk ke kamar Syahla, ia tersenyum anggun menatap putrinya tersebut."Wah, putri Mama cantik sekali. Beruntung sekali lelaki yang akan menjadi suamimu nanti," puji Bu Syahnaz pada Syahla.Syahla tersenyum mendengar pujian Ibunya, "Mama bisa saja.""Kamu sudah siap, sayang?" tanya Bu Syahnaz."Sudah, Ma. Emm ... Apa mereka sudah datang?""Sudah, makanya Mama ke sini. Ayo turun," ajak Bu Syahnaz."Mama duluan, nanti Syahla turun.""Ya sudah, jangan lama-lama ya." Bu Syahnaz kemudian keluar dari kam
POV AmiraAku baru saja tiba di kediaman Syahla. Rumah berlantai dua tersebut membuat aku merasa takjub. Benarkah ini rumah di mana kedua orangtuaku berada?Aku tak berhenti menatap rumah bercat putih yang berada di hadapanku. Harusnya aku lah yang tinggal di sini bersama kedua orangtuaku. Mengingat itu, membuat hatiku merasa tak menentu.Syahla memang sudah memberitahukan semuanya padaku tentang kegundahan hatinya. Ia sendiri merasa belum siap jika harus meninggalkan semua yang ia miliki dan bertukar peran denganku.Aku tahu, dan aku memahami itu. Aku sendiri merasa belum siap jika harus berada di posisi Syahla sekarang. Aku takut, kedua orangtua kandungku tak menerima kehadiranku. Aku pun masih butuh waktu, maka dari itu aku sarankan Syahla untuk tak mengungkapkan dulu kebenarannya pada orangtuaku.Hari ini adalah hari yang paling penting dalam hidup Syahla. Kami menjadi dekat semenjak bertemu waktu itu. Namun, Syahla dan aku seperti sahabat yang telah lama berpisah. Syahla tak cang
Kak Yudha terdiam, ia masih menatapku penuh arti. Aku sendiri tak tahu apa yang aku ucapkan. Namun, untuk sekarang aku tak ingin memikirkan laki-laki. Aku hanya ingin fokus pada keluargaku dan kembali menjadi diriku yang sesungguhnya. Kurasa Kak Yudha sudah berlebihan, aku sangat takut jika hal ini akan menjadi masalah baru untukku nanti."Amira, Mas Yudha, sedang apa kalian di sini?" tanya Syahla yang tiba-tiba datang menghampiri kami.Hal itu membuat aku menjadi salah tingkah. Aku pun segera memikirkan alasan yang tepat untuk aku ucapkan pada Syahla."Aku hanya ingin pulang, La," jawabku sekenanya. Aku takut Syahla bertanya yang macam-macam terhadapku dan Kak Yudha."Lho, kok pulang? Aku kan belum ngenalin kamu sama Papa," ucap Syahla."Emm ... Gemilang rewel, tadi baru saja aku ditelepon Delia." Aku beralasan."Delia? teman kerja kamu yang dulu, bukan?" Tiba-tiba Kak Yudha menimpali dan bertanya.Aku dan Syahla menatap Kak Yudha secara bersamaan. Ternyata Kak Yudha masih ingat deng
POV AuthorSeorang wanita cantik dan seorang pria tengah masuk ke dalam sebuah restoran tempat Amira bekerja.Ia lalu duduk tak jauh dari Amira yang sedang mengelap meja. Wanita itu pun memanggil Amira tanpa menoleh hanya melambaikan tangan."Mbak, sini!" penggil wanita itu pada Amira.Gegas Amira menghentikan aktivitasnya mengelap meja. Ia pun menoleh dan menghampiri pelanggan wanita yang baru saja datang tersebut."Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya Amira saat sudah dekat.Wanita itu kemudian menoleh pada Amira. Ia memperhatikan Amira beberapa saat sebelum ia membuka kacamata hitam yang dipakainya."Amira?" tanya wanita itu terkejut.Begitupun dengan Amira yang sama merasa terkejut dengan kedatangan wanita itu yang ternyata adalah Selly. Selly datang di restoran ini bersama seorang pria yang tak Amira kenal."Selly?"Selly tersenyum sinis menatap Amira. Ia menatap Amira dengan seksama, kemudian meremehkan pekerjaan Amira yang hanya sebagai pramusaji."Oh, masih gak berubah juga