Share

Fitnah dan Dendam
Fitnah dan Dendam
Penulis: Desi Fitriani

1. Dia Pura-pura Gila

"Ujang! Keluar kamu!" teriak Bu Mirna dengan emosi menggebu-ngebu.

"Ada apa, Bu?" tanya Ujang takut-takut. Siapa yang tidak takut bila di datangi oleh istri dari kepala desa dengan marah-marah?

"Masih nanya lagi! Lihat ini kelakuan si Reza. Dia mengintip saya sedang mandi, maksudnya apa coba? Dia benar-benar gila atau pura-pura gila sih?!" bentak Bu Mirna dengan emosi yang masih membara.

Melihat Bu Mirna marah-marah membuat Reza tepuk tangan, Reza adalah putra pertama dari Ujang dan Dewi, pemuda itu memiliki kekurangan, meskipun sudah dewasa tingkahnya masih seperti anak-anak. Setelah tiga tahun menikah akhirnya mereka dikaruniai seorang putra yang tampan nan rupawan. Namun, mereka juga sedih karena terlihat keanehan pada sikap Reza bisa dibilang kurang waras, kalau orang di desa menyebutnya gila.

"Diam kamu!" bentak Bu Mirna.

Burhan berlarian menuju rumah Ujang, ia segera mendekati istrinya. Nafasnya terengah-engah karena menyusul istrinya dengan berlari. Melihat sedang ada keributan Burhan mempercepat larinya.

"Astaga, jangan seperti ini. Keributan ini mengundang perhatian para warga, ada baiknya kita selesaikan secara pribadi dan kekeluargaan." Burhan menengahi, meski belum sempat untuk dirinya mengatur nafas.

Ujang mengajak mereka masuk, jujur ia terkejut mendengar pengakuan Bu Mirna. Mana mungkin putranya mengintip orang mandi, tapi ia juga tak bisa sembarang mengambil kesimpulan.

Semuanya duduk di dalam ruangan kecil, tidak ada kursi hanya beralaskan tikar tipis yang terbuat dari anyaman daun, keluaga Burhan memaklumi keadaan tersebut karena memang keluarga Ujang bukan dari kalangan orang berpunya. Burhan membuka diskusi untuk memperjelas apa yang sebenarnya terjadi.

"Oke, kalau begini penyelesaiannya lebih enak, jangan seperti tadi nggak enak di lihat warga. Jadi di mulai dari istri saya dulu. Sebenarnya apa yang terjadi, Sayang?" tanya Burhan.

Belum sempat membuka suara, seorang gadis gemuk dan hitam datang membawa minuman. Bu Mirna melihat ke arah gadis itu dengan jijik, lalu menatap minuman itu tanpa minat, mana mungkin dia mau minum, minuman yang disuguhkan oleh gadis itu.

"Terima kasih, Nak." Alina tersenyum senang dengan malu-malu, sebuah keajaiban baginya ada orang kaya mau berkunjung.

"Oke, jadi saya mulai. Saya tadi lagi mandi tiba-tiba dia!" Bu Mirna menunjuk Reza dengan suara tinggi dan amarah yang menggebu-gebu. Alina terkejut bukan main, ia segera memeluk ibunya karena ketakutan.

"Dia mendobrak pintu kamar mandi kami, padahal jelas-jelas saya sedang mandi. Lalu dia berteriak kesenangan karena melihat tubuh saya!" sarkas Bu Mirna.

"Hmm, tadi Reza memang datang ke rumah kami, dia meminta minum kepada saya dan saya menyuruhnya masuk. Terus saya tinggalkan dia di ruang tengah sendirian, sementara saya mengambil minum untuk Reza. Selama saya mengambil minum memang benar Reza berteriak mengatakan Tante kenapa nggak make baju. Nak Reza, kenapa mendobrak kamar mandi?" tanya Burhan.

"Aku tidak mendobraknya, aku cuma mau pipis tapi aku tak tau dimana tempat pipis. Terus aku mau pipis di tempat bunga di tanam dekat pintu itu. Tiba-tiba Tante keluar lalu menarik saya dan membuka handuknya terus aku teriak," ucap Reza.

"Bohong, jangan percaya ucapannya dia gila!" Bu Mirna tentu saja tidak terima dengan pengakuan tersebut. Tangannya gemetaran.

"Kakakku tidak gila, apa yang dia ucapkan itu jujur karena dia merasa dia masih anak-anak," ucap Alina, membela sang kakak.

Burhan memijit kepalanya yang berdenyut, percuma saja mencari penyelesaian kalau seperti ini. Ia melihat istrinya, entah mengapa seperti ada ketakutan di dalam diri Mirna. Apa mungkin itu karena kejadian barusan, itulah mengapa ia seperti ketakutan?

"Reza apa kamu benar-benar gila?" tanya Burhan.

"Tidak, aku tidak gila, Tante yang gila."

"Berani kamu mengatai saya!" Tangan Mirna terangkat hendak menampar Reza.

Orang tua Reza yang sedari tadi diam kini ikut-ikutan naik pitam. Mendengar semua tuduhan tersebut mereka masih bisa sabar, tetapi tidak dengan main tangan.

"Jangan sesekali Anda memukul anak saya!" ucap Ujang angkat suara.

"Ayah, Reza takut." Seperti anak kecil yang ketakutan Reza berlindung di balik badan ayahnya.

"Sudah-sudah, kita tidak tau mana yang benar. Tapi ada baiknya kita ambil kesimpulan dari cerita dari pihak yang paling berakal. Kita tidak tau Reza benar-benar gila atau tidak ada baiknya dia kita pasung di gudang rumah saya. Hari ini semua warga akan kita kumpulkan dan mengumumkan terkait pemasungan Reza karena dia sudah melakukan tindak di luar nalar," ucap Burhan.

Tentu saja keluarga Reza tidak menyetujui hal itu, bukankah seharusnya mereka benar-benar perlu menelusuri apa yang sebenarnya terjadi? Bu Mirna menatap Reza dengan remeh, tatapan matanya seolah olah mengatakan bahwa jangan pernah menantang Bu Mirna maka kalian akan tau akibatnya.

"Tidak bisa begitu dong, Han! Di sini semua orang tau kalau semua ucapan dari mulut Reza itu selalu jujur. Harusnya istrimu lah yang wajib di curigai, sekalipun kalian mau mencurigai anak saya jangan sampai pemasungan seperti itu! Kami bisa menjaga anak kami tanpa perlu di pasung," ucap Ujang.

"Bisa menjaga? Lihatlah, tiap hari Reza berkeliaran. Apa itu yang di sebut menjaga? Dasar bodoh kalian! Udah miskin, bodoh lagi," ucap Mirna dengan nada menghina.

"Bu Mirna, bagaimana kalau Reza itu anak ibu? Apa yang akan terjadi kalau suatu saat karma datang?" Setelah sekian lama diam Dewi ikut berbicara.

"Mana mungkin saya mempunya anak cacat seperti itu? Aneh-aneh saja!"

"Sudahlah, Bu Mirna! Saya tau kapan anak saya berbohong dan kapan anak saya jujur. Anda mungkin bisa menipu suami anda tapi tidak dengan saya!"

Wajah Mirna memucat seketika, ia harus segera membuat mereka terusir atau rahasianya akan terbongkar kalau begini ceritanya.

"Tutup mulut anda, Miskin!"

"Bebaskan anak saya, maka saya akan menutup mulut!"

Tentu saja Dewi tak mau mengalah mendengar semua ucapan dari Mirna, karena di sini sudah jelas siapa sebenarnya yang menjadi korban.

"Detik ini juga kalian bisa kuhancurkan, kalian itu miskin."

Dewi tertawa, tentu saja ia tidak takut dengan ancaman tersebut.

"Dasar murahan, anak saya yang notabenenya orang gila mau kamu perlakukan seperti itu. Kasian Burhan mendapatkan istri seperti anda," ucap Dewi membuat Mirna merasa ketakutan.

"Baiklah, aku akan menutup mulut kalian dengan caraku!"

***

Reza di bawa oleh Burhan, menuju kerumunan orang-orang yang penasaran dengan kedatangan kepala desa ke rumah Ujang. Ada yang mengira mereka akan mendapatkan sembako, ada juga yang mengira ada bedah rumah.

Alina segera menghalangi Burhan ketika ia tau apa sebenarnya yang akan terjadi pada kakaknya. Alina memeluk kaki Burhan, tak ada yang bisa dilakukan oleh Alina selain cara ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status