"Enggak usah ikut campur dengan apa yang gue lakuin ke Nazmi! Itu semua bukan urusan lo!" teriak Dewa yang berhasil meninju rahang kiri lelaki di depannya hingga tersungkur.
"Berengsek! Kurang ajar lo!" geram Karisma mencoba bangkit sambil memegangi rahangnya yang terasa kaku.
"Lo pantas dapat itu, Ka! Cowok mesum kayak lo emang pantas mati aja!" hujat Dewa yang bersiap memasang kembali kuda-kudanya. Mengepal tangan dengan kuat.
Nazmi bergetar melihat kedua lelaki yang tengah beradu mulut di depannya. Bibirnya bungkam dengan lidah kelu, sama sekali tak bisa berucap.
"Kurang ajar!!" teriak Karisma yang melayangkan tinjunya ke arah Dewa, namun tidak tepat sasaran karena Dewa berhasil mengelak dari pukulan Karisma.
"Segitu aja, Ka? Payah! Nih dari gue! Pergi ke neraka lo! Iblis!" hardik Dewa.
"Cukup!" teriak Nazmi sangat kencang membuat bogem Dewa hanya melayang di udara kosong.
Tubuh kedua lelaki itu seperti ter-setting dengan sendirinya karena ucapan Nazmi. Napas gadis itu pendek dengan irama yang dalam.
"Apa enggak ada hal lain yang bisa kalian lakuin selain berantem? Kenapa harus pake kekerasan terus sih? Wa! Lo lupa dengan apa yang udah lo perbuat beberapa waktu lalu, hah? Apa lo belum sadar juga kalau tindakan lo itu berbahaya dan malah bisa sampai bikin Karisma mati!" getir Nazmi, yang suaranya mulai meninggi.
"Lo yang harusnya sadar, Naz! Lo udah diperalat sama cowok bajingan ini! Berotak mesum! Lo udah digerayangi sama dia dan hampir-hampiran dibikin hamil sama dia, tapi lo masih aja bela cowok kayak gini? Sadar gak sih, Naz!" teriak Dewa sambil menatap heran pada Nazmi yang mematung. Tangannya sesekali mengepal dengan kuat.
"Dia enggak seperti yang lo pikirkan! Karisma sama sekali enggak mau hamilin gue! Dia enggak kayak gitu, Dewa!" bantah Nazmi lagi-lagi.
Mata mungil milik Dewa melotot. Tawanya hampir pecah karena mendenggar ucapan polos atau entah pikiran bodoh dari cara pandang gadis itu.
"Tadi lo dicium sama dia sampai cowok berengsek ini pegang-pegang tubuh lo, Naz, dan lo bilang itu bukan melecehkan? Terus waktu itu, lo udah telanjang bulat dan entah apa yang udah kalian lakukan berdua semalaman di kamar, itu juga lo bilang si berengsek ini enggak berniat hamilin lo? Lo tuh bego atau polos, Naz? Lo mau karir lo sebagai model hancur gara-gara dia bikin hamil? Lo mau apa yang udah dirintis sejak dulu sampai dekarang hancur gitu aja gara-gara si cowok bajingan ini? Begitu?" teriak Dewa sambil menunjuk-nunjuk pada Karisma yang memegangi rahangnya.
"Lo enggak tahu cerita sebenarnya! Lo cuma lihat apa yang terjadi di depan lo waktu itu! Lo gak tahu keseluruhan ceritanya!" bela Nazmi. Matanya kembali merah, malah bola mata kanannya kini telah meluncurkan air yang mulai mengalir.
"Gila! Lo udah bener-bener enggak waras, Naz! Perbaiki otak lo! Jelas-jelas kalian lakuin hal bodoh itu. Buat apa sepasang manusia beda jenis, di kamar berduaan sambil telanjang, hah? Koslet ya otak lo, Naz?" cela Dewa.
Nazmi menahan amuknya. Bibir tipis itu bergetar hebat sambil mengumpat dalam hati. Mulutnya mulai terbuka kembali seraya meluapkan segala emosi.
"Lo yang gak waras! Lo kakak yang gak adil dan gak pernah mau denger apa kata gue! Lo gak pernah dengar apa yang gue mau! Lo yang berengsek! Lo yang bajingan, Wa! Lo gak pantas gue sebut kakak! Berengsek!" teriak Nazmi.
Dewa menatap tajam pada Nazmi. Matanya membulat lebar, tak menyangka pada ucapan sang adik. Entah dia harus berkata apa pada Nazmi yang benar-benar buta oleh seorang lelaki biadab macam Karisma.
Plak!
"Kurang ajar!" hardik Dewa yang lalu melayangkan tamparan keras pada Nazmi hingga gadis itu tersungkur.
"Berani-beraninya lo bilang gitu sama gue!" teriak Dewa.
"Lo gila, Wa? Kenapa lo malah pukul dia? Kenapa lo kasar, hah? Setan!" umpat Karisma.
"Lo juga pernah kasar sama Nazmi, Ka! Jangan so suci! Lo juga sama berengseknya berarti! Bahkan lebih bejat!" cecar Dewa.
"Lo enggak apa-apa, Naz?" tanya Karisma. Dia sama sekali tidak memedulikan perkataan Dewa padanya. Dia meraih tubuh gadis itu untuk bangkit.
Sudut bibir Nazmi mengeluarkan darah segar. Pipinya terlihat sangat merah. Pasti rasanya begitu panas. Namun, dia yakin, hati gadis itu yang lebih terasa pedih dibanding tamparan yang diterimanya.
"Gak usah so baik ke Nazmi, Ka! Gue udah tahu akal busuk lo! Sikap lo dan apa yang lo mau dari dia! Lo cuma pengin puasin nafsu lo ke dia, kan? Lo sama sekali enggak cinta sama Nazmi, lo cuma ingin renggut masa depannya aja!" hardik Dewa, masih tidak puas dengan semua makian yang dia lontarkan.
"Udah! Gak usah ngomong lagi, Wa! Gak usah terusin semuanya! Gue emang adik kurang ajar yang enggak mau dengar ucapan kakak macam lo! Gue emang adik yang bodoh karena enggak mau denger semua omongan lo! Tapi, Wa, gue juga punya hati! Gue enggak mau lagi berurusan sama lo! Gak punya hati!" teriak Nazmi sambil menodongkan telunjuknya pada Dewa.
Dia menatap tajam pada sang kakak lalu beralih pada Karisma yang terlihat masih emosional. "Gak usah urisi gue lagi dane nggak usah bersikap so peduli lagi ke gue! Cukup sampai di sini, gue enggak pernah mau kenal sama lo lagi, Dewa!"
Nazmi berlari ke kamarnya sambil mengusap bulir air mata yang berjantuhan. Dadanya terasa begitu sesak. Tangisnya pecah ketika dia mengatakan hal tersebut.
Karisma langsung mengejar kepergian garis itu tanpa melihat atau pun mengatakan apa pun pada Dewa yang membeku.
"Naz! Sayang!" teriak Karisma mengekori ke mana gadis itu pergi.
Pintu kamar dibanting kencang oleh Nazmi seolah melampiaskan segala amarah yang dia pendam setelah sekian lama.
Isaknya semakin menjadi ketika tubuhnya mendarat di kasur empuk miliknya. Teriakan dan juga erangan kencang terus terlontar dari mulut gadis itu.
Beberapa umpatan dan cercaan kian mengiringi apa yang diucapkan Nazmi. Juga beberapa pukulan di meja lalu beralih pada dirinya sendiri terdengar begitu kencang.
"Sayang. Naz, gue mohon jangan nyakitin diri sendiri. Buka pintunya, Sayang. Gue mohon," pinta Karisma sambil mengetuk pintu kamar Nazmi.
Nazmi sama sekali tidak mau mendengar perkataan Karisma. Dia hanya terus meratapi nasibnya yang kian memburuk karena tekanan dari sang kakak. Sudah cukup saat dia kecil saja merasakan siksaan dari sang kakak, jangan sampai terulang lagi.
Di sisi lain, Dewa hanya bisa memaku tubuhnya di tempat tadi. Lelaki itu membeku sambil menatap tangannya yang telah menampar sang adik perempuan. Satu lagi janji yang dia ingkari, bahwa tidak akan pernah ia bertindak kasar lagi pada Nazmi. Semuanya telah terjadi. Dewa hanya bisa meratapi amukan dari sang adik.
'Apa gue salah banget larang lo sama Karisma, Naz? Kenapa lo lebih milih cowok berengsek itu? Kenapa? Dia bahkan hampir hamilin lo atau malah udah hamilin lo makanya lo gak mau pisah sama Karisma?' batin Dewa.
"Argh! Sialan!" umpat Dewa pelan sambil menendang meja pendek di depannya.
***Bersambung ....
Dering ponsel menyeruak masuk mengganggu kegaduhan yang ditimbulkan Nazmi. Di tengah tangisnya yang kian memuncak, isak yang semakin dalam beradu dengan nada ponsel yang berkebalikan. Ceria.Gadis yang matanya sudah sembab itu perlahan memelankan suaranya. Membuka kedua telapak tangan yang digunakan untuk menyembunyikan wajah sendunya. Padahal tidak usah melakukan hal tersebut pun tidak jadi masalah karena tidak ada yang bisa melihat wajahnya saat ini.Dadanya naik turun amat dalam. Menarik oksigen kian rakus, namun yang terambil hanya sebagian saja. Buktinya isi dalam rongga dadanya masih terasa sesak. Mungkin bukan karena kurang oksigen, melainkan karena perlakuan sang kakak padanya beberapa waktu lalu.Mata bundarnya menatap dengan saksama pada benda persegi yang menuntut ingin segera diambil. Bibir mungil bergetar sambil menggigit ujungnya sedikit karena berniat menghentikan isak yang semakin mendalam."Naz? Gue denger suara hape lo bunyi. Siapa yan
Nazmi melotot pada lelaki yang mendekapnya. Langsung saja ia dorong lelaki mesum itu menjauh darinya."Otak lo gak pernah berubah dari dulu, Ka! Pasti aja kotor!" sindir Nazmi dengan delikan mata, namun terdapat senyuman malu-malu mau di balik wajahnya.Karisma kembali terkekeh kecil. Segera gadis itu ia rengkuh kembali. Didekapnya erat agar tawanannya itu tidak lepas. Dikecupnya berulang kali pipi Nazmi sambil membelai rambut panjang gadis seksi dalam buaiannya.Meski hanya beberapa kali saja menempelkan bibir pada kulit halus gadis itu malah sudah cukup membuat Karisma bergairah dibuatnya. Bak cacing kepanasan ingin segera diredakan."Kenapa? Lo keberatan sama pikiran mesum gue? Wajar kali cowok punya pikiran gitu, Sayang," goda Karisma, masih dengan tatapan nakal.Otaknya kini malah kembali dirasuki setan mesum yang terus menggangunya bila dekat dengan Nazmi.Malah kini lelaki itu merasakan sesuatu dari bagian tubuhnya mulai sensitif, ingin men
Tatapan keduanya saling beradu, tajam, lebih dari sebilah pisau yang baru diasah. Hati masing-masing dari mereka saling beradu argumen, namun tak kunjung tersampaikan."Sebaiknya lo jauhi Nazmi atau gue yang bikin kalian jauh," ancam Dewa, masih dengan tatapan tajam.Seolah tak gentar dengan tatapan tajam dari Dewa, Karisma malah membalasnya dengan wajah datar diiringi senyum sinis. "Silakan lo lakukn aja itu, yang jelas pastinya Nazmi enggak mau pisah sama gue," turur Karisma dengan percaya diri.Dewa mulai meradang, tangannya mengepal sangat kuat. "Sejauh mana lo lakuin hal berengsek itu sama Nazmi, Ka?" bentak Dewa menatap tajam pada lawan bicaranya.Tangannya kini mencengkram kuat jemari tangan yang satunya. Ingin sekali dia meninju wajah sombong milik Karisma lalu membuatnya lenyap detik itu juga."Lo tanya sejauh mana yang udah gue lakuin sama Nazmi, Wa?" Senyum Karisma seolah menecmooh si kakak Nazmi yang galak itu.Tanpa memberi jawa
Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan.Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!!***Semerbak wangi vanila memenuhi kamar gadis cantik yang tengah mematut dirinya di depan cermin. Dia kembali mendekatkan wajahnya beberapa senti ke depan pantulan kaca yang membentuk wajah cantiknya.Beberapa kali Nazmi memoleskan lipstik merah muda pada bibirnya yang mungil. Terlihat begitu menawan membuat siapa pun ingin menyicipi bibir manis milik Nazmi."Udah cantik kok, Sayang," ujar sebuah suara membuat Nazmi menengok ke arah tersebut.Senyum gadis itu merekah membuat si pemilik suara juga ikut tersenyum lebar."Mau ke mana? Sepagi ini udah cantik banget," ucapnya lagi. Kini tubuhnya mendeka
Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan.Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!!***Nazmi menyipitkan matanya. Menyimak dengan lekat wajah lelaki yang tengah memohon padanya.Ingin sekali gadis itu mencubit wajah Karisma yang terlihat sangat menggemaskan baginya.Namun, dia hanya bisa berangan saja. Tak ingin terlihat seantusias itu di depan sang mantan kekasih."Naz, ya? Boleh, ya? Lima menit aja," kekeuh Karisma masih memberi kode arah matanya pada benda bulat besar yang dia inginkan."Dih! Kok malah nambah? Tadi katanya sekali pegang aja? Kok sekarang lima menit?" protes Nazmi."Eh? Jadi boleh nih sekali pegang aja?" tanya Karisma antusias.Nazmi terkekeh pelan
Perhatian! BAB ini mengandung konten dewasa 21+ atau 25+ Bagi yang merasa masih di bawah umur atau belum berkategori usia yang disebut di atas, harap bijak dalam memilih bacaan. Sangat tidak disarankan bagi yang di bawah 21 tahun untuk membaca konten dalam BAB ini. Terima kasih sudah menjadi pembaca yang bijak. Happy Reading!! *** Kilat manik mata cokelat dari Karisma menatap semakin tajam gadis yang berada di bawahnya. Bak seekor elang yang tengah membidik mangsanya, tak ingin lepas. Sedangkan di posisi Nazmi, dia ingin melepaskan pagutan dan buaian dari Karisma, tapi di sisi lain dia juga merasakan ada sensasi menyenangkan diperlakukan demikian oleh Karisma. "Cantik, Sayang, halus," bisik Karisma sambil kembali bibirnya menyesap tiap inci tubuh Nazmi. "I love you, Baby," lirih Karisma lalu menyesap kembali bibir ranum Nazmi. Tangannya perlahan mengusap paha atas sang gadis, menyibakkan ro
Karisma terdiam memejamkan matanya sejanak. Berniat merehatkan pikirannya dengan keluar dari kamar Nazmi.Namun, yang dia dapatkan bukanlah ketenangan. Malah di luar kamar Nazmi dia bertemu dengan Dewa, kakak Nazmi yang paling menyebalkan menurutnya."Ka? Kenapa malah diem? Lo gak denger apa yang gue tanyain, hah?" ujar Dewa.Kini nada suara lelaki itu semakin terdengar mendesak. Dia gemas dengan perlakuan Karisma yang malah diam saja saat ditanya hal seperti itu."Karisma!" bentak Dewa dengan tangan mengepal. Hampir saja dia meninju wajah tampan milik Karisma.Lelaki yang hampir dijadikan samsak oleh Dewa itu kemudian menarik napasnya sangat dalam.Menahannya sejenak agar oksigen yang dia hirup melakukan pertukaran dengan benar. Agar otaknya tersuplai oksigen dengan baik. Agar dirinya tidak merasa kesal dengan perlakuan sang manajer sekaligus kakak kandung Nazmi, mantan kekasihnya.Namun, Karisma tetaplah Karisma. Apa yang dia
Dewa lalu menatap pintu kamar Nazmi. Memandanginya sesaat dengan jantung berdegup. Pikirannya campur aduk, takut bila Karisma malah melakukan hal aneh seperti tempo lalu.Namun, di sisi lain dia yakin bahwa lelaki itu tidak berbuat nekat kali ini karena melihat wajah Karisma yang sudah masam sedari dia menutup pintu tadi."Mungkin niatnya emang ngelakuin itu kali ya, tapi malah kena semprot, maybe," gumam Dewa.Senyum Dewa sedikit merekah ketika mengingat hal tersebut. Dia berharap Karisma memang benar-benar tidak melakukan hal bejat itu lagi pada Nazmi, adik perempuan satu-satunya itu.Tok tok tok."Masuk aja. Enggak dikunci kok," sahut Nazmi sedikit berteriak dari dalam kamar."Oke," ujar Dewa.Nazmi menengok ke arah sosok yang baru saja datang. Percakapannya dengan Geri masih berlangsung. Sebenarnya Nazmi ingin segera mengakhiri percakapan itu, namun dia bingung mengatakannya harus bagaimana.'Geri, ya?' tanya Dewa pada diri