Home / Romansa / Forgotten You / BAB 6 - Mandi Bersama

Share

BAB 6 - Mandi Bersama

Author: ANurj
last update Huling Na-update: 2021-05-17 19:14:24

Dering ponsel menyeruak masuk mengganggu kegaduhan yang ditimbulkan Nazmi. Di tengah tangisnya yang kian memuncak, isak yang semakin dalam beradu dengan nada ponsel yang berkebalikan. Ceria.

Gadis yang matanya sudah sembab itu perlahan memelankan suaranya. Membuka kedua telapak tangan yang digunakan untuk menyembunyikan wajah sendunya. Padahal tidak usah melakukan hal tersebut pun tidak jadi masalah karena tidak ada yang bisa melihat wajahnya saat ini.

Dadanya naik turun amat dalam. Menarik oksigen kian rakus, namun yang terambil hanya sebagian saja. Buktinya isi dalam rongga dadanya masih terasa sesak. Mungkin bukan karena kurang oksigen, melainkan karena perlakuan sang kakak padanya beberapa waktu lalu.

Mata bundarnya menatap dengan saksama pada benda persegi yang menuntut ingin segera diambil. Bibir mungil bergetar sambil menggigit ujungnya sedikit karena berniat menghentikan isak yang semakin mendalam. 

"Naz? Gue denger suara hape lo bunyi. Siapa yang telepon? Geri?" tanya Karisma dengan sedikit dinaikan nada suaranya di bagian akhir agar terdengar lebih kencang.

Gadis itu beralih menatap daun pintu di sampingnya. Mencoba menerawang ekspresi sang mantan kekasih saat ini. Namun, Nazmi enggan menjawabnya. Dia pun kembali menundukan kepala, menyembunyikan wajahnya di antara kedua lutut.

"Sayang? Jangan nangis lagi, Naz, gue tahu yang telepon Geri, kan?" ujar Karisma saat mendengar sebuah rengekan lirih sang gadis manis di dalam kamar.

"Pergi, Ka ...." Hanya itu yang terlontar dari bibir mungil Nazmi. Satu kalimat seperti itu saja perlu waktu lama agar dapat dilontarkan dengan mulus olehnya.

Sedangkan di luar sana, Karisma hanya teetegun mendengar perkataan Nazmi barusan. Senyumnya terukir meski terlihat sangat tipis.

"Gue enggak mau pergi sampai gue yakin lo enggak nyakitin diri sendiri lagi dan gue juga gak mau pergi sampai lo reda, Sayang. Come on, gue tahu itu Geri yang telepon. Kenapa enggak lo jawab, Naz?" selidik Karisma.

Nazmi terdiam. Dia kembali memandang pada ponselnya yang lagi-lagi berbunyi untuk kesekian kalinya.

Karisma mengubah posisi berdirinya. Dia melipat kedua tangan di depan dada sambil bersandar di pintu kamar Nazmi. 

"Oh gue tahu, lo enggak mau kan kalau sampai Geri tahu lo lagi nangis kayak gini? So? Apa artinya, Naz? Lo masih sayang, kan sama gue? Lo gak mau gue kenapa-kenapa kalau sampai dia tahu hal ini." Karisma dengan pede-nya mengatakan hal tersebut yang jelas-jelas Nazmi enggan untuk menjawab pertanyaan itu.

Hening beberapa detik. Karisma menanti bibir mungil Nazmi yang lembut untuk segera merespons, namun tak kunjung gadis itu mengatakan sesuatu padanya.

Karisma mengangguk seperti mengerti apa yang dikatakan Nazmi dalam hati. "Jadi, lebih baik lo ikuti apa saran gue sekarang daripada nanti pas Geri datang lihat lo nangis dan mergokin gue ada di depan kamar lo kayak gini. Mau denger saran gue?"

Nazmi terdiam menyimak setiap kalimat yang dilontarkan lelaki menyebalkan itu. Ada benarnya juga apa yang dikatakan Karisma, Nazmi pun enggan hal itu terjadi. Namun, beberapa detik ia tunggu malah tak kunjung suara serak Karisma terdengar di telinganya.

"Sayang? Kok hening aja? Lo enggak mau tahu apa yang mau gue bilang?" goda Karisma dengan senyum mengembang. Dia juga sama menantikan jawaban si gadis cantik.

Di dalam sana, Nazmi jengkel diperlakukan demikian. Dia tahu betul bahwa sekarang ini Karisma pasti sedang membujuknya agar tidak menangis lagi.

"Sayang? Emangnya lo mau Geri sampai tahu keadaan ini? Terus dia marah dan mukulin gue?" pancing Karisma mencoba dengan kalimat yang lebih kejam agar bisa mendengar suara lembut sang gadis.

Nazmi mengusap kedua pipinya yang terlukis jejak sisa air matanya. Gadis itu mengerucutkan bibir. Gemas dengan apa yang akan dikatakan Karisma sebenarnya. Namun, gengsi yang tinggi terlalu menjadi prioritas dirinya saat ini.

'Gue kan lagi nangis, kenapa harus jawab pertanyaan bodoh lo, Ka?' Begitulah yang selalu dia katakan dalam hati saat dalam situasi seperti itu.

Beberapa detik berlalu. Bujukannya belum berhasil juga. Karisma tersenyum semakin lebar. Tahu betul bahwa bila sedang marah atau kesal, Nazmi tidak akan mengatakan apa pun.

'Gue tahu, Naz, di dalam sana lo pasti lagi maki-maki gue dengan apa yang gue katakan barusan, kan? Lo juga pasti penasaran sama apa yang mau gue bilang ke lo,' batin Karisma dengan sangat percaya dirinya.

"Naz, apa lo tega ka—"

"Apa sih, Ka? Lo mau ngomong apa sebenernya?" potong Nazmi dengan geram dia berteriak. Mulutnya terbuka lebar dengan wajah tak sabaran menghadap pintu kamar. Seolah menatap langsung sosok di balik pintu tersebut.

"Bingo!" pekik Karisma pelan dengan senyum lebar, hampir tertawa riang.

"Galak banget, Sayang. Jangan galak-galak dong," goda Karisma.

Nazmi mengerutkan dahinya. Menyatukan alisnya semakin curam kala mendengar ucapan itu. "Bodo amat! Lo selalu aja gitu, Ka! Polanya sama. Udah paham gue!" ujar Nazmi dengan kesal.

Kini kekehan lelaki itu terdengar nyaring. Membuat Nazmi semakin memanas ingin mengoceh, tapi lagi-lagi dia harus ingat bahwa dirinya sedang menangis, jangan menjawab perkataan Karisma lagi.

"Lo udah paham, tapi masih aja kesel, Naz," ledek Karisma.

Nazmi memutarkan bola matanya. "Ya udah, jadi apa yang mau lo bilang itu, Ka?"

"Enggak mau bilang ah," ujar Karisma malah semakin menggoda Nazmi.

"Karisma!" jerit Nazmi dengan gemas.

Lelaki itu terkekeh geli. "Kalau lo mau tahu, coba keluar kamar dulu dong, cantik. Gue, kan pengin natap bidadari kesayangan gue."

Pipi Nazmi memerah. Rasa hangat menjalar di tubuhnya. Perlahan senyum kecilnya terkulum malu-malu.

"Enggak mau!" tolak Nazmi, masih gengsi.

"Ya udah kalau gitu. Gue yakin bentar lagi Geri pasti pulang dan nanti bakal tahu kalau lo nangis dan gue—"

"Oke! Bawel!" potong Nazmi sambil menuruni ranjangnya menuju lelaki pujaannya.

"Nah gitu dong, Sayang ...."

Klik.

Pintu terbuka kecil. Hanya memperlihatkan jemari gadis itu saja yang terlihat merah dengan sedikit luka di sana.

Netra Kariama memandangi jemari lentik tersebut. Menggelengkan kepalanya. Masih sama rupanya gadis itu sering menyakiti dirinya bila sedang marah.

"Enggak kelihatan, Sayang. Coba sini lihat gue," pinta Karisma lalu menarik lengan gadis itu hingga tubuhnya mencuat keluar kamar.

Perempuan setinggi dada bidangnya itu hanya bisa menunduk sambil mengusap kedua pipinya. Menyembunyikan wajah sembab miliknya.

Wajah Nazmi segera diraih Karisma. Ditatapnya amat lekat hingga rasa panas kembali menjalari tubuh Nazmi. 

"Gue sayang sama lo. Jangan sedih terus dan jangan sakiti diri lo lagi kayak gini," bisik Karisma lalu mengecup pucuk kepala gadis itu sambil menenggelamkan tubuh mungil Nazmi dalam dekapannya.

Nazmi tersenyum kecil membalas pelukan lelaki yang amat dia cintai. "Gue juga sayang sama lo."

Karisma mengangguk sambil mengusap kedua pipi Nazmi lalu menciumi jemari gadis itu. "Sekarang lo mandi, ya?"

Nazmi mengernyit. "Kenapa?"

"Kok kenapa? Ya biar seger, Sayang. Kenapa? Enggak mau atau mau mandi bareng gue?" tanya Karisma sambil memamerkan senyum nakalnya.

***

Bersambung ....

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Forgotten You   BAB 182 - Ending

    “Kok lo ada di sini?” Tanyanya di sela isak tangis.“Apa itu penting?”“Uhhh, Kak ...” Rengeknya sembari beranjak kemudian menghambur pada dekapan sang kakak.Dewa yang tak mengerti apa yang terjadi pada sang adik hanya terdiam sembari erat membalas pelukannya. Tangan besar itu mengusap kepala Nazmi yang tenggelam dalam dada bidang kakaknya.“Hmm, gue udah tahu ada yang gak beres makanya ke sini. Ada masalah apa sama Geri?”Ia menggelengkan kepala kemudian menengadah. Matanya sembab, lingkaran hitam itu kini nampak jelas terlihat. Skleranya berubah menjadi merah begitu juga dengan hidung dan wajah cantiknya.“Dia menghilang udah dua minggu ...”“Hah? Emang awalnya ada masalah apa?”“Dia diambil cewek lain. Gue kalah buas, Kak ...” Rengeknya yang membuat Dewa malah sedikit tertawa mendengar penuturan dari mulut kecil sang adik.Ia terus mengusap kepala bayi kecil yang tengah merengek padanya. Dirinya tahu Nazmi masih begitu polos, bukannya langsung marah, Dewa malah tak percaya jika Ge

  • Forgotten You   BAB 181 - Hurt

    Perlahan Nazmi membuka kelopak mata yang terasa berat. Ia menyapu keadaan sekitar yang terasa asing baginya. Aroma kopi khas tercium memenuhi rongga hidung membuatnya sedikit mengenal dimana keberadaannya saat ini.Ia menoleh ke samping kanan ketika sebuah suara menyapanya dengan lembut. Kejadian beberapa saat lalu kembali terekam jelas dalam benaknya.“Gimana perasaan lo sekarang?”“Uhm, gue haus ...”Segera ia meraih secangkir minuman dari atas nakas dan menyodorkannya pada Nazmi yang tengah bersandar pada tumpukan bantal.“Makasih.” Ucapnya sembari mengembalikan cangkir tersebut.“Apa yang terjadi? Lo gak terlihat baik-baik aja. Beberapa kali gue hubungi lo gak bisa.”Seketika tangisnya kembali pecah, melihat hal tersebut seseorang yang bernama Karisma langsung meraih tisu dan menyerahkannya pada Nazmi.“Gue udah nyerah sama semuanya, Ka ... Gue lelah sama semua ini ... Gue capek ... Huhuhu ...”“Uhh, Naz. Apa yang terjadi sama lo? Kenapa lo kayak gini?”“Geri ninggalin gue sama ce

  • Forgotten You   BAB 180 - Terbongkar

    Karena tak sabar dan pesannya yang tertunda terkirim, ia segera melakukan panggilan pada sang kekasih. Namun, beberapa kali ia meneleponnya tak ada jawaban dan hanya terdengar nada sambung yang tak kunjung menjawab.-Geri?-Ia melihat satu centang putih pada pesan yang baru saja terkirim. Bahkan lelakinya tidak mengaktifkan data seluler. Apakah ia tengah bersama dengan Hana?Segera dirinya menelepon tanpa menggunakan aplikasi. Malah operator yang menjawab karena nomornya tidak aktif. Nazmi semakin gundah, pikirannya kacau. Ia sama sekali tak mengerti mengapa begitu tepat di saat seperti ini kekasihnya malah menghilang begitu saja?Tiba-tiba Nazmi terpikir untuk menghubungi Hana. Segera ia mengirimkan beberapa foto yang didapatkannya dari Fauzan. Tak lama perempuan itu terpantau online, Nazmi pun segera melakukan panggilan.“Lo tega banget sama gue, Han. Lo bohongin gue selama ini?”“Ahahahaha. Akhirnya gue ketahuan?”“Apa? Jadi bener semuanya? Lo bohongin gue dan ambil cowok gue?”“Na

  • Forgotten You   BAB 179 - Mungkin

    “Gue di apartemen.”Tiba-tiba saja sebuah perasaan buruk menelisik dalam sanubari. Sambungan telepon dimatikan setelah Fauzan mengatakan bahwa ia hendak menemuinya dan membicarakan hal ini secara langsung.Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dikatakan oleh Hana tadi pagi adalah sebuah kebohongan? Bagaimana bisa Hana berbohong, jelas dari matanya yang sembab gadis itu tengah terluka oleh Fauzan.Resah ia menunggu kedatangan Fauzan di tengah gulita rumah apartemen miliknya. Hujan masih turun sangat deras di luar sana. Beberapa kali dirinya melihat room chat dengan Fauzan yang masih belum terlihat tanda-tanda lelaki itu sudah sampai di apartemen padahal sudah hampir setengah jam.Jarak dari tempatnya sekarang jika ia berada di base camp tidak akan lebih dari setengah jam. Namun, darimana lelaki itu pergi menuju kediamannya? Dia hanya membuatnya gelisah saja.Tak berselang lama, bunyi denting bel nyaring terdengar di seisi ruangan. Segera Nazmi bangkit dan membukakan pintu. Itu adalah F

  • Forgotten You   BAB 178 - Tak Peduli

    -Ger, jangan lupa makan siang.-Tak ada jawaban dari pesan yang dikirimkan oleh Nazmi beberapa jam yang lalu. Di luar, hujan turun begitu deras. Gadis yang tengah duduk di dekat jendela besar menghadap ke luar menatap rintik hujan yang sedari tadi turun membasahi bumi.Ia menghela napas panjang setelah membaca pesannya. Padahal Geri terpantau online beberapa kali dalam beberapa waktu lalu namun, lelaki itu tak kunjung membalasnya.“Apa dia marah sama gue karena gak jadi ketemu tadi?” Gumamnya yang mulai putus asa sembari menggenggam ponsel di tangan kanan.Nazmi kembali teringat kejadian beberapa jam lalu ketika membatalkan sepihak pertemuan singkat antara dirinya dengan sang kekasih. Semua itu terjadi karena Hana yang tiba-tiba menelepon dan menyuruhnya untuk datang ke sebuah kafe.Setibanya di sebuah kafe yang masih sepi, Nazmi langsung tahu bahwa gadis yang tengah duduk memunggungi pintu masuk di sudut ruangan adalah Hana. Terlihat dari gaya berpakaian dirinya yang begitu korean lo

  • Forgotten You   BAB 177 - Berencana

    Waktu seakan cepat berlalu, sudah satu minggu semenjak Dewa berbicara empat mata dengan sang adik. Perempuan itu nampaknya sangat antusias dengan pernikahan kakaknya. Setelah beberapa jam berbincang, Nazmi akhirnya mendapatkan keputusan bahwa ia akan menikahi kekasihnya, Geri tepat satu bulan setelah pernikahan sang kakak berlangsung.Jika Karisma bertanya padanya lagi, mungkin kali itu dia akan menjawabnya dengan tegas bahwa dirinya tak mau kembali pada hubungan yang sudah lama terbengkalai bersama Karisma. Akhir-akhir ini Geri memang sangat sulit ditemui dan ngobrol melalui aplikasi pun sangat jarang. Meski begitu, perasaannya pada Geri malah semakin besar.Ia berniat untuk berbicara secara langsung perihal dirinya yang juga setuju untuk menikah dengan Geri ketika lelaki itu sudah tak sesibuk sekarang.Pagi itu matahari tidak bersinar seperti hari-hari sebelumnya. Nazmi yang sudah dua hari tidak ada jadwal photo shoot hanya berbaring di kamar seharian sembari berselancar di akun sos

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status