“Kok lo ada di sini?” Tanyanya di sela isak tangis.“Apa itu penting?”“Uhhh, Kak ...” Rengeknya sembari beranjak kemudian menghambur pada dekapan sang kakak.Dewa yang tak mengerti apa yang terjadi pada sang adik hanya terdiam sembari erat membalas pelukannya. Tangan besar itu mengusap kepala Nazmi yang tenggelam dalam dada bidang kakaknya.“Hmm, gue udah tahu ada yang gak beres makanya ke sini. Ada masalah apa sama Geri?”Ia menggelengkan kepala kemudian menengadah. Matanya sembab, lingkaran hitam itu kini nampak jelas terlihat. Skleranya berubah menjadi merah begitu juga dengan hidung dan wajah cantiknya.“Dia menghilang udah dua minggu ...”“Hah? Emang awalnya ada masalah apa?”“Dia diambil cewek lain. Gue kalah buas, Kak ...” Rengeknya yang membuat Dewa malah sedikit tertawa mendengar penuturan dari mulut kecil sang adik.Ia terus mengusap kepala bayi kecil yang tengah merengek padanya. Dirinya tahu Nazmi masih begitu polos, bukannya langsung marah, Dewa malah tak percaya jika Ge
Karisma tersenyum lebar setelah mengatakan apa yang baru saja dia lontarkan. Lelaki itu sungguh senang melihat wajah gadis cantik di depannya yang terkejut seperti itu.Kini di depan Karisma, Nazmi terlihat begitu memikat dengan baju ketat yang dikenakannya. Sehingga lekuk tubuh sang pujaan hati terlihat sangat memukau indra penglihatan. Otak lelaki itu yang sudah tak waras malah ingin menuntut yang tidak-tidak untuk segera dipuaskan detik itu juga.Senyumnya yang manis terlihat sedikit memicing. Matanya menatap lekat pada gadis jelita di depannya. Dia sungguh senang melihat ekspresi Nazmi. Terlihat gusar dengan apa yang dimintanya barusan.Sedangkan Nazmi, gadis itu malah membeku seribu bahasa, matanya terbelalak kaget. Mulutnya kaku seolah tak tahu bagaimana caranya berucap dengan benar setelah apa yang dikatakan Karisma padanya."Ho-hotel? Ma-mau apa?" tanya Nazmi yang pikirannya sudah sangat kacau. Sungguh kini gadis itu malah berpikir apa yang akan diper
Nazmi menelan salivanya. Otaknya sungguh telah terblokir dengan semua belaian lembut dari Karisma. Gadis itu menutup mata kala tubuh lelaki itu kini tepat berada di atasnya."Sepertinya kita langsung mulai aja, Naz, gue udah enggak tahan." Karisma memegang celana pendeknya untuk segera diturunkan.Gadis itu terbelalak. Wajahnya terlihat panik kala menangkap sinyal aneh dari Karisma yang nampaknya serius akan melakukan hal keji tersebut padanya.Gemuruh dadanya semakin memuncak. Perih dan terasa sangat menusuk di bagian ulu hatinya. Satu kecupan berhasil mendarat mulus di kening Nazmi."Enggak akan sakit, Sayang. Rasanya sama kayak waktu itu kok, tapi mungkin gak akan sesakit waktu itu," bisik Karisma lalu melanjutkan pagutannya.Benda milik Karisma yang enggan dilihat Nazmi kini sudah mencuat keluar, menempel pada bagian tubuh gadis itu. Pagutan hangat kembali menyerbu Nazmi seiring tangan Karisma yang mulai aktif memegangi miliknya untuk segera menerob
Nazmi hanya diam menatap pada mantan kekasihnya yang kini malah dia sendiri takut untuk berucap padanya. Dia membisu, tak tahu harus mengatakan apa lagi ketika dikatakan demikian.Apakah benar dirinya masih mencintai Karisma, sang mantan kekasih atau malah harus bersama Geri, sosok lelaki yang baru dikenalnya.Sebenarnya Geri bukan orang asing untuk Nazmi, namun kehadiran Geri selama ini hanyalah sebagai partner kerja bila ada pemotretan majalah saja. Couple idol yang selalu didamba-dambakan akan menjadi couple sungguhan di dunia nyata.Selepas mengakhiri hubungan dengan Karisma beberapa bulan lalu, kedekatan mereka menjadi lebih intens. Meski tak banyak yang mengetahui hubungan keduanya, namun tetap saja mereka bisa dibilang sangat dekat.Selalu berandai-andai, bila saja saat itu Karisma tidak mengkhianati cintanya pada Nazmi mungkin semuanya tidak akan menjadi begini. Andai saja Karisma tidak memilih Nea waktu itu, mungkin hubungannya dengan Nazmi masih ber
"Maafin gue, Ka ...," lirih Nazmi yang malah terus menerus mengatakan hal tersebut.Karisma melirik ke arah perempuan di sampingnya. Senyumnya merekah meski terlihat begitu tipis. Bola matanya berbinar menatap lekat pada Nazmi yang juga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.Tangan lelaki itu terjulur menggenggam dengan lembut pada gadis itu. "Gue sayang sama lo, Naz. Gue gak mau kalau sampai lo dimiliki oleh Geri atau siapa pun itu. Masa bodo orang lain mau bilang apa. Mau bilang gue nekatlah, begolah, atau apa pun itu, terserah mereka yang penting lo bisa jadi milik gue lagi, Naz. Mau rintangannya seberat apa pun, sebesar apa pun gue bakal lalui sekali pun itu harus berhadapan sama Dewa lagi. Kayak dulu."Nazmi tak bisa berucap apa pun lagi. Netranya kembali memanas yang diiringi dengan gemuruh dalam dada perempuan itu."Gue juga sama pengin lo jadi milik gue lagi, tapi ... apa mungkin itu bakal bisa, Ka? Gue ... gak yakin. Kayaknya bakalan sulit u
"Enggak usah ikut campur dengan apa yang gue lakuin ke Nazmi! Itu semua bukan urusan lo!" teriak Dewa yang berhasil meninju rahang kiri lelaki di depannya hingga tersungkur."Berengsek! Kurang ajar lo!" geram Karisma mencoba bangkit sambil memegangi rahangnya yang terasa kaku."Lo pantas dapat itu, Ka! Cowok mesum kayak lo emang pantas mati aja!" hujat Dewa yang bersiap memasang kembali kuda-kudanya. Mengepal tangan dengan kuat.Nazmi bergetar melihat kedua lelaki yang tengah beradu mulut di depannya. Bibirnya bungkam dengan lidah kelu, sama sekali tak bisa berucap."Kurang ajar!!" teriak Karisma yang melayangkan tinjunya ke arah Dewa, namun tidak tepat sasaran karena Dewa berhasil mengelak dari pukulan Karisma."Segitu aja, Ka? Payah! Nih dari gue! Pergi ke neraka lo! Iblis!" hardik Dewa."Cukup!" teriak Nazmi sangat kencang membuat bogem Dewa hanya melayang di udara kosong.Tubuh kedua lelaki itu seperti ter-setting dengan sendirinya karen
Dering ponsel menyeruak masuk mengganggu kegaduhan yang ditimbulkan Nazmi. Di tengah tangisnya yang kian memuncak, isak yang semakin dalam beradu dengan nada ponsel yang berkebalikan. Ceria.Gadis yang matanya sudah sembab itu perlahan memelankan suaranya. Membuka kedua telapak tangan yang digunakan untuk menyembunyikan wajah sendunya. Padahal tidak usah melakukan hal tersebut pun tidak jadi masalah karena tidak ada yang bisa melihat wajahnya saat ini.Dadanya naik turun amat dalam. Menarik oksigen kian rakus, namun yang terambil hanya sebagian saja. Buktinya isi dalam rongga dadanya masih terasa sesak. Mungkin bukan karena kurang oksigen, melainkan karena perlakuan sang kakak padanya beberapa waktu lalu.Mata bundarnya menatap dengan saksama pada benda persegi yang menuntut ingin segera diambil. Bibir mungil bergetar sambil menggigit ujungnya sedikit karena berniat menghentikan isak yang semakin mendalam."Naz? Gue denger suara hape lo bunyi. Siapa yan
Nazmi melotot pada lelaki yang mendekapnya. Langsung saja ia dorong lelaki mesum itu menjauh darinya."Otak lo gak pernah berubah dari dulu, Ka! Pasti aja kotor!" sindir Nazmi dengan delikan mata, namun terdapat senyuman malu-malu mau di balik wajahnya.Karisma kembali terkekeh kecil. Segera gadis itu ia rengkuh kembali. Didekapnya erat agar tawanannya itu tidak lepas. Dikecupnya berulang kali pipi Nazmi sambil membelai rambut panjang gadis seksi dalam buaiannya.Meski hanya beberapa kali saja menempelkan bibir pada kulit halus gadis itu malah sudah cukup membuat Karisma bergairah dibuatnya. Bak cacing kepanasan ingin segera diredakan."Kenapa? Lo keberatan sama pikiran mesum gue? Wajar kali cowok punya pikiran gitu, Sayang," goda Karisma, masih dengan tatapan nakal.Otaknya kini malah kembali dirasuki setan mesum yang terus menggangunya bila dekat dengan Nazmi.Malah kini lelaki itu merasakan sesuatu dari bagian tubuhnya mulai sensitif, ingin men