Share

2. Jangan Pasung Kakak!

"Om, tolong jangan hukum, Kakakku. Semua orang tau bagaimana kondisi kakak, Nana mohon jangan hukum kakak, Om." Burhan menatap prihatin pada gadis kecil gemuk yang sedang memeluk kakinya tersebut.

Gadis kecil yang sering dipanggil penduduk dengan sebutan Nana itu sebenarnya seumuran dengan anak Burhan. Burhan berjongkok di depan Alina, ia memberikan penjelasan kepada Alina tentang apa yang akan terjadi pada kakaknya.

"Nana, mendobrak pintu orang yang sedang mandi itu salah atau tidak?" tanya Burhan.

Alina menatap Burhan, dengan air mata yang terus turun ia menganggukan kepala.

"Tapi semua orang tau kondisi kakakku seperti apa," ucap Alina.

"Iya, Om juga tau itu, Nak tapi kita perlu bertindak sebelum dia melakukan hal yang sama lagi. Om, harap kamu mengerti."

"Jangan pasung kakak, Om," lirih Alina yang membuat Burhan iba.

Burhan jadi membayangkan putrinya yang sedang memohon seperti ini, Burhan mengusap kepala Alina. Ia tersenyum pada Alina, lalu berkata, "om nggak akan memasung kakakmu, Nak. Om, Janji."

"Nana kenapa nangis? Lihatlah banyak orang di sini. Kita akan terkenal dan jadi artis, Na. Asikk, kita akan jadi artis," ucap Reza bertepuk tangan kesenangan melihat banyak orang berkumpul di depan rumahnya.

Burhan menunggu kedua orang tua Reza dan juga istrinya, mungkin istrinya kurang setuju dengan perubahan hukuman ini. Namun, apa boleh buat ia juga tak bisa mengingkari janjinya pada Alina.

"Pak Kades, ada apa ini? Kenapa, Pak Kades berkunjung? Apakah ada pembagian sembako?" tanya salah satu warga.

"Tidak ada pembagian bantuan dalam bentuk apapun, di sini saya hanya ingin menindak tegas Reza yang mulai meresahkan warga," ucap Burhan.

"Meresahkan bagaimana, Pak?" tanya salah satu ibu-ibu yang ikut berkumpul di sana.

"Ya, nanti akan saya jelaskan. Kita tunggu orang tuanya Reza dan istri saya dulu. Jadi, kalian harap bersabar, yang mau pulang silahkan dan yang mau menunggu juga tidak apa-apa," tegas Burhan.

Burhan menatap kerumunan tersebut, tidak ada yang berniat untuk pulang. Semua warga penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Reza. Reza itu sebenarnya sangat tampan, ketika orang berkunjung mungkin akan terpesona dengan ketampanannya. Namun, banyak orang tertipu karena memang dia sedikit terganggu kejiwaannya, kalau orang desa bilang dia gila.

***

Semua sudah berkumpul, warga mulai menuntut untuk dijelaskan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sementara Reza sang tersangka utama kini asik melambaikan tangannya.

"Pak, cepetan ini ada apa sebenarnya?" tanya warga yang belum tau akan ada apa sebenarnya.

"Baik-baik, karena sudah berkumpul keluarga Reza dan Istri saya, maka akan saya mulai. Sebelumnya saya mohon maaf membuat kalian sudah menunggu, tapi tadi saya sudah meminta kalian pulang bagi yang mau dan satu lagi tidak ada yang meminta kalian berkumpul di sini. Kalian di sini atas kemauan kalian sendiri. Di sini sudah ada istri saya sebagai korban dan Reza sebagai pelaku. Sebelumnya semua orang sudah tau akan kekurangan Reza, semua warga juga memaklumi keadaannya. Di sini tidak ada yang keberatan dengan keberadaan Reza yang berkeliaran kemana, benar?" jelas Burhan kepada seluruh warga.

"Benar!" seru seluruh warga.

"Sekitar jam 10 tadi Reza datang ke rumah saya untuk meminta minum, saya mengambilkan minum tidak merasa keberatan juga saya. Namun, satu kejadian yang meresahkan, menjadikan istri saya korban. Reza ini mendobrak pintu kamar mandi kami yang posisinya istri saya sedang mandi. Dengan ini saya memutuskan untuk memasung Reza agar tak terjadi hal serupa," ucap Burhan dengan lantang.

"Wah meresahkan sekali, walaupun dia tidak waras mana boleh seperti itu."

"Hah, yang bener? Astaga mulai nggak boleh berkeliaran kalau begini."

"Udah pasung aja dia, Pak! Semua setuju kalau Reza di pasung takut kejadian ini terus berlanjut. Semua setuju kalau dia di pasung?" tanya seorang pemuda pada seluruh warga.

"Setuju!"

"Pasung, Pasung, Pasung," ucap seluruh warga.

Alina yang mendengar itu menatap Burhan dengan tak percaya, bukankah tadi ia sudah berjanji tidak memasung Reza? Alina menarik-narik baju Burhan, matanya melotot.

"Ingat, kau sudah berjanji padaku!" Alina memberikan kepalan tangannya sebagai bentuk ancaman.

"Harap tenang semuanya," ucap Burhan.

Semua warga kembali diam, sementara Reza mulai ketakutan karena ia sangat mengerti arti pasung itu apa. Ia berjongkok di belakang Alina, ia ingin berlindung di sana.

"Nana, aku takut. Aku takut," ucap Reza.

"Atas dasar kemanusiaan, saya memutuskan bahwa Reza tidak di hukum pasung. Namun, sebagai hukuman untuk menebus kesalahan ia akan tetap di hukum kurung dan di beri pemahaman bahwa hal yang dia lakukan salah! Reza akan di kurung di dalam gudang tidak terpakai di rumah kami selama 4 bulan, apa kalian setuju?" tanya Burhan.

Seorang warga mengangkat tangannya, "kalau setelah keluar dari hukuman tiba-tiba melakukan kesalahan yang sama? Apakah bapak siap bertanggung jawab?"

"Tenang, saya akan jadi penjamin Reza bila dia menyelesaikan masa hukumannya, saya janji tidak akan terjadi lagi hal seperti itu!" tutur Burhan.

"Kenapa tidak di pasung saja, Pa? Dia udah kelewatan sama mama loh!" ucap Bu Mirna.

"Di sini, Mama juga salah. Sebelum papa ke sini papa ngecek kamar mandi pintu nggak rusak, itu artinya mama nggak ngunci pintu kamar mandi pas mandi. Sepenuhnya ini bukan kesalahan Reza, dia mau buang air lalu pergi ke WC, salahnya di mana?" tanya Burhan.

"Papa, nggak percaya sama mama?" tanya Bu Mirna.

Burhan menarik nafasnya, cukup baginya jangan sampai ia dan istrinya ribut di sini. Keluarganya orang terpandang jangan sampai karena masalah ini citra keluarganya rusak.

"Om, jahat! Katanya nggak bakal ngehukum kak Reza!" teriak Alina.

Burhan duduk menyejajarkan badannya dengan Alina. Ia ingin memberikan penjelasan kalau ia sudah menepati janjinya pada gadis kecil tersebut.

"Nana, tadi om janji apa coba? Nggak melakukan hukuman pasung ke kakakmu. Sekarang om udah nepati janji 'kan?" tanya Burhan.

"Tapi kakakku nggak di siksa, Om?" tanya Alina.

"Nggak, Sayang. Om tetap memperlakukan kakakmu dengan baik, tetap diberi makan, diberi minum. Dia cuma dikurung doang tanpa di pasung, kok."

Alina tersenyum mendengar penjelasan dari Burhan, ia senang kakaknya tidak jadi di hukum pasung. Tiba-tiba Alina kembali cemberut, ia bingung bagaimana nanti kalau merindukan sang kakak.

"Kalau aku mau bertemu apa bisa, Om?" tanya Alina.

"Bisa, dong. Udah ah jangan cemberut kami tetap memberikan yang terbaik untuk kakakmu."

Sementara di sisi lain, Dewi menarik Mirna menjauh dari orang-orang. Ia ingin Reza di bebaskan karena menurutnya anaknya itu tidak bersalah.

"Bebaskan Reza atau semua orang akan tau kelakuanmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status