Share

Bab 7 Kecelakaan

Author: Isti Alfarizi
last update Last Updated: 2022-07-04 18:16:47

"Kamu bener-bener udah buat Abang kecewa, Mir. Abang kira, kamu hanya berhubungan dengan tiga lelaki yang di foto itu. Ternyata, dengan Yudha juga," sinis Radit.

"Abang ngomong apa sih? Amira gak ada hubungan apa-apa dengan Kak Yudha." Amira membela diri. 

"Abang ke sini mau jemput Amira dan Gemilang, iya kan, Bang?" tanya Amira penuh harap.

"Abang ke sini hanya ingin mengantarkan ini," jawab Radit, ia kemudian menyerahkan sebuah amplop pada Amira.

"I-ini apa, Bang?" Amira menerima amplop itu, tangannya bergetar saat hendak membukanya.

Amira membuka isi amplop itu, ia membaca secarik kertas yang berada di dalam amplop tersebut. Air matanya luruh seketika setelah membacanya. Surat itu berisi panggilan ke pengadilan agama untuk sidang pertama perceraian mereka. Amira sangat tak menyangka secepat ini Radit bertindak, tanpa bertabayun mencari kebenarannya dahulu.

"Abang benar-benar akan menceraikanku?" tanya Amira, ia meremas kertas yang dipegangnya.

"Kamu sudah baca sendiri isi surat itu. Aku harap, kau bisa datang saat sidang," jawab Radit.

"Brengs*k lo, Dit!" secara tiba-tiba Yudha memukul Radit, ia merasa tak tega dengan Amira yang kembali menangis.

"Cih, bukannya ini yang kalian berdua inginkan? setelah bercerai, kalian bisa bebas berdua," ucap Radit, ia mengelap sudut bibirnya yang berdarah akibat dipukul Yudha.

"Elo nuduh tanpa bukti, Radit. Amira tak seperti yang elo kira, gue dan Amira tak ada hubungan apa pun," jelas Yudha.

"Kalau tak ada hubungan apa pun? ngapain istri gue ada di rumah lo? kalian berdua sama-sama tega sama gue! Brengs*k!" Radit membalas memukul Yudha.

"Cukup!" Amira melerai perkelahian antara mereka berdua, ia tak ingin membuat keributan yang akan memancing tetangga keluar. Sudah ada beberapa orang yang keluar dari rumahnya untuk melihat kejadian yang terjadi di depan rumah Yudha.

"Bang, jika kedatanganmu hanya untuk mencari keributan, lebih baik kau pulang! Aku terima surat ini, dan aku tak akan datang ke pengadilan. Aku tak menuntut apa pun dari kamu, aku juga tak akan membela diri lagi. Percuma, kau sudah dibutakan oleh rasa cemburu!" tegas Amira yang membuat Radit tak percaya.

"Cih! benar-benar, kau memang ingin secepatnya berpisah dariku, Mir? agar kau bisa secepatnya bersatu dengan dia kan?" Radit tersenyum sinis menatap Amira, tangannya menunjuk Yudha yang berdiri di sampingnya.

"Terserah apa pun yang kamu pikirkan, Bang! Aku sudah sangat kecewa sekali padamu. Aku pikir, kau akan lebih dewasa dalam mengambil sikap dan bertabayun mencari kebenaran dengan apa yang dituduhkan oleh Ibu dan adikmu padaku. Tetapi, aku rasa percuma jika hatimu tak percaya padaku lagi, kau bahkan menuduhku berselingkuh dengan Yudha. Tuduhan yang sama sekali tak ada bukti, Bang." Amira mengusap kedua matanya yang mengalir membasahi pipi. Sakit, itu yang Amira rasakan saat mengucapkan itu semua.

Radit tak percaya dengan semua ucapan Amira. Radit berpikir Amira akan memohon-mohon padanya untuk tak bercerai dan meminta maaf karena telah mengecewakannya. Semua diluar perkiraan Radit, ternyata Amira malah ingin secepatnya berpisah darinya.

Padahal, jika saja Amira mau memohon dan berlutut padanya serta mengakui semua perbuatannya, Radit akan berpikir dua kali untuk menceraikan Amira dan mencoba menerima Amira kembali. Radit masih sangat mencintai Amira, tetapi egonya mengesampingkan rasa itu semua.

"Kenapa kau angkuh sekali, Amira? apa salahnya kau mengaku saja dan meminta maaf padaku!" Radit menatap tajam Amira.

"Sampai kapanpun aku tak akan mengakui hal yang tak pernah aku lakukan, Bang!" tegas Amira.

"Kau masih menyangkal? bahkan ada Gemilang hasil selingkuhanmu dengan lelaki itu!" tuduh Radit yang seketika membuat Amira murka.

Plakk!!

Amira menampar Radit, tak ada yang lebih sakit dari hati seorang wanita jika anak yang telah dilahirkannya tak diakui oleh ayah kandungnya sendiri. Amira tak habis pikir dengan tuduhan Radit yang terkesan tak masuk akal. Bukankah Radit sendiri yang menemaninya selama ia mengandung Gemilang?

Ah, entah hasutan apalagi yang membuat Radit begitu berubah secara sifat dan sikap.

"Amira, kau!" Radit mengusap pipinya, baru kali ini dalam hidupnya ia ditampar oleh seorang wanita. Amira, yang selalu bersikap lembut padanya berubah seketika.

"Lebih baik kau pergi, Bang. Aku tak akan menjelaskan apa pun lagi padamu, aku juga tak akan menuntut apa pun padamu. Kau bukan anak kecil lagi yang harus aku beritahu hal yang salah maupun benar. Semoga kau tak menyesal telah melakukan ini padaku dan Gemilang," kata Amira dengan tenang, ia mulai mampu meredam emosinya. 

Padahal rasanya ia ingin sekali memaki-maki Radit, tetapi ia tak akan melakukan itu. Rasanya percuma menjelaskan apa pun saat ini pada Radit, ia masih dikuasai rasa cemburu yang membuatnya tak menggunakan logikanya. Amira sudah pasrah jika memang harus berpisah dengan Radit, meskipun hatinya sakit.

Amira kemudian masuk ke dalam rumah, ia bergegas ke kamarnya dan mengunci pintunya. Saat bersamaan, Gemilang bangun dari tidurnya, bayi itu pun menangis meminta haknya untuk di asi-hi. 

Amira mengambil Gemilang, lalu menggendongnya. Diciuminya berkali-kali bayi lelaki tersebut. Kemudian Amira duduk dan memberikan hak Gemilang. Ditatapnya bayi yang sedang menyusu itu, air mata Amira kembali luruh. Ia sama sekali tak menyangka jika nasibnya akan seperti ini. 

Sementara itu, Radit masih berdiri di luar rumah bersama Yudha. Radit sangat tak menyangka Amira akan bersikap seperti itu. Amira terlihat tenang bahkan ia tak menuntut apa pun, Amira juga tak berusaha untuk membuktikan jika semua tuduhannya salah. Radit jadi meragukan tuduhannya pada Amira, tetapi bukti-bukti perselingkuhan Amira sangat kuat. Bahkan adik kandungnya yang selalu bersaksi atas perselingkuhan Amira.

"Gue harap lo gak nyesel dengan keputusan yang lo buat," ucap Yudha, ia kemudian menyuruh Radit pergi dari rumahnya.

"Lo sudah berapa lama berhubungan dengan Amira?" tanya Radit.

"Gue harus bilang berapa kali sama lo. Gue gak ada hubungan apa pun sama Amira. Kalo gue punya hubungan dengan Amira, gue pasti gak bakalan beritahu elo kalo dia di sini. Harusnya lo pikir pake logika, Dit." Yudha kembali menjelaskan hubungannya dengan Amira, ia sangat menyayangkan keputusan Radit yang terkesan tiba-tiba.

"Amira berada di rumah gue, itu karena gak sengaja gue nolong dia. Lo harusnya dengerin dulu penjelasan gue, Dit," lanjut Yudha.

"Basi! Kalian pasti sudah bersekongkol!" tuduh Radit.

"Terserah lo Dit, yang jelas gue udah jelasin semuanya ke elo. Kalo lo gak bisa bahagiain Amira, gue mampu Dit buat bahagiain dia. Lebih baik sekarang, lo pergi, Dit," usir Yudha.

Radit kemudian meninggalkan rumah Yudha, hatinya berkecamuk tetapi rasa cemburunya juga besar. Radit menyalakan motornya, ia kemudian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Melihat Amira yang begitu tenang, membuat Radit bertanya-tanya dalam hatinya. Sebenarnya ia sendiri mulai ragu dengan tuduhan yang dilontarkan Ibu dan adiknya tersebut. Namun, bukti-bukti foto Amira dengan lelaki lain selalu mengusik jiwanya. Apalagi Amira sekarang tinggal di rumah Yudha, lelaki yang dulu sama-sama mencintai Amira.

Radit masih sangat yakin jika Yudha sampai saat ini masih mencintai Amira. Ia dapat melihat sinar mata Yudha yang mendamba Amira, hal itu membuat Radit semakin yakin jika Amira dan Yudha telah berselingkuh. 

"Aaaargh!" Radit berteriak sembari memukul setang motornya, pikirannya bercabang, antara hati dan logika saling berperang. Radit semakin melajukan motornya dengan kencang, hingga ia beberapa kali diklakson oleh pengendara lain.

 Dari arah berlawanan, sebuah mini bus hendak putar arah. Radit tak bisa mengendalikan motornya, ia pun belok ke kiri untuk menghindari tabrakan dengan minu bus itu.Namun, hal itu itu malah membuatnya menabrak pohon yang berada di pinggir jalan. Darah segar keluar dari kepala Radit, ia sempat meraba kepalanya hingga sampai akhirnya semua terasa gelap.

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 97 ( Tamat )

    "Ayo, cerita, ada apa?" tanya Nisa kemudian setelah mereka duduk."Nis, apa keputusanku ini salah ya? Apa aku telah egois?" Syahla mulai bercerita."Keputusan buat nikah dengan Pak Yudha? Bukankah itu mimpi kamu?" Nisa merasa tak mengerti dengan ucapan Syahla."Maksud aku gini, aku pikir, aku akan bahagia mendapatkan Mas Yudha. Namun, hati kecilku merasa hampa karena aku tahu, Mas Yudha tak mencintaiku. Aku merasa Mas Yudha tak bahagia jika menikah denganku. Ia selalu bersikap dingin meskipun kami akan menikah. Aku pikir, Mas Yudha masih mencintai Amira," ujar Syahla."Terus, mau kamu apa, La? Apa kamu berpikir untuk melepaskan Yudha dan Amira untuk bersama? Bukankah, kau membenci Amira?" seloroh Nisa."Iya, sih. Namun, aku kembali merenung akhir-akhir ini. Semua yang terjadi bukan sepenuhnya salah Amira. Ini hanya keegoisanku semata karena cemburu padanya. Aku bingung, Nis. Namun, untuk mundur dan melepas Mas Yudha, aku sudah terlanjur malu dengan foto-foto itu.""Hati kecilku juga me

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 96

    Syahla baru saja sadar dari pingsannya. Setelah semalaman tak sadarkan diri. Terlihat Nisa yang sedang menjaganya. "Nisa," ucap Syahla lirih."Syahla, kamu udah sadar? Alhamdulillah ..." Nisa menangis haru, ia sangat takut kehilangan sahabatnya tersebut."Nis, aku masih hidup kan?" tanya Syahla."Iya, bod*h. Kau masih hidup, janji jangan kau ulangi perbuatan bod*hmu itu, La," ujar Nisa."Buat apa aku hidup, Nis. Semua kebahagiaanku sudah direnggut oleh Amira. Aku bahkan sudah tidak punya muka lagi sekarang. Hanya karena cinta, aku bertindak bod*h." Syahla menyesali perbuatannya."Aku benci Amira, Nis! Aku benci dia, karena dia hidup aku hancur seperti ini," sambungnya."Syahla, kamu yang tenang ya. Pak Yudha pasti akan menikahimu," ucap Nisa."Nggak mungkin, Nis. Mas Yudha tak akan menikahiku, ia pasti sangat membenciku saat ini.""A-aku akan menikahimu, Syahla." Suara seorang lelaki yang tak begitu asing di telinga Syahla.Syahla pun menoleh, mencari lelaki itu. Terlihat Yudha sudah

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 95

    Malam hari.Syahla tengah melihat foto-foto di galeri ponselnya di dalam kamar. Foto-foto mesra yang ia ambil dengan dibantu Nisa, ketika Yudha tengah tak sadarkan diri di kamarnya. Ia sedang berpikir untuk mengirim foto-foto itu di media sosial miliknya. Juga, ia akan mengirim di grup pekerjaannya di kantor. Meskipun, hal itu akan sangat memalukan, tetapi Syahla sudah tak punya cara lain lagi.Ia kemudian mengirim foto-foto itu di grup kerjaanya. Tak lama, grup kerjaanya itu heboh dengan banyaknya komentar dari rekan-rekan karyawan di kantornya. Semua komentar hampir menanyakan apa maksud dari Syahla mengirimkan foto-foto ini. Serta, menanyakan apakah benar foto-foto itu adalah foto Yudha dan Syahla?Syahla hanya membaca kehebohan di grup kantor, ia tak berniat membalasnya. Deretan pesan pribadi pun memenuhi ponselnya. Rata-rata dari teman kantornya."La, kamu benar-benar gila ya? Kamu serius kirim foto itu di grup kantor?" Nisa menghampiri Syahla, ia tak percaya dengan tindakan nek

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 94

    Amira begitu kecewa mendengar penuturan dari Yudha yang mengatakan, jika lelaki itu mengakui tidur di kamar yang sama dengan Syahla saat terbangun. Namun, Yudha sendiri merasa tak yakin jika melakukan hal itu, ia tak ingat apa pun."Aku tak begitu ingat, kenapa aku berada di kamar yang sama dengan Syahla. Aku juga merasa tak yakin jika aku melakukan hal itu. Hanya saja, aku merasa kecewa dengan diriku sendiri, Mir. Aku sudah menyakitimu, maafkan aku," sesal Yudha."Terus, apa yang akan kau lakukan, Kak? Apa kau akan menikahi Syahla?" tanya Amira datar.Yudha terdiam, entahlah dia tak tahu apa yang akan dia lakukan. Sebagai seorang lelaki yang dididik baik oleh keluarganya, ia tak ingin menjadi lelaki pengecut yang lepas dari tanggung jawab. Namun, ia tak yakin dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Syahla di kamar itu.Yudha kembali mengingat saat baru saja bangun dari pingsannya malam tadi. Ia memijit pelipisnya, merasa kepalanya begitu sakit. Pelan-pelan ia membuka matanya, terl

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 93

    Syahla sedang pisisi tidur di samping Yudha. Meskipun tidak berpakaian seksi, Syahla melepas hijab yang menutup kepalanya."Nisa!" Syahla menoleh saat mendengar suara pintu terbuka dan Nisa masuk ke kamarnya."Syahla, aku berubah pikiran!" "Maksud kamu?"Nisa ke sisi Syahla kemudian menarik lengan wanita itu untuk segera bangun dari kasur."La, sadar, bukan seperti ini cara untuk mendapatkan Yudha! Kamu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri!" ujar Nisa memperingatkan."Aku tak peduli, Nis! Bagiku mendapatkan Mas Yudha adalah hal yang lebih penting. Aku bahkan rela jika harus tidur dengannya!" seloroh Syahla."Tapi aku tak bisa membantumu dalam hal ini. Aku seperti ini karena peduli padamu, La. Aku tak ingin kamu mempermalukan dirimu sendiri." Nisa berusaha menyadarkan Syahla dari ide konyolnya."Oke, tak masalah. Aku sudah punya rencana lain kalau kau tak mau membantuku. Tapi, untuk kali ini kau jangan ikut campur Nisa. Berhenti menasehatiku, kau cukup melihat saja dan jangan berit

  • Fitnah Dari Ipar Dan Mertua    Bab 92

    "Gemilang? Itu ... Bukan apa-apa," jawab Syahla gugup. Ia khawatir Gemilang melihat aksinya memberikan beberapa tetes cairan ke dalam kopi milik Yudha."Tapi, aku pernah lihat itu di rumah Oma." Gemilang menunjuk sesuatu di tangan kiri Syahla.Syahla pun mengikuti pandangan Gemilang, ternyata yang dimaksud anak kecil itu adalah gelang yang dipake Syahla."Gelang ini?" tanya Syahla memastikan dengan menunjukkan gelang itu pada Gemilang.Gemilang mengangguk. "Gelangnya sama kaya punya Oma. Apa itu gelang punya Oma, Tan?"Syahla sedikit lega mendengar ucapan Gemilang. Ternyata benar, Gemilang menanyakan gelangnya."Ini gelang punya Tante. Oma membelikannya untuk Tante. Gelang Oma sama Tante samaan," jelas Syahla."Emang kenapa, kok Gemilang tanya gelang ini?" tanya Syahla kemudian karena penasaran."Dulu waktu di rumah Oma, aku ambil gelang Oma buat mainan. Habis itu, gelang Oma rusak. Oma marah sama aku, katanya itu gelang berharga punya Oma. Aku nggak boleh pegang gelang itu lagi." Gem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status