46
Geri sedikit tersenyum masam dengan apa yang ia dengar. Wajahnya berpaling sekilas menatap Karisma yang tengah tersenyum padanya.
Ia menggelengkan kepala menatap Nazmi yang berbicara demikian. Sungguh sebenarnya gadis itu tak berniat mengatakan hal yang menyakiti hati kekasihnya.
Nazmi sontak menurunkan kedua matanya tak berani menatap kedua mata merah yang tengah menatapnya saat ini.
“Gue emang bajingan sampah, Naz. Tapi gue gak pernah lakuin hal rendahan yang dia lakuin ke lo,” ucapnya sambil tersenyum menahan pedang yang menghujam dadanya ribuan kali.
“Mending sekarang lo diem aja, Ger. Lo gak bisa kalau gak pukul dia?”
“Terserah lo, Naz. Biar si keparat itu yang lo bela terus. Bahkan lo gak lihat wajah gue yang dia pukul juga,” ucapnya dengan mata yang memicing.
Nazmi mengangkat wajahnya menatap lebam di sudut bibir sang kekasih. Jantungnya berdegup kencang melihat hal itu
47Mata gadis tersebut menatap netra Karisma yang begitu dekat dengannya. Sejenak ia menghentikan jarinya yang tengah mengobati luka sang mantan kekasih.“Mata lo indah banget, bikin gue terbang setiap kali natap lo.”“Lo lagi gembel, ya?” ucapnya kemudian menekan salah satu lebam yang ada di wajahnya.Karisma sedikit merintih namun, tatapannya tetap lekat pada gadis di hadapannya. Tangan besar tersebut meraih kembali jemari sang mantan kekasih kemudian ia taruh di pipinya.Nazmi sedikit tersenyum diperlakukan seperti itu kemudian ia kembali mengobati Karisma. Lelaki itu menyingkap rok yang dikenakan oleh Nazmi kemudian mengusap kaki halus miliknya.“Lo beneran gak ngapa-ngapain kan sama Geri?”“Memangnya kalau gue ngelakuin apa-apa sama dia lo mau apa?”“Gue mau tebas leher dia karena berani banget nyentuh permata gue.”
48“Lo jahat banget, Naz sama gue,” pekik seorang lelaki yang tengah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Ia tak tahu hendak kemana dan apa yang akan dirinya lakukan setelah pergi begitu saja dari apartemen kekasihnya. Setelah ucapan Nazmi tadi padanya, ia merasa tak nyaman.Memang benar ia merasa bajingan dan seperti sampah yang layak untuk dibuang. Tetapi tetap saja, ia masih lebih baik dari Karisma yang sudah berani melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan.“Persetan! Sialan! Bajingan! Sampah!” teriaknya yang semakin dalam menginjak pedal gasnya.Jalanan cukup lengang saat ini sehingga ia mengemudikan kendaraan beroda dua miliknya dengan kecepatan penuh.“Lo juga sama bajingannya kayak dia, Ger!”Perkataan yang keluar dari mulut kecil gadisnya kembali berputar dalam benak. Hatinya seperti dihujam pedang ribuan kali setiap kata-kata tersebut terniang di telingan
49“Ini minuman yang bakalan bikin lo terbang. Semua masalah lo pasti hilang setelah minum ini.”“Mana ada minuman kayak gitu.”“Ada! Nih lo coba dulu!” ujarnya kemudian semakin menyodorkan segelas besar minuman tersebut.Geri mengambilnya kemudian menyesap aroma dari minuman yang berwarna kuning dengan buih-buih di atasnya. Minuman itu terasa dingin di tangannya dan aromanya pun terasa seperti bir.Ia meminumnya beberapa teguk kemudian memegang gelas yang berukuran besar mengenakan kedua tangannya.“Gimana, enak kan?”“Ya, hampir sama dengan wine yang sering gue minum.”“Lo tertarik buat jodet di lantai dansa sama cewek-cewek itu?”Geri menggelengkan kepala kemudian mengalihkan pandangannya. Ia mengusap gelas yang berada si kedua tangannya kemudian kembali mengenggak isinya.“Memangnya kenapa lo lihat ke sana terus?”
50“Udah lama, Ger?” tanya Hana sembari menatap lelaki berwajah tampan di hadapannya.Ia menggelengkan kepalanya menatap gadis yang tingginya hampir sama dengan telinganya. Sembari tersenyum, wajahnya memerah begitu juga dengan telinga dan matanya.“Han, duduk dulu. Pesen minum dulu lah jangan langsung goyang aja.”“Ahahaha, gila lo. Gue ke sini mau nemenin Geri bukan buat jadi DJ.”“Yah, kok gitu sih? Padahal Geri pengen banget liat penampilan lo.”Lelaki berbadan tegap itu sedikit menyenggol lengan Geri. Lelaki itu hanya tersenyum kemudian mengangguk berusaha setuju dengan apa yang dikatakan oleh Frans.“Really? Oke kalau gitu. Gue pesen minum dulu,” ujarnya kemudian berjalan mendekati kursi tinggi.Frans menarik kursi yang tadi ia tempati kemudian gadis berbadan langsing tersebut duduk di sana.“Thank’s,” ujarnya seraya terseny
51Gadis itu sempat terdiam kemudian kedua tangannya mengusap dada bidang Geri. Kedua mata lelaki itu menutup sembari memeluk tubuh gadis di hadapannya.Hana membalas pagutan itu tak lama kemudian Geri melepaskannya. Ia menjatuhkan kepalanya ke bahu Hana sembari bergumam terus menerus.“Naz, gue sayang lo.”“Ger? Lo udah gak sadar?”“Gue gak mabuk, Naz.”Ia memanggil Frans yang berada tak jauh darinya kemudian membantu Geri untuk beristirahat di sebuah kamar.“Udah di dalem?” tanya Hana kepada Frans yang baru saja keluar dari sebuah kamar.“Udah. Dia mabuk berat.”“Ugh. Pasti lagi ada masalah. Dari tadi dia gumamin nama Nazmi terus.”Frans hanya tersenyum sembari mengangkat kedua alisnya. Hana menatapnya kemudian turut tersenyum mengerti apa yang dimaksud oleh lelaki itu.“Lo udah tentuin target, Han?” tanyanya
52“Tanya apa?”Lelaki itu menatap lekat-lekat wajah mantan kekasihnya. Netra bundar yang tengah ditatapnya menelisik jawaban dari sorot mata Karisma namun tak menemukan apa pun.“Lo sayang sama Geri?”“Umm, i-iya. Gue sayang sama dia. Ta-tapi gue gak suka sifat dia yang selalu kasar sama lo. Dia mukulin lo terus padahal lo gak salah apa-apa!” ucap Nazmi yang terdengar gugup dengan wajahnya yang merona merah.Mendengar itu, sontak Karisma sedikit tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Ia kembali menyuapi gadis cantik di hadapannya.Perempuan itu makan dengan sangat lahap menghabiskan semua makanan yang dibeli Karisma untuknya.Seharian ini, mereka menonton film kesukaan mereka berdua dan terus makan camilan juga makanan berat.“Manajer lo gak akan marah lo makan sebanyak ini dalam sehari?”Nazmi menggelengkan kepala sembari tersenyum.&l
53“Karisma sialan! Brengsek!”Ia berteriak kencang memenuhi seisi ruangan membuat Hana yang berada di sampingnya terkejut.Gadis itu menatap Geri yang berada di sampingnya.Tut!“Hallo! Hallo!” teriak lelaki itu kemudian menatap layar ponselnya yang mati.Sambungan telah diputus dari sana. Tubuh Geri bergetar halus, puncak kepalanya mendidih mendengar suara mereka berdua.“Ger? Ada apa?”“Han, maafin gue. Gue ada urusan. Biar gue panggil Frans buat anter lo pulang.”Tanpa basa basi Geri langsung beringsut dari kamar tersebut. Tubuhnya yang tinggi tegap melenggang keluar dari club kemudian menaiki mobilnya.Ia memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, tak peduli jalanan yang cukup ramai suara mereka masih terniang di telinganya.“Sialan! Brengsek!” umpatnya ketika teringat suara itu.Suara serak nan seksi milik kekasih
54“Gue gak ngapa-ngapain sama dia, Ger.”“Lo bohong, Naz! Tatap mata gue kalau lagi ngomong!”Nazmi malah menundukkan kepalanya. Tubuhnya bergetar halus dengan sikap Geri yang seperti itu.“Lo sayang sama gue gak sih, Naz?”“Maafin gue ... huhuhuhu ...”Jleb! Bagaikan ditusuk pisau tajam yang menghunus tepat di jantungnya lelaki itu terdiam seribu bahasa.Ia menatap gadisnya dengan mata merah dan berair. Geri sudah tak tahu harus mengatakan apa, jika gadisnya meminta maaf berarti apa yang terjadi tadi memang kenyataan.Rahangnya mengeras, ia menutup matanya sekilas kemudian menatap langit-langit menahan air mata yang hendak turun.“Bunuh gue sekarang, Naz!” pekiknya dengan suara tercekat.Dadanya sesak mendengar hal itu dari mulut Nazmi seperti benda berat menekan dadanya. Ia meraih kedua bahu kekasihnya me