Share

BAB 5 - Bodoh Atau Polos?

"Enggak usah ikut campur dengan apa yang gue lakuin ke Nazmi! Itu semua bukan urusan lo!" teriak Dewa yang berhasil meninju rahang kiri lelaki di depannya hingga tersungkur.

"Berengsek! Kurang ajar lo!" geram Karisma mencoba bangkit sambil memegangi rahangnya yang terasa kaku.

"Lo pantas dapat itu, Ka! Cowok mesum kayak lo emang pantas mati aja!" hujat Dewa yang bersiap memasang kembali kuda-kudanya. Mengepal tangan dengan kuat.

Nazmi bergetar melihat kedua lelaki yang tengah beradu mulut di depannya. Bibirnya bungkam dengan lidah kelu, sama sekali tak bisa berucap.

"Kurang ajar!!" teriak Karisma yang melayangkan tinjunya ke arah Dewa, namun tidak tepat sasaran karena Dewa berhasil mengelak dari pukulan Karisma.

"Segitu aja, Ka? Payah! Nih dari gue! Pergi ke neraka lo! Iblis!" hardik Dewa.

"Cukup!" teriak Nazmi sangat kencang membuat bogem Dewa hanya melayang di udara kosong.

Tubuh kedua lelaki itu seperti ter-setting dengan sendirinya karena ucapan Nazmi. Napas gadis itu pendek dengan irama yang dalam.

"Apa enggak ada hal lain yang bisa kalian lakuin selain berantem? Kenapa harus pake kekerasan terus sih? Wa! Lo lupa dengan apa yang udah lo perbuat beberapa waktu lalu, hah? Apa lo belum sadar juga kalau tindakan lo itu berbahaya dan malah bisa sampai bikin Karisma mati!" getir Nazmi, yang suaranya mulai meninggi.

"Lo yang harusnya sadar, Naz! Lo udah diperalat sama cowok bajingan ini! Berotak mesum! Lo udah digerayangi sama dia dan hampir-hampiran dibikin hamil sama dia, tapi lo masih aja bela cowok kayak gini? Sadar gak sih, Naz!" teriak Dewa sambil menatap heran pada Nazmi yang mematung. Tangannya sesekali mengepal dengan kuat.

"Dia enggak seperti yang lo pikirkan! Karisma sama sekali enggak mau hamilin gue! Dia enggak kayak gitu, Dewa!" bantah Nazmi lagi-lagi.

Mata mungil milik Dewa melotot. Tawanya hampir pecah karena mendenggar ucapan polos atau entah pikiran bodoh dari cara pandang gadis itu.

"Tadi lo dicium sama dia sampai cowok berengsek ini pegang-pegang tubuh lo, Naz, dan lo bilang itu bukan melecehkan? Terus waktu itu, lo udah telanjang bulat dan entah apa yang udah kalian lakukan berdua semalaman di kamar, itu juga lo bilang si berengsek ini enggak berniat hamilin lo? Lo tuh bego atau polos, Naz? Lo mau karir lo sebagai model hancur gara-gara dia bikin hamil? Lo mau apa yang udah dirintis sejak dulu sampai dekarang hancur gitu aja gara-gara si cowok bajingan ini? Begitu?" teriak Dewa sambil menunjuk-nunjuk pada Karisma yang memegangi rahangnya.

"Lo enggak tahu cerita sebenarnya! Lo cuma lihat apa yang terjadi di depan lo waktu itu! Lo gak tahu keseluruhan ceritanya!" bela Nazmi. Matanya kembali merah, malah bola mata kanannya kini telah meluncurkan air yang mulai mengalir.

"Gila! Lo udah bener-bener enggak waras, Naz! Perbaiki otak lo! Jelas-jelas kalian lakuin hal bodoh itu. Buat apa sepasang manusia beda jenis, di kamar berduaan sambil telanjang, hah? Koslet ya otak lo, Naz?" cela Dewa.

Nazmi menahan amuknya. Bibir tipis itu bergetar hebat sambil mengumpat dalam hati. Mulutnya mulai terbuka kembali seraya meluapkan segala emosi.

"Lo yang gak waras! Lo kakak yang gak adil dan gak pernah mau denger apa kata gue! Lo gak pernah dengar apa yang gue mau! Lo yang berengsek! Lo yang bajingan, Wa! Lo gak pantas gue sebut kakak! Berengsek!" teriak Nazmi.

Dewa menatap tajam pada Nazmi. Matanya membulat lebar, tak menyangka pada ucapan sang adik. Entah dia harus berkata apa pada Nazmi yang benar-benar buta oleh seorang lelaki biadab macam Karisma.

Plak!

"Kurang ajar!" hardik Dewa yang lalu melayangkan tamparan keras pada Nazmi hingga gadis itu tersungkur.

"Berani-beraninya lo bilang gitu sama gue!" teriak Dewa.

"Lo gila, Wa? Kenapa lo malah pukul dia? Kenapa lo kasar, hah? Setan!" umpat Karisma.

"Lo juga pernah kasar sama Nazmi, Ka! Jangan so suci! Lo juga sama berengseknya berarti! Bahkan lebih bejat!" cecar Dewa.

"Lo enggak apa-apa, Naz?" tanya Karisma. Dia sama sekali tidak memedulikan perkataan Dewa padanya. Dia meraih tubuh gadis itu untuk bangkit.

Sudut bibir Nazmi mengeluarkan darah segar. Pipinya terlihat sangat merah. Pasti rasanya begitu panas. Namun, dia yakin, hati gadis itu yang lebih terasa pedih dibanding tamparan yang diterimanya.

"Gak usah so baik ke Nazmi, Ka! Gue udah tahu akal busuk lo! Sikap lo dan apa yang lo mau dari dia! Lo cuma pengin puasin nafsu lo ke dia, kan? Lo sama sekali enggak cinta sama Nazmi, lo cuma ingin renggut masa depannya aja!" hardik Dewa, masih tidak puas dengan semua makian yang dia lontarkan.

"Udah! Gak usah ngomong lagi, Wa! Gak usah terusin semuanya! Gue emang adik kurang ajar yang enggak mau dengar ucapan kakak macam lo! Gue emang adik yang bodoh karena enggak mau denger semua omongan lo! Tapi, Wa, gue juga punya hati! Gue enggak mau lagi berurusan sama lo! Gak punya hati!" teriak Nazmi sambil menodongkan telunjuknya pada Dewa.

Dia menatap tajam pada sang kakak lalu beralih pada Karisma yang terlihat masih emosional. "Gak usah urisi gue lagi dane nggak usah bersikap so peduli lagi ke gue! Cukup sampai di sini, gue enggak pernah mau kenal sama lo lagi, Dewa!"

Nazmi berlari ke kamarnya sambil mengusap bulir air mata yang berjantuhan. Dadanya terasa begitu sesak. Tangisnya pecah ketika dia mengatakan hal tersebut. 

Karisma langsung mengejar kepergian garis itu tanpa melihat atau pun mengatakan apa pun pada Dewa yang membeku.

"Naz! Sayang!" teriak Karisma mengekori ke mana gadis itu pergi.

Pintu kamar dibanting kencang oleh Nazmi seolah melampiaskan segala amarah yang dia pendam setelah sekian lama.

Isaknya semakin menjadi ketika tubuhnya mendarat di kasur empuk miliknya. Teriakan dan juga erangan kencang terus terlontar dari mulut gadis itu.

Beberapa umpatan dan cercaan kian mengiringi apa yang diucapkan Nazmi. Juga beberapa pukulan di meja lalu beralih pada dirinya sendiri terdengar begitu kencang.

"Sayang. Naz, gue mohon jangan nyakitin diri sendiri. Buka pintunya, Sayang. Gue mohon," pinta Karisma sambil mengetuk pintu kamar Nazmi.

Nazmi sama sekali tidak mau mendengar perkataan Karisma. Dia hanya terus meratapi nasibnya yang kian memburuk karena tekanan dari sang kakak. Sudah cukup saat dia kecil saja merasakan siksaan dari sang kakak, jangan sampai terulang lagi.

Di sisi lain, Dewa hanya bisa memaku tubuhnya di tempat tadi. Lelaki itu membeku sambil menatap tangannya yang telah menampar sang adik perempuan. Satu lagi janji yang dia ingkari, bahwa tidak akan pernah ia bertindak kasar lagi pada Nazmi. Semuanya telah terjadi. Dewa hanya bisa meratapi amukan dari sang adik.

'Apa gue salah banget larang lo sama Karisma, Naz? Kenapa lo lebih milih cowok berengsek itu? Kenapa? Dia bahkan hampir hamilin lo atau malah udah hamilin lo makanya lo gak mau pisah sama Karisma?' batin Dewa.

"Argh! Sialan!" umpat Dewa pelan sambil menendang meja pendek di depannya.

***

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status