Share

Part6

Penulis: Oscar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 15:32:20

"Naya? Ngapain di sini?" suara seseorang menegurku dari dalam mobil. Diapun langsung turun menyapa kami. 

"Eh, Mas Rafi. Lagi nunggu Ayahnya Alta, Mas," sahutku sambil tersenyum. Mas Rafi adalah rekan kerjanya Mas Ilham. Kami sempat berkenalan di hari yang sama saat temanku mengenalkanku pada Mas Ilham. 

Ada perasaan heran di wajahnya. Memangnya tidak boleh aku mengunjungi kantor suamiku sendiri. 

"Mas Ilham tadi lagi telfonan di toilet," jawabnya tanpa aku bertanya. 

"Oh, Iya Mas. Tidak apa-apa. Nanti juga turun," sahutku kemudian. 

"Ya sudah kalau begitu. Mas duluan ya."

Dia pun pergi meninggalkan kami. Tak lama Mas Ilham keluar dengan wajah murung. 

"Ada apa, Mas?" tanyaku heran. 

"Sudah, tidak apa-apa. Masuk saja," aku dan Alta mengikutinya masuk ke mobil. 

Kami berhenti di sebuah toko mas tak jauh dari kantor Mas Ilham. Dia dan Alta duduk menunggu di kursi luar sembari bolak balik mengecek gawainya. Terlihat raut wajah yang penuh kekhawatiran. 

Apa jangan-jangan dia bertengkar dengan wanita selingkuhannya itu? Mungkin saja. Siapa tahu sebenarnya mereka sudah ada janji bertemu hari ini. Tapi kemudian dibatalkan oleh Mas Ilham karena hari ini ada janji denganku. 

Sudahlah. Bodo amat. Mau bertengkar atau sayang-sayangan aku sudah tidak perduli. Pokoknya sebelum uang Mas Ilham habis aku tidak akan berhenti. Biar jadi gembel kalian berdua. 

Dengan rasa kesal aku memilih asal perhiasan-perhiasan ini. Aku mengambil dua buah cincin, dua buah gelang dan seutas kalung dengan mainan bergambar hati. Entah berapa harganya aku pun tak tahu. Semoga saja Mas Ilham mau membayar dan tidak menaruh curiga dengan sikapku ini. 

"Semuanya tiga puluh lima juta enam ratus tujuh puluh ribu ya, Mbak," ucap si penjaga toko. 

Mati aku! Mahal sekali ternyata. Bagaimana ini? Malu sekali kalau sampai harus membatalkannya. Tak lama Mas Ilham datang mendekat. Dilihatnya harga yang tertera di surat tanda terima. Dahinya mengernyit, lalu kemudian mengeluarkan sebuah kartu dan memberikannya ke si penjaga toko. 

Huft.. selamat. Mas Ilham tidak protes sedikitpun. Kenapa tidak dari dulu saja aku minta ini itu kepadanya. Ada rasa kasihan juga sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi. Pokoknya tidak ada ampun untuk kamu yang berani menduakanku. 

"harganya kemahalan ya, Mas?" aku pura-pura merasa tidak enak. 

"Ya sudahlah, mau bagaimana lagi," ucapnya pasrah. Terkesan tidak ikhlas. Tapi mana aku perduli. 

"Mas, aku mau ajak Alta makan es krim di Mall. Tapi duit belanja hari ini sudah habis," aku sudah mulai lebih berani. 

"Iya, Yah. Tadikan Ayah buru-buru. Jadi Alta makan es krim sama Bunda aja," pas sekali Alta selalu mendukung setiap ucapanku. 

Kami kembali ke kantor Mas Ilham. Dari sana kami bisa naik taksi online karena jaraknya tidak jauh dari rumah kami. Kami sampai di depan kantor dan bergegas turun setelah Mas Ilham memberiku beberapa lembar uang merah. 

Alhamdulillah, lagi-lagi rencana yang dibuat Ratna berhasil. Tapi, belum saja kami melangkah, kulihat mobil Mas Ilham di cegat oleh seorang wanita. Tak membutuhkan waktu lama, wanita tersebut langsung melesap masuk ke dalam mobilnya dan mereka berhenti di parkiran. 

Lama aku menunggu, ada rasa panas di dada ini. Apa yang mereka lakukan di dalam mobil ditengah hari bolong seperti ini. Ingin sekali rasanya aku menghampiri dan mempermalukan mereka. 

Tapi pasti nanti semuanya akan menjadi kacau. Rencana-rencana yang sudah di susun Ratna dengan rapi pasti juga akan berantakan. Aku hanya bisa beristighfar di dalam hati. Tak terasa air mataku mengalir di sudut netra. 

"Bunda kenapa menangis?" tanya Alta tanpa kusadari. 

"Eh, Bunda tidak menangis kok. Bunda cuma terharu saja dibelikan perhiasan sama Ayah," jawabku berbohong. 

"Jadi kan kita makan es krimnya?"

"Iya, sayang. Jadi kok. Ya udah, yuk. Kita tinggal nyebrang ke mall itu aja."

Aku pun menggandeng tangan Alta untuk menyeberang ke mall yang memang letaknya hanya berseberangan dengan kantor Mas Ilham. 

Bagaimanapun aku berusaha untuk tidak mencintai Mas Ilham lagi, tetap masih ada rasa sakit menyelimuti hati ketika melihat dia dengan wanita lain. 

Selesai mengajak Alta makan eskrim, aku singgah ke rumah Ratna. Kebetulan hari ini dia sedang berada di rumah karena harus bertugas  malam nanti.

Aku menceritakan tentang apa yang kulihat di parkiran kantor Mas Ilham tadi kepadanya. 

"Yang sabar dulu ya, Nay. Kamu harus kuat. Ini kan demi kamu juga," Ratna berusaha menenangkanku.

"Iya, Rat. Ini juga aku sedang berusaha untuk kuat walaupun sebenarnya aku ingin sekali melabrak mereka berdua."

"Apa dia juga pegawai di kantor Mas Ilham, Nay?"

"Sepertinya bukan. Dia tadi berpakaian biasa saja. Pokoknya seksi lah. Pantas saja Mas Ilham tergila-gila padanya, kalau setiap saat disodori penampakan seperti itu," hatiku semakin panas. 

"Sudah, sudah. Nih perhiasan imitasinya. Buat jaga-jaga. Perhiasan yang asli cepat kamu amankan. Kalau perlu jual aja lagi. Kamukan tidak membutuhkannya."

"Iya, Rat. Nanti aku jual kembali. Tapi ada satu hal dulu yang mau aku lakukan dengan perhiasan ini," Ratna pun tersenyum sumringah. 

"Nih satu lagi," ujarnya sambil mengibas-ngibaskan sesuatu di tangannya. 

Akupun kembali tersenyum dengan rencana Ratna selanjutnya. 

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part131

    Kamipun sampai di sebuah klinik yang tidak jauh dari rumah aku bersama Mas Rafi. Sengaja aku tak ingin pergi ke rumah sakit besar, selain malas untuk mengantri, kurasa penyakitku ini tidak terlalu parah dan juga berbahaya."Selamat ya, buat Ibu dan juga Bapak," seru seorang Dokter setelah tadi memeriksaku dengan senyuman."Selamat apa ya, Dok?" Mas Rafi bergantian memandangi kami."istri Bapak saat ini sedang mengandung. Usia kandungan sudah memasuki usia lima minggu. Selamat, karena sebentar lagi Bapak akan menjadi seorang Ayah."Kulihat binar matanya memancarkan kebahagiaan. Matanya berkaca-kaca, merasa antara percaya dan tidak percaya. Di tatapnya wajahku secara seksama, kemudian kembali ke arah Dokter itu."Benar Dokter? Istri saya hamil?" dia meyakinkan. Dokter muda itu pun mengangguk sambil tersenyum."Alhamdulillah... " ucap aku dan Mas Rafi bersamaan..Mas Rafi tak henti-hentinya menggenggam tanganku. Merasa berbahagia karena telah berhasil mengandung dari buah cinta kami. Kin

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part130

    Aku duduk di sofa ruang tamu lantai dua. Ruangan ini menjadi lebih luas setelah menyelesaikan renovasi. Bangunan yang tadinya bersekat tembok yang tinggi, kini telah menyatu dan menjadi luas. Karyawan di lantai bawah pun sudah bertambah dua orang lagi, sehingga mengurangi lelahnya Ibu dalam mengurus toko."Ibu masak bubur kacang hijau lho, Nay," ujar Ibu. "Pakai durian lagi. Sengaja Ibu buatkan makanan kesukaan kamu," lanjutnya lagi."Nanti Nay ambil sendiri saja, Bu," ucapku yang agak malas untuk bangkit, tanpa kutahu tiba-tiba saja Ibu sudah berjalan membawa nampan berisi mangkuk.Mendadak aku pusing, tenggorokanku rasanya penuh, hingga memaksaku untuk bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan segala yang kumakan pagi tadi."Nay, kamu kenapa?" kudengar panggilan Ibu sambil mengetuk pintu. Aku terus saja memuntahkan apa yang ada, hingga tubuh ini jadi seperti tak bertenaga."Tidak tahu, Buk. Mungkin masuk angin," aku berjalan kembali ke sofa setelah membukakan pintu. Kulihat Ibu ber

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part129

    Akhirnya hari bahagia itu datang juga. Seperti sebuah mimpi, kini aku benar-benar telah mengakhiri masa kesendirianku. Status yang masih menjadi momok yang menakutkan bagiku itu, terlepas sudah. Entah bagaimana caraku mengungkapkannya.Pagi tadi, dengan menggenggam erat tangan Bapak, Mas Rafi mengucapkan lafaz dengan begitu lantang, hanya dengan satu tarikan nafas saja. Membuat semua yang hadir mengucapkan Alhamdulillah dengan begitu antusias dan bersemangat.Sebuah pesta sederhana dilanjutkan dengan sebuah hiburan berupa musik dari orkestra yang biasa diadakan di kampung kami.Aku tidak perduli bagaimana dengan tanggapan keluarga Mas Rafi nantinya, yang selalu terbiasa dengan musik-musik nan elegan yang sering aku lihat di pesta-pesta kalangan orang kaya. Itupun aku tonton dari infotainment para artis.Tapi, sempat kulihat tangan Papa mertua ikut bergoyang juga, menikmati musik dangdut yang dinyanyikan sang biduan.Para sanak famili dan juga sahabat hampir semuanya hadir. Tak terkecu

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part128

    "Banyak rekan-rekan yang sudah melapor sama Mas, kalau akun Mas diretas orang. Mas curiga itu Viona.jadi, kamu jangan sampai terkecoh jika ada pesan-pesan seperti itu, ya. Mas tidak akan mungkin tega meminta uang sama kamu dengan jalan seperti itu. Melihat kamu menjaga Alta sebaik ini saja, Mas sudah sangat berterima kasih." Ucapannya terdengar tulus dan tidak mengada-ada. Alhamdulillah, ternyata jawaban dari semua beban pikiranku sudah terjawab tuntas tanpa aku menanyakannya.Ternyata Mas Rafi benar juga, bahwa mimpi itu cerminan dari hati dan pikiran..Mobil kembali melaju pelan. Kulihat Alta sudah kembali akrab dengan Mas Rafi. Seakan-akan kejadian malam tadi tidak pernah terjadi. Atau mungkin dia bahagia karena sudah bertemu dengan ayahnya."Mas, tadi Mas Rafi ngomong apa saja sama Mas Ilham, kok jadi akrab?" Aku memberanikan diri untuk bertanya. Sebelum pulang tadi, kulihat Mas Rafi berbicara empat mata dengan Mas Ilham dan diakhiri dengan berjabat tangan dan... berpelukan. Ane

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part127

    Aku menceritakan semua apa yang kulihat dalam mimpi tersebut. Tentang semua kejadian yang erat sekali berkaitan dengan dirinya. Mas Rafi terlihat serius dalam mendengarkan ceritaku. Malu juga sebenarnya.tapi, karena Mas Rafi terus memaksa, akhirnya aku bersikap jujur saja. Lagipula, kami sudah sepakat akan terbuka satu sama lain seperti janji kami tempo hari. Mas Rafi tersenyum sambil meraih jemariku. Menggenggamnya dengan berusaha untuk menenangkan. "Itu artinya, kamu takut kehilangan Alta dan juga Mas. Iya, kan?" senyumnya semakin mengembang. Terlihat manis dan juga mendebarkan. Eh? Kenapa pipiku jadi panas?"Mas Rafi ge er, ya!" Aku berusaha mengelak dengan menepiskan genggamannya. Mencoba menyamarkan rasa gugup dan debaran di dada. "Biasanya mimpi itu cerminan dari hati, Nay. Saat hati kita bersih, maka mimpi baiklah yang kita lihat. Tapi saat hati kita kotor dan ketakutan, maka mimpi buruk lah yang akan datang. Bukankah hati itu seperti cermin?" Mas Rafi terlihat serius. Tak b

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part126

    Hari masih terlalu pagi, Ibu sudah menggedor-gedor pintu kamarku. Jantung ini rasanya mau copot saja, bertanya-tanya apa gerangan yang sedang terjadi di luar sana. Bergegas aku beranjak dari tempat tidur, dan segera membukakan pintu untuknya. "Nay, Nak Rafi sedang menunggu di bawah itu. Katanya mau mengajak kamu dan Alta ke pantai." Sejenak aku berpikir. Masih pagi begini, Mas Rafi datang dan tiba-tiba mengajak pergi. Ada apa gerangan. "Ouh, Iya, Buk. Sebentar lagi, Nay turun." Aku menghela nafas. Baru ingat pesan whatsapp yang dikirimkan Mas Rafi malam tadi. Aku hanya sempat membaca, belum ada niatan untuk membalas dan mengiyakan ajakannya. "Memangnya kalian sudah janjian mau kepantai?" terlihat wajah Ibu sedikit cemas.Mungkin merasa khawatir kalau aku tidak sedang baik-baik saja untuk saat ini. Apalagi dia belum menanyakan mimpi apa yang menghantuiku malam tadi. "Nay sendiri lupa, Buk. Mungkin Mas Rafi mau bayar janjinya kemarin sama Alta," terangku yang hanya menduga-duga sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status