Share

Bab 6. Di Rumah Yudha 2

Sudah seminggu lamanya Amira tinggal di rumah keluarga Yudha. Sehari-hari Amira membantu Bu Zaenab membuat adonan kue untuk dijual sesuai pesanan. Ada beberapa kue yang dijual Bu Zaenab, diantaranya ada bolu, brownies dan beberapa kue basah lainnya. Amira sangat antusias sekali belajar membuat kue pada Bu Zaenab, untung saja Gemilang tak begitu rewel saat Amira membantu Bu Zaenab.

Saat sore hari tiba, Bu Zaenab akan mengantarkan pesanan kue itu pada pelanggannya. Sementara Amira sendirian di rumah bersama Gemilang. Pak Abdullah masih ada tambahan jam mengajar, begitupun Yuni dan Yudha yang sama belum pulang.

"Mir, Ibu mau antar kue ke Bu Haji Saidah dulu ya, sudah ditunggu. Kamu gak papa kan, Ibu tinggal sendiri? kalo nunggu Yuni pulang, kelamaan," pamit Bu Zaenab.

"Iya Bu. Amira jaga rumah, Ibu hati-hati ya," jawab Amira sembari mencuci peralatan dapur yang telah selesai digunakan.

Setelah Bu Zaenab pergi, Amira kembali melanjutkan pekerjaannya hingga selesai. Amira pun masuk ke kamar, diliihatnya Gemilang yang masih tertidur. Amira mengelus lembut pucuk kepala Gemilang, rasa sedih kembali menyelusup dalam hatinya.

Amira masih berharap Radit akan menjemputnya, karena bagaimanapun ia masih mencintai Radit dan juga Gemilang sangat membutuhkan sosok ayah. Namun, sudah seminggu ia berada di rumah Yudha, Radit sama sekali tak menjemputnya. Amira sudah pasrah pada hubungannya dengan Radit, ia semakin kecewa dengan sikap suaminya yang seperti sudah tak peduli lagi padanya. Amira masih berharap Radit akan membuka pintu hatinya agar mencari kebenarannya dulu sebelum memutuskan hal yang lebih jauh untuk hubungannya.

Yudha baru saja sampai, ia kemudian langsung masuk ke rumah. Setelah meletakkan tas kerja di kamarnya, Yudha bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat hendak menuju kamar mandi, dilihatnya kamar Amira yang sedikit terbuka.

Yudha berhenti sejenak, ingin rasanya ia mengobrol dengan Amira untuk sebentar saja. Selama seminggu di sini, Amira terkesan menghindarinya. Hal itu membuat Yudha merasa canggung untuk memulai obrolan dengan Amira lagi. Apalagi Yudha sadar, ada rasa yang masih bercokol di hatinya pada Amira.

Dengan ragu, ia akan membuka kamar Amira. Namun, belum sempat Yudha memegang tuas pintu, Amira sudah keluar dari kamarnya. Amira sedikit terkejut dengan keberadaan Yudha yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"Kak Yudha?" tanya Amira secara spontan.

"Mir." Yudha terlihat gugup, debaran jantungnya bertalu-talu saat melihat wajah ayu milik Amira.

"Ada apa, Kak?" 

"Aku ingin bicara," ucap Yudha.

"Aku, mau beres-beres Kak." Amira mencoba menghindari Yudha, ia hendak ke dapur. 

Namun, saat akan berjalan, tangan Amira ditarik oleh Yudha membuat Amira tak sengaja malah jatuh di pelukan Yudha. Yudha tak sengaja menarik dengan kencang tangan Amira, ia melakukan dengan spontan karena merasa Amira terus menghindarinya.

'Maaf Mir," ucap Yudha seketika lalu melepas tangan Amira.

Amira mengusap pergelangan tangannya, ia menatap canggung Yudha.

"Kita bicara di teras saja. Yang lain belum pada pulang," ucap Amira, ia bergegas melangkah menuju teras depan diikuti oleh Yudha.

"Mau bicara apa, Kak?" tanya Amira setelah ia menjatuhkan bobot tubuhnya pada kursi teras. Amira mengajak Yudha ke teras karena takut terjadi fitnah pada keduanya. Amira harus bisa menjaga sikap, karena bagaimanapun ia masih istri Radit dan menumpang di rumah Yudha yang dulu pernah mencintainya.

"Kamu kenapa menghindar terus dari aku, Mir?"

"A-aku tak mengindari Kak Yudha, tetapi aku hanya menjaga sikap sebagaimana mestinya," jawab Amira.

"Kau masih mengharapkan Radit? ia sudah mentalakmu, apa rencanamu selanjutnya?" Yudha terlihat iba dengan nasib Amira.

Amira terdiam, ia juga tak tahu rencana apa yang akan ia lakukan ke depannya. Meskipun dalam hati ia masih mengharapkan Radit, tetapi kenyataannya ia harus punya pilihan lain jika Radit sudah tak mau bersama lagi.

Prok prok prok

Tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan yang membuat Amira dan Yudha menoleh seketika. Terlihat Radit yang telah melakukan tepukan itu sembari mendekat pada mereka. Amira dan Yudha sama sekali tak menyangka kedatangan Radit yang tiba-tiba.

"Bang Radit?" wajah Amira berbinar seketika saat melihat suaminya itu.

"Radit?" lirih Yudha.

"Jadi begini, kelakuan kalian di belakangku?" tanya Radit, ia menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menatap Yudha dan Amira bergantian.

"Dit, ini gak seperti yang elo kira." Yudha berusaha menjelaskan, tetapi sepertinya Radit tak menghiraukan Yudha.

"Maksud, Abang?" tanya Amira bingung. 

"Kamu bener-bener udah buat Abang kecewa, Mir. Abang kira, kamu hanya berhubungan dengan tiga lelaki yang di foto itu. Ternyata, dengan Yudha juga," sinis Radit.

"Abang ngomong apa sih? Amira gak ada hubungan apa-apa dengan Kak Yudha." Amira membela diri. 

"Abang ke sini mau jemput Amira dan Gemilang, iya kan, Bang?" tanya Amira penuh harap.

"Abang ke sini hanya ingin mengantarkan ini," jawab Radit, ia kemudian menyerahkan sebuah amplop pada Amira.

"I-ini apa, Bang?" Amira menerima amplop itu, tangannya bergetar saat hendak membukanya.

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status