Beranda / Romansa / Forbidden Lover / Chapter 12: Rahasia (3)

Share

Chapter 12: Rahasia (3)

Penulis: Romaneskha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-24 11:08:42

Keesokan harinya,

 Ana menggeser pintu menuju balkon kamarnya, ia baru saja bangun ketika ia tak menemukan siapa-siapa di dalam kamarnya. Pembaringan Julian, sebuah karpet di depan tv, telah rapi dengan selimut yang terlipat. 

 Dari atas balkon, Ana bisa memandang luasnya lapangan tanpa rumput berada diantara dua gedung bertingkat lima. Pagi yang cerah diiringi teriakan anak-anak yang sedang bermain bola. Pemandangan yang sebenarnya biasa, kecuali jika Julian menjadi bagian di dalamnya. Cukup lama Ana menyandarkan tangannya di pagar balkon sambil memperhatikan Julian yang lari ke sana ke mari. Kemeja putihnya tak terlihat putih lagi. Ana tak mengerti perasaan apa, tapi ia kira Julian dan teman kecilnya benar-benar menikmati permainan mereka. Dan Ana tahu anak-anak itu tidak akan berhenti bermain sampai para ibu menarik telinga mereka. 

 Benar saja, dua jam berlalu dan Julian belum kembali. Saat itu lapangan sudah sepi, matahari sudah meninggi, dan yang tertinggal hanyalah butiran debu yang tersapu angin. Ana terpaksa turun untuk mencari Julian. Ia menemukan laki-laki itu sedang duduk di kursi panjang di tepi lapangan. Tangan kanannya terentang di sandaran kursi. Sementara tangan kirinya berada di atas pahanya yang tertopang. Julian menatap lurus ke depan. 

 Ana tahu kakaknya sedang memikirkan sesuatu dan tidak seharusnya ia menggangu Julian saat itu. Ana menghampiri Julian, duduk di sampingnya, "Aku sudah menyiapkan makanan," katanya pelan. 

 Julian diam saja. Julian sepertinya memilih tetap berada dalam lamunannya. 

 Angin berhembus cukup kencang di sana. Sesuatu yang membuat Ana sadar kenapa Julian bertahan di sana. Suasana sejuk diantara kesunyian, yang membuat mereka merasa nyaman. Satu per satu butiran keringat yang turun dari sela-sela rambut Julian, jatuh hingga ke dagunya. Itu samasekali tak membuat Julian terusik. Tapi Ana, justru ia yang merasa terganggu. Ana segera mengusapkan tangannya ke kening hingga pipi Julian. Dulu Ana pernah melakukannya, waktu itu Julian bekerja sebagai buruh bangunan. Mereka tak sengaja bertemu saat istirahat siang dan Julian mengajak Ana makan. Gumpalan keringat yang silih berganti menyusuri wajah Julian, Julian sebenarnya terganggu dengan itu. Tapi, tangannya terlalu kotor untuk mengusap wajahnya sendiri. Ana hanya melakukan hal yang sudah sewajarnya ia lakukan, membantu Julian mengusap keringatnya. Tapi, seperti waktu itu, kali ini Julian juga menahan tangan Ana, "Nanti tanganmu kotor," katanya. 

 "Apa sesuatu telah terjadi?" Ana mencoba mencari tahu sesuatu yang membuat Julian terdiam begitu lama. "Apa pihak bandara belum menghubungimu dan kakak dapat masalah karena itu?" sasarnya.

 Julian berpaling ke Ana. Ia merasa Ana tampak lebih pucat hari itu. Perempuan dengan sweater abu-abu membalut tubuh mungilnya. Ana yang samasekali tak tahu kalau Julian tidak bisa tidur semalaman. Jika pun matanya terpejam, itu hanya pura-pura saja. Julian mendengar sendiri bagaimana kegelisahan Ana tadi malam. Untuk pertama kalinya Julian melihat Ana kesakitan. Dan Julian tak bisa berbuat apa-apa saat itu. 

 "Sudah kuputuskan! Aku tidak akan kembali ke Paris," ucap Julian membuat Ana tercenung. 

 "Jangan hanya karena aku...,"

 "Bukan karena dirimu," potong Julian, "tapi karena diriku sendiri," lanjutnya.

 Ana mengerutkan keningnya. Ia tak terlalu mengerti yang baru saja diucapkan kakaknya. 

 Julian mencoba tersenyum. Ia kira ia tak akan mempertegas alasan yang membuatnya tetap tinggal. Karena itu berhubungan dengan rasa cintanya yang teramat dalam, di hatinya hanya akan tersimpan kekhawatiran jika saja ia meninggalkan Ana sendirian. Kekhawatiran itu perlahan-lahan akan mematikan saraf otaknya dan membunuhnya. Hal yang terburuk yang bisa dirasakan Julian, dan Julian tak ingin itu terjadi. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Forbidden Lover    Chapter 53: Epilog (END)

    Namaku Juliana Segovia. Ayahku seorang desainer terkenal dunia, namanya Julian Andreas Segovia. Ibuku, maksudku... ibu tiriku adalah model terkenal bernama Isabel Clara Denova. Sepanjang ingatanku, aku tidak pernah meninggalkan Paris kecuali untuk berlibur. Itu pun terbatas hanya negara-negara di Eropa saja. Tahun ini usiaku 18 tahun, akhir-akhir ini aku sering bertengkar dengan ayah karena urusan laki-laki. Aku dan ayah, kami bertengkar seperti sepasang kekasih. Dia bilang dia cemburu melihatku dengan laki-laki lain yang tak jelas kepribadiannya. Kutanyakan padanya tentang alasannya yang tak masuk akal itu. Tentang untuk apa ia cemburu? Dan dia diam saja. Namun, sehebat-hebatnya pertengkaran kami, aku tidak pernah memenangkan orang lain karena aku tahu ayahku adalah orang yang paling meyayangiku. Dulu, sebenarnya aku tidak berpikir seperti itu. Sampai usia sembilan tahun, ayah jarang b

  • Forbidden Lover    Chapter 52: Good Bye My Love

    "Aku takut," ucap Julian sambil memegang tangan Ana. Julian menciumi tangan itu berkali-kali. Ana, dia tersenyum dengan wajahnya yang pucat. Perempuan itu masih terbaring di tempat tidur di ruang perawatan. Ia sedang menunggu giliran untuk operasi Caesar. "Anak kita akan baik-baik saja," ujarnya. "Tapi, bagaimana denganmu? Apa kau akan baik-baik saja?" tanya Julian dalam hati. "Aku hanya menginginkanmu," tegas Julian seolah-olah tidak peduli pada bayi dalam kandungan Ana. Sampai hari itu ia masih tak ikhlas menerima ada bayi di rahim Ana yang membuat perempuan itu harus menghentikan pengobatan kankernya selama hampir sepuluh bulan. "Julian, sayang! Dengarkan aku," Ana meminta Julian fokus kepadanya. "Berjanjilah padaku kau akan me

  • Forbidden Lover    Chapter 51: Aku, Kamu dan Kita

    "Sampai kapan kau akan merahasiakan ini dari Julian? Apa kau sadar, mempertahankan janin dalam kandunganmu bisa berarti membunuh dirimu sendiri, atau justru membunuh kalian berdua." "Ya. Aku dan bayiku, kami mungkin akan mati bersama, itulah kemungkinan terburuknya," Ana tersenyum. "Tapi, jika aku mati dan dia hidup, maka Julian akan hidup. Dan jika aku membunuhnya sekarang, maka aku, Julian dan bayiku, kami semua akan mati." Akhirnya Ruin mengatakan ia gila berkali-kali. Ana mengakui itu, ia menjadi tidak waras karena cintanya pada Julian. Tempat mereka tinggal sekarang, seperti vila yang berada di tepi danau yang indah. Tempat di mana mereka memupuk mimpi dan berusaha mewujudkannya berdua saja. Namun, saat ini tempat itu tertutup kabut. Gelap dan dingin. Julian bilang tidak apa-apa jika ia harus berada di sana, asalkan bersama Ana.

  • Forbidden Lover    Chapter 50: Pilihan

    Julian naik ke atas tempat tidur."Dari mana saja?" lirih Ana. Dia pura-pura tidak tahu apa yang Julian lakukan di bawah. Kata-kata Julian pada ayah yang tidak sengaja di dengarnya, membuat Ana merasa ngeri sendiri. Sesuatu yang membuat Ana yakin Julian tidak akan baik-baik saja jika suatu saat dirinya pergi. Dan Ana tak tahu harus berbuat apa agar orang itu berubah pikiran.Ruin memang berbohong, tapi Ana jauh lebih tahu tentang kondisi tubuhnya sendiri. Sakit dan perasaan lelah yang sangat, yang lebih banyak ia pendam. Julian tidak menyadari itu. Ana memeluk Julian dan Julian balas memeluknya lebih erat. Sekali lagi Ana berpura-pura tidak tahu, bahwa Julian gelisah dan mencoba meredam isakan tangisnya di bahu Ana. Ana berpura-pura tidak tahu betapa ketakutan akan kehilangan menyergap laki-lakinya sekarang. Ana terpikir satu kali

  • Forbidden Lover    Chapter 49: Bayangan Mengerikan

    "Kamu kelihatannya senang banget?" Julian menarik botol air mineral dari dalam kulkas. Ia menyandarkan pantatnya di meja makan sambil memutar tutup botol."Hari ini pulang cepat, nggak?" tanya Ana.Julian berpikir ada baiknya Ana langsung meminta padanya kalau memang menginginkan dirinya pulang cepat hari itu. Bahkan jika Ana memintanya tetap di rumah, Julian tidak akan menolak. Lagi pula, bukankah jam pulangnya jauh lebih cepat dari yang pernah perempuan itu ingat tentang siapa Julian. Seseorang yang pergi ke kantor di jam Ana remaja masih belum bangun dan pulang ketika Ana sudah terlelap. Sekarang, jadwal pulang terlambat bagi Julian adalah pukul enam sore lewat satu menit dan selebihnya."Memang kenapa?""Orang tua Dokter Ruin mau

  • Forbidden Lover    Chapter 48: Keluarga

    "Ada apa denganmu?" Ana menyentuh sudut mulut Julian. Perlahan jemarinya juga mengusap kening laki-laki itu dan menyingkap rambutnya. "Bagaimana mungkin kau tidur seperti ini?" pikirnya lagi sambil memperhatikan Julian yang terpejam dengan kening berkerut.Julian kelelahan. Tentu saja, ia seperti prajurit yang usai berjuang di medan pertempuran. Kemudian datang pada Ana untuk meluapkan stress dan rasa putus asanya. Ana masih ingat jelas bagaimana ia terengah-engah dan hampir menangis ketika mereka seharusnya berada di puncak kenikmatan."Apa aku terlihat hebat?" tanya Julian sesaat setelah ia bisa mengontrol napasnya lebih baik.Ana tersenyum. Ia kira Julian mencoba bercanda dengannya. Tapi, Julian tidak pintar berakting samasekali. Ana sadar ada yang membebani Julian saat itu. Sesuatu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status