Share

Bab 5

Auteur: Autumn
last update Dernière mise à jour: 2025-02-25 10:40:36

Kirana

“Bawa suamimu ke kamar, Kirana!” kata Ayah. Mendengar ucapan itu, sontak aku menoleh ke arah Dirga. Dia terlihat begitu santai menanggapi ucapan ayah barusan. Dia terus melihat ke arahku yang membuatku merasa tak nyaman.

“Iya, yah,” jawabku singkat dan segera melihat ke arah lain agar kami tak kontak mata terus-menerus.

“Kami permisi,” lanjutku berpamitan kepada yang lain.

“istirahatlah, kalian pasti lelah,” sahut bude Diyah. Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan wanita aruh baya itu. 

Yang lain tak menanggapi ucapanku, apalagi ibu tiri dan adikku yang terlihat kesal sejak tadi. Aku juga tak berharap apapun dari mereka.

Oh ... Gawat, bisa-bisanya aku lupa jika sekarang Dirga adalah suamiku. Meskipun aku belum siap, mau tak mau aku harus menerima semuanya. Tanpa banyak basa-basi lagi aku segera mengajak Dirga ke kamar. Jangan berpikir negatif, tentu kami tak akan melakulan apapun malam ini.

Ya ... Secara, aku sendiri masih belum yakin dengan pernikahan ini. Aku beranjak dari tempat duduk, lalu kulihat Dirga yang masih dengan posisi yang sama. “Ayo!” ajakku. Dia berdiri dan mengekor di belakangku.

Kami berjalan menuju kamar, ada rasa aneh yang menjalar di hatiku. Entah itu apa, namun perasaan itu adalah yang sulit untuk kugambarkan saat ini. Aku membuka pintu kamar menggunakan tangan kanan dan membiarkan Dirga masuk ke dalam. 

Dia berjalan melewatiku, dan tampak mengamati seluruh isi kamarku dari sudut ke sudut. Tak ada komentar apapun, dan sejujurnya aku juga tak ingin mendengar apapun darinya saat ini. Ada perasaan canggung antara kami berdua, tentu saja itu yang kami rasakan. Terutama aku. 

Lama tak bertemu dengannya, sekarang aku malah menjadi istrinya. Suatu hal yang tak pernah terlintas di benakku. Tidak ada yang bisa menerka semua itu. Ternyata manusia hanya bisa berencana, selebihnya Tuhanlah yang akan menuntun ke jalan yang diridhoi.

Aku menarik napas dan segera menghembuskannya. Tiba-tiba Dirga menoleh ke arahku. Aku masih terpaku, berdiri di dekat pintu. Entah sejak tadi aku hanya mengamati pria itu. Tak ada minat untuk sekadar mengajaknya mengobrol, atau menanyakan yang memenuhi isi kepalaku saat ini.  Dan sejujurnya aku sudah lelah dengan semua yang tejadi saat ini.

“Kamu tak ingin bertanya sesuatu kepadaku?” tanyanya sembari berjalan menuju ke ranjang berwarna putih milikku, dan duduk di atas kasur dengan seprei berwarna pink dengan motif bunga mawar kecil-kecil itu. 

Aku mulai sedikit tertarik dengan ucapannya yang menurutku sedikit memancing. Aku kembali menghela napas dan menutup pintu. Tentu aku tak bermaksud aneh-aneh, tapi tak enak saja jika percakapan kami di dengar oleh orang lain nantinya. Aku berjalan lebih mendekat ke arah Dirga. 

Deg.

Kenapa?

Perasaan aneh ini kembali muncul. Namun aku segera menghalau rasa itu sejauh mungkin dan berusaha bersikap biasa saja di hadapannya. “Ada banyak macam pertanyaan yang memenuhi kepalaku.”

Dia mengangguk sembari menautkan jemarinya. “Tanyakan apapun itu. Aku akan menjawab semuanya!” ucapannya terdengar seperti perintah. 

“Kenapa kamu melakukan semua ini?” tanyaku sembari mencari-cari jawaban darinya. 

Dirga menepuk kasur tepat di sebelah dia duduk. “Duduklah!” ucapnya lembut. 

Ucapannya terdengar bagai mantra, aku bahkan dengan mudahnya menurut dan berjalan ke arahnya. Aku ikut duduk di sebelahnya, dia menunduk dan menarik napas dalam.

Tanpa sadar kuamati setiap inci wajah Dirga. Banyak sekali perubahan yang aku lihat, garis wajahnya terlihat lebih tegas dan kulitnya juga lumayan halus, tak ada bulu-bulu halus di wajahnya. Sepertinya dia rajin bercukur. Jauh berbeda dengan Dirga yang akukenal dulu, dia jauh lebih bersih dan rapi sekarang. 

Ah lupakan semua itu, aku tak bermaksud memujinya. Dia menoleh ke arahku, aku segera memalingkan wajahku. Jantungku tiba-tiba berdegub kencang. Telapak tanganku tiba-tiba terasa dingin.

“Kenapa kamu melakukan semua ini?” tanyaku berusaha menghalau rasa gugubku. 

“Entahlah, aku melakukan dengan spontan. Maaf jika aku lancang,” ucapnya. Entah mengapa penjelasannya masih sangat mengganjal dan membuat hatiku sedikit kecewa. 

Tunggu! 

Bukan ini yang ingin aku dengar darinya, tapi aku juga tak bisa memaksa agar dia menjelaskan semua seperti yang aku mau. 

“Terimakasih sudah menolong di saat yang tepat. Jika kamu merasa keberatan, kita bisa batalkan pernikahan kita nanti. Toh percuma juga kita menikah. Tak ada cinta, di dalam pernikahan ini, dan juga semua ini hanya sebuah penutup aib,” jawabku. Dadaku terasa nyeri ketika mengatakan semua itu. Aku menoleh ke samping mencoba menahan air mata yang ku tahan sejak tadi. 

“Maaf jika kehadiranku hanya menambah masalah di tengah masalah. Kita coba jalani semuanya, pernikahan bukan sebuah permainan, Kiran. Aku sudah berjanji di depan Ayahmu, bukan hanya di depan Ayahmu dan tamu saja. Melainkan aku juga sudah berjanji di hadapan Allah ta'ala. Maaf jika jawabanku terkesan ambigu. Tapi aku akan bertanggung jawab dengan semua keputusan yang kuambil ini. Beri aku waktu beberapa hari untuk membereskan semuanya.” kali ini dia mengatakan dengan sungguh-sungguh. Namun kenapa hatiku sulit untuk menerima semua ucapannya. 

“Baiklah, kabari saja jika kamu ingin membatalkan semuanya. Aku akan dengan senang hati melakukannya.” 

Dia tampak tak bahagia ketika mendengar jawaban dariku. Bukankah seharusnya dia senang? 

Aku beranjak dari tempat dudukku. Segera kuambil selimut dan bantal dari lemariku untuk keberikan kepada Dirga. Meskipun kami sudah menikah, tapi aku belum yakin dengan semua ini. Dia melihat setiap gerak-gerikku, sangat berbeda dengn Dirga yang cuek dan menyebalkan waktu kecil. Atau memang masih sama?

Mungkin karena aku sudah lama tak bertemu dengannya.

“Kamu pakai ini, aku tidur di sofa,” kataku ketika memberikan selimut dan bantal kepadanya. Dia mengangguk menandakan mengerti apa maksudku, yah tentu saja dia pasti mengerti terlebih dia juga sudah dewasa sekarang.

Dia berdiri, “Kamu tidur saja di sini. Biar aku yang tidur di sofa,” jawabnya segera mengambil bantal dan selimut dari tanganku, dan berjalan menuju ke sofa.

Aku mengangguk dan segera membaringkan tubuhku di atas kasur. Kucoba bersikap biasa saja, seolah Dirga tak ada di kamar ini. Namun ternyata rasanya tak semudah yang aku bayangkan. Bagaimana bisa aku bersikap biasa saja sementara ada orang asing ralat, orang baru yang ada di dalam kamar bersama denganku. Meskipun dia berstatus sebagai suami, tapi situasinya sangat tidak mendukung saat ini. 

Jangan berharap malam pertama, memikirkan untuk bangun lagi esok saja aku tak berani. Kukirim Dirga yang tengah memposisikan diri di sofa. Aku jadi iba melihat dia yang kesulitan untuk mengmbil posisi. Terlebih tubuhnya yang jangkung membuatnya susah tidur di sofa yang memiliki panjang tak sampai 2 meter itu. 

Akhirnya aku menyerah dan menghampiri dia. “Kamu tidur di kasur saja deh, eh ... Jangan berpikir aneh-aneh! Kita nggak akan ngapa-ngapain kok,” kataku cepat, mencoba menghalau pikiran aneh-aneh yang mungkin saja akan terlintas di benak Dirga saat ini. Tidak akan ada yang bisa menjamin apapun, apalagi kamu adalah manusia normal dan sama-sama dewasa.

Dia tambak menyeringai jahil, seolah mengerti apa yang aku maksud saat ini. “Lagian ngapa-ngapain juga udah nggak dosa kok,” jawabnya sembari mengedipkan mata kepadaku. 

“Apaansih," kataku sembari berbalik cepat dan segera menuju ke atas tempat tidur. Dia tampak berjalan menuju ke arahku. Segera kuletakkan sebuah guling di tengah kasur, sebagai pembatas kami. 

“Ini ceritanya main rumah-rumahan?” celetuk Dirga. Aku kembali teringat masa kecil kami yang dulu pernah kami lalui bersama.

“Nggak usah mancing aneh-aneh deh,” gerutuku kesal. 

“Lagian, kita juga udah nikah. Nggak masalah juga kalo tidur bareng, lebih juga nggak masalah.”

“Jangan modus, awas saja sampai nyeberang dari kasur!” jawabku cepat sembari memicingkan mata ke arah Dirga.

Dia tersenyum lebar ke arahku sembari mengangkat dua jemarinya membentuk huruf V. “Bercanda kok.”

Dasar aneh, awas saja kalau sampai dia macam-macam!

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 53

    “Gimana Ga? Ketemu?” tanya Mayang berlari menghampiri putranya yang terlihat berjalan dengan gontai memasuki rumah. “Kalo ketemu nggak mungkin Kirana nggak di sini, ma," jawab Dirga dengan nada malas. Dia sudah sangat lelah sepanjang hari berkeliling tanpa arah dan tujuan. Tak ada tempat bertanya, tak ada tempat yang di tuju. Dia menghela napas lalu berlalu begitu saja melewati sang mama.Dia berjalan menuju kamar dengan perasaan tak karuan, rasanya dunia runtuh, ketika sehari dirinya tak melihat wanita yang dia cintai. ‘Kamu ke mana sih, sayang. Kenapa kamu setega ini ninggalin aku tanpa berpamitan. Kesalahan apa sebenarnya yang aku perbuat?' Dirga menutup pintu kamar dan mengambil laptop miliknya. Setelah menemukan yang dia cari, dia segera mengemasi barang dan kembali keluar.Mayang yang sejak tadi merasa pusing, kini dikagetkan melihat Dirga yang sudah membawajaket ransel hitam dan mengenakan tebal. “Ga, ini bukan waktunya muncak, istri kamu ilang lho. Bisa-bisanya kamu mau mu

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 52

    Kirana menunduk menahan senyum, bahkan dia juga merasa tak enak dengan sepupunya. Entah kebetulan atau bagaimana, ternyata pria yang dia sangka seorang psikopat tadi adalah sepupunya. Dia ternyata Kaivan, anak yang beberapa tahun lalu masih duduk di bangku SMP dan tak setinggi sekarang ini, siapa sangka sekarang sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa tampan dan rapi. Ingat ya, tampan dan rapi. Kirana memang belum pernah bertemu lagi semenjak pertemuannya terakhir kali beberapa tahun silam. Bahkan di hari pernikahannya dia tak sempat datang karena mempersiapkan untuk masuk perguruan tinggi. Kaivan yang dulu terlihat sangat culun dengan kacamata tebal dan rambut klimis berbau minyak rambut pria. “Sakit tau mbak,” keluh pria itu sembari menggosokkan telur bulat pada keningnya yang benjal karena tampolan reflek dari Kirana sebelumnya. Kejadian begitu cepat, jika teringat kembali Kirana merasa kesal dan tak enak telah memukul kepala Kaivan. Semua dia lakukan dalam upaya melindungi diri. “S

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 51

    Matahari sudah di atas kepala cuaca terasa begitu terik, hati Dirga ikut memanas karena kejadian di hari ini. Pria itu tampak mengusap wajahnya gusar, sudah beberapa tempat dia datangi, namun tetap tak membuahkan hasil juga. Dia bahkan sudah meminta bantuan Nanda untuk melacak keberadaan sang istri, namun hasilnya tetap nihil. Dia menarik napas berat, tangannya meremas kaleng minuman lalu melemparnya ke segala arah. “Aduh, catit!” teriak seorang anak kecil sembari memegangi kepalanya. Mendengar suara itu, Dirga sontak menoleh. “Astaga, maaf-maaf, kamu baik-baik saja?” tanya Dirga terlihat panik. Dia segera berlari menghampiri seorang anak lelaki berusia tiga tahunan itu. ”Hiih syebel. Om lepal kaleng cembalangan, itu pencemalan lingkungan!” teriak anak kecil itu berlari mendekati Dirga sembari memberikan kaleng yang sempat dilempar olehnya tadi. Dirga tampak termenung menatap wajah gembul menggemaskan, yang terlihat kesal itu. Dia bahkan tak tau harus bereaksi seperti apa s

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 50

    Embusan angin segar membelai kulit Kirana. Tatapannya lurus ke arah laut lepas. Pikirannya terasa lebih tenang, beberapa kali dia menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan. Deburan ombak putih bergulung seakan berlomba-lomba menghampirinya. Sesekali kakinya terasa basah karena belaian air laut yang menyapa. Sudut bibirnya terangkat, dia baru menyadari jika selama ini pikirannya selalu terasa penuh dengan permasalahan hidup. Orang-orang toxic yang datang dan pergi silih berganti. Memikirkan hal itu tiba-tiba dadanya terasa sesak kembali. Buru-buru dia menghalau pikiran menyiksanya. Mengalihkan dengan pemandangan indah di hadapannya. “Maafin mama ya sayang, kamu jadi merasa semua yang mama rasakan. Mama janji, kita akan selalu bahagia kedepannya. Makasih sudah hadir dan selalu temani mama di saat mama terpuruk. Kehadiranmu saat ini membuat mama sangat bersyukur dan bahagia,” gumam Kirana sembari membelai perutnya. Embusan angin semakin terasa kuat, kali ini dia kembali ber

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 49

    Dirga tak mendapatkan jawaban dari perjalanannya, hanya rasa kesal yang memenuhi kepalanya. Entah apa yang membuat istrinya sampai pergi secara tiba-tiba. Emosinya mulai memuncak, kepalanya bak mendidih memikirkan rentetan kejadian yang serba tiba-tiba. Jika ditarik, semua ini tidaklah seperti kebetulan semata.“Shit, arrrgh ... Sialan!” teriak Dirga di tengah jalan. Helm full face yang dia kenakan bahkan tak bisa meredam triakannya. Beberapa pasang mata tampak menoleh ke arahnya, di tengan kerumunan orang yang sedang menunggu lampu merah menjadi hijau. Dirga seolah tak acuh dengan kondisinya saat ini. Mengabaikan tatapan orang yang melihatnya dengan tatapan aneh. Setelah lampu berubah menjadi hijau, pria itu segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan memutar arah kembali ke rumanya.“Sialan kau Giselle, arrghh ...!” dia langsung menyadari jika wanita iru adalah sumber utama kekacauan yang sedang terjadi saat ini. Tak lama dia sampai di halaman depan, berharap jika sa

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 48

    Di kamar temaram terlihat dua insan tak mengenakan apapun Yang hanya ditutupi selimut tampak kelelahan setelah menghabiskan siang panas hingga menjelang sore.Dirga menutupi tubuh putih Kirana menggunakan selimut tebal, lalu mencium kening istrinya yang tertidur pulas setelah digempur habis-habisan olehnya. Dirga tersenyum tipis menatap istrinya dengan rasa sakit dan rasa bersalah. “Maafin mas ya, mas akan berusaha bahagiakan kamu kedepannya. Jangan pernah pergi dari mas ya,” bisik Dirga lalu mengenakan celana boxer hitam dan segera mengambil laptop silver dari meja di samping tempat tidurnya. Lalu ikut duduk di samping sang istri menemani wanita yang terlelap damai. Dia segera meminta Nanda untuk mencarikan tenpat tinggal yang cocok untuknya dan Kirana.Tak butuh waktu lama, Nanda mengirim beberapa gambar beserta harga untuk Dirga. Pria itu melihat seksama menimbang di mana dirinya akan membawa sang istri mencari kenyamanan. Pada akhirnya dia menemukan sebuah apartemen yang cukup lu

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status