Share

Part2

Penulis: Oscar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 12:48:27

"Mas sudah makan? Naya siapin, ya?"

"Tidak usah. Mas sudah makan tadi sama klien," jawabnya masih dengan ucapan yang lemah lembut. Mas Ilham pun langsung bergegas pergi mandi. 

Ya, Allah. Ini untuk kesekian kalinya Mas Ilham tidak makan malam di rumah. Selalu pulang larut malam dan setiap mandi selalu keramas. Hatiku semakin yakin, kalau dia benar-benar sudah tidak mencintaiku lagi. 

Selesai mandi, dia langsung membaringkan diri di ranjang. Tak ada lagi obrolan-obrolan sebelum tidur denganku. Baik itu perihal pekerjaan di kantor ataupun tentang sekolah Alta, putri tunggalnya.

.

Keesokan paginya aku kembali menemui Ratna, untuk bertukar pikiran. Entah kenapa sehabis curhat dengannya aku selalu merasa tenang dan kembali bersemangat. 

"Jadi apa yang harus aku lakukan, Rat? Kebanyakan yang aku baca dari cerita tersebut semua istrinya putri konglomerat, dan suami yang berselingkuh itu malah numpang hidup sama istrinya. Ya mudah saja untuk memberi pelajaran kepada suami dan selingkuhannya. La aku? Boro-boro anak orang kaya, kebutuhan bulanan Bapak dan Ibu di kampung saja masih dibiayai Mas Ilham," aku kehilangan semangat. 

"Memang kamu itu dari dulu lugunya tidak mau hilang ya. Sudah lama tinggal di kota pun masih juga udik. Memangnya kamu pikir para pelakor-pelakor itu aslinya juga anak orang kaya?" aku menggeleng.

"Justru mereka itu juga wanita kelas bawah yang mau hidup enak dengan morotin laki-laki hidung belang berkantong tebal seperti suami kamu itu. Mau hidup enak tapi malas kerja," imbuhnya sewot. 

Dalam hati aku membenarkan apa yang dikatakan oleh Ratna. Untunglah Ratna tidak termasuk wanita seperti itu. Meski dia belum menikah dan hidup sederhana hanya sebagai perawat di sebuah rumah sakit, tapi tak pernah sekalipun kulihat hidupnya melenceng yang bukan-bukan. 

"Tapi aku merasa sakit, Rat. Setiap kali kulihat foto-foto Mas Ilham dengan wanita itu. Ingin sekali rasanya aku menanyakan langsung dan menuntut jawaban kepada Mas Ilham, kenapa dia sampai hati mengkhianati ikatan suci pernikahan kami yang hampir tidak pernah bermasalah sampai saat ini," tanpa terasa air mataku mengalir di hadapan Ratna. 

"Iya, Nay. Aku mengerti perasaan kamu. Semua wanita pasti juga akan mengalami hal yang sama. Kamu yang sabar dulu ya? Jangan gegabah. Kalau kamu sudah hilang perasaan kepada Mas Ilham, setidaknya kamu pikirkan juga kehidupan orang tua kamu di kampung."

Aku memandang nanar wajah Ratna. Benar sekali apa yang dikatakan Ratna. Bapak dan Ibu pasti merasa sangat terpukul dengan apa yang akan terjadi jika aku  berpisah dari Mas Ilham sekarang. Belum lagi aku yang sama sekali tidak bekerja dan sama sekali tidak punya penghasilan. 

Apa lagi belum ada keturunan yang bisa mengikat kami, pastilah dengan senang hati Mas Ilham melepaskanku begitu saja, tanpa harus memikirkan memberi nafkah bulanan untuk anak kami. 

"Jadi, Rat. Apa aku harus berdiam diri terus menerima semua ini hanya karena aku masih butuh nafkah dan harus merelakan hati dan tubuh Mas Ilham dimiliki oleh wanita lain?"

"Ya tidak begitu juga kali, Nay. Pintar dikit dong. Setelah kamu berhasil nanti mendapatkan seluruh uang dari Mas Ilham, baru deh kamu bisa pergi dari rumah itu dengan tenang."

"Maksud kamu?" aku masih belum mengerti. 

"Dasar lemot," ejek Ratna. "Kamu porotin dulu uang suami kamu seperti wanita tidak tahu malu itu. Setelah cukup banyak yang kamu dapatkan, baru deh kamu ungkapkan semuanya di depan semua orang dan keluarganya sehingga Mas Ilham dan wanita pelakor itu malu telah bermain di belakang kamu."

"Caranya bagaimana, Rat?" aku yang selama ini jarang bergaul masih merasa bingung harus berbuat apa. 

"Tenang saja, biar aku yang membimbing kamu sampai mereka berdua kena karma atas perbuatan mereka sama kamu," ucap Ratna penuh keyakinan. 

Mau tidak mau aku harus mengikut dengan rencana Ratna. Toh tidak ada salahnya juga di coba. 

"Jadi sekarang aku harus pura-pura tidak tahu dulu tentang perselingkuhan Mas Ilham?" lagi-lagi aku meyakinkan. Ratna mengangguk. 

"Pokoknya, peras habis duitnya, lalu tinggalkan." Aku dan Ratnapun merencanakan sesuatu. 

Tunggu saja, Mas. Aku tidak akan lagi selugu itu. Kamu sendiri yang membuatku jadi seperti ini. 

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
dadar otak babu dan g bisa mikir. terima aja nasib mu jd pengasuh anak tiri mu merangkap babu. jd apa yg jau bisa, cuman mengangkang nyet
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part131

    Kamipun sampai di sebuah klinik yang tidak jauh dari rumah aku bersama Mas Rafi. Sengaja aku tak ingin pergi ke rumah sakit besar, selain malas untuk mengantri, kurasa penyakitku ini tidak terlalu parah dan juga berbahaya."Selamat ya, buat Ibu dan juga Bapak," seru seorang Dokter setelah tadi memeriksaku dengan senyuman."Selamat apa ya, Dok?" Mas Rafi bergantian memandangi kami."istri Bapak saat ini sedang mengandung. Usia kandungan sudah memasuki usia lima minggu. Selamat, karena sebentar lagi Bapak akan menjadi seorang Ayah."Kulihat binar matanya memancarkan kebahagiaan. Matanya berkaca-kaca, merasa antara percaya dan tidak percaya. Di tatapnya wajahku secara seksama, kemudian kembali ke arah Dokter itu."Benar Dokter? Istri saya hamil?" dia meyakinkan. Dokter muda itu pun mengangguk sambil tersenyum."Alhamdulillah... " ucap aku dan Mas Rafi bersamaan..Mas Rafi tak henti-hentinya menggenggam tanganku. Merasa berbahagia karena telah berhasil mengandung dari buah cinta kami. Kin

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part130

    Aku duduk di sofa ruang tamu lantai dua. Ruangan ini menjadi lebih luas setelah menyelesaikan renovasi. Bangunan yang tadinya bersekat tembok yang tinggi, kini telah menyatu dan menjadi luas. Karyawan di lantai bawah pun sudah bertambah dua orang lagi, sehingga mengurangi lelahnya Ibu dalam mengurus toko."Ibu masak bubur kacang hijau lho, Nay," ujar Ibu. "Pakai durian lagi. Sengaja Ibu buatkan makanan kesukaan kamu," lanjutnya lagi."Nanti Nay ambil sendiri saja, Bu," ucapku yang agak malas untuk bangkit, tanpa kutahu tiba-tiba saja Ibu sudah berjalan membawa nampan berisi mangkuk.Mendadak aku pusing, tenggorokanku rasanya penuh, hingga memaksaku untuk bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan segala yang kumakan pagi tadi."Nay, kamu kenapa?" kudengar panggilan Ibu sambil mengetuk pintu. Aku terus saja memuntahkan apa yang ada, hingga tubuh ini jadi seperti tak bertenaga."Tidak tahu, Buk. Mungkin masuk angin," aku berjalan kembali ke sofa setelah membukakan pintu. Kulihat Ibu ber

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part129

    Akhirnya hari bahagia itu datang juga. Seperti sebuah mimpi, kini aku benar-benar telah mengakhiri masa kesendirianku. Status yang masih menjadi momok yang menakutkan bagiku itu, terlepas sudah. Entah bagaimana caraku mengungkapkannya.Pagi tadi, dengan menggenggam erat tangan Bapak, Mas Rafi mengucapkan lafaz dengan begitu lantang, hanya dengan satu tarikan nafas saja. Membuat semua yang hadir mengucapkan Alhamdulillah dengan begitu antusias dan bersemangat.Sebuah pesta sederhana dilanjutkan dengan sebuah hiburan berupa musik dari orkestra yang biasa diadakan di kampung kami.Aku tidak perduli bagaimana dengan tanggapan keluarga Mas Rafi nantinya, yang selalu terbiasa dengan musik-musik nan elegan yang sering aku lihat di pesta-pesta kalangan orang kaya. Itupun aku tonton dari infotainment para artis.Tapi, sempat kulihat tangan Papa mertua ikut bergoyang juga, menikmati musik dangdut yang dinyanyikan sang biduan.Para sanak famili dan juga sahabat hampir semuanya hadir. Tak terkecu

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part128

    "Banyak rekan-rekan yang sudah melapor sama Mas, kalau akun Mas diretas orang. Mas curiga itu Viona.jadi, kamu jangan sampai terkecoh jika ada pesan-pesan seperti itu, ya. Mas tidak akan mungkin tega meminta uang sama kamu dengan jalan seperti itu. Melihat kamu menjaga Alta sebaik ini saja, Mas sudah sangat berterima kasih." Ucapannya terdengar tulus dan tidak mengada-ada. Alhamdulillah, ternyata jawaban dari semua beban pikiranku sudah terjawab tuntas tanpa aku menanyakannya.Ternyata Mas Rafi benar juga, bahwa mimpi itu cerminan dari hati dan pikiran..Mobil kembali melaju pelan. Kulihat Alta sudah kembali akrab dengan Mas Rafi. Seakan-akan kejadian malam tadi tidak pernah terjadi. Atau mungkin dia bahagia karena sudah bertemu dengan ayahnya."Mas, tadi Mas Rafi ngomong apa saja sama Mas Ilham, kok jadi akrab?" Aku memberanikan diri untuk bertanya. Sebelum pulang tadi, kulihat Mas Rafi berbicara empat mata dengan Mas Ilham dan diakhiri dengan berjabat tangan dan... berpelukan. Ane

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part127

    Aku menceritakan semua apa yang kulihat dalam mimpi tersebut. Tentang semua kejadian yang erat sekali berkaitan dengan dirinya. Mas Rafi terlihat serius dalam mendengarkan ceritaku. Malu juga sebenarnya.tapi, karena Mas Rafi terus memaksa, akhirnya aku bersikap jujur saja. Lagipula, kami sudah sepakat akan terbuka satu sama lain seperti janji kami tempo hari. Mas Rafi tersenyum sambil meraih jemariku. Menggenggamnya dengan berusaha untuk menenangkan. "Itu artinya, kamu takut kehilangan Alta dan juga Mas. Iya, kan?" senyumnya semakin mengembang. Terlihat manis dan juga mendebarkan. Eh? Kenapa pipiku jadi panas?"Mas Rafi ge er, ya!" Aku berusaha mengelak dengan menepiskan genggamannya. Mencoba menyamarkan rasa gugup dan debaran di dada. "Biasanya mimpi itu cerminan dari hati, Nay. Saat hati kita bersih, maka mimpi baiklah yang kita lihat. Tapi saat hati kita kotor dan ketakutan, maka mimpi buruk lah yang akan datang. Bukankah hati itu seperti cermin?" Mas Rafi terlihat serius. Tak b

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part126

    Hari masih terlalu pagi, Ibu sudah menggedor-gedor pintu kamarku. Jantung ini rasanya mau copot saja, bertanya-tanya apa gerangan yang sedang terjadi di luar sana. Bergegas aku beranjak dari tempat tidur, dan segera membukakan pintu untuknya. "Nay, Nak Rafi sedang menunggu di bawah itu. Katanya mau mengajak kamu dan Alta ke pantai." Sejenak aku berpikir. Masih pagi begini, Mas Rafi datang dan tiba-tiba mengajak pergi. Ada apa gerangan. "Ouh, Iya, Buk. Sebentar lagi, Nay turun." Aku menghela nafas. Baru ingat pesan whatsapp yang dikirimkan Mas Rafi malam tadi. Aku hanya sempat membaca, belum ada niatan untuk membalas dan mengiyakan ajakannya. "Memangnya kalian sudah janjian mau kepantai?" terlihat wajah Ibu sedikit cemas.Mungkin merasa khawatir kalau aku tidak sedang baik-baik saja untuk saat ini. Apalagi dia belum menanyakan mimpi apa yang menghantuiku malam tadi. "Nay sendiri lupa, Buk. Mungkin Mas Rafi mau bayar janjinya kemarin sama Alta," terangku yang hanya menduga-duga sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status