Home / Romansa / From Your Eyes Only / 57 : Kemenangan sejati adalah keyakinan pada diri sendiri

Share

57 : Kemenangan sejati adalah keyakinan pada diri sendiri

Author: Netganno
last update Last Updated: 2025-09-22 07:31:06

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Dari pagi, Laras sudah tidak bisa tenang. Tangannya sibuk memasukan donat-donat ke kotaknya tapi pikirannya entah kemana. Berkali-kali ia melirik jam dinding, seolah jarumnya bergerak terlalu lambat.

“Liyo, kamu jangan balik ke kontrakan dulu ya setelah ngantar donat. Istirahat aja di sini, di sofa. Nanti kita lihat pengumumannya bareng-bareng,” kata Laras dengan suara berdebar.

Julio menatapnya lembut, lalu tersenyum tipis. “Tapi, Ra… mungkin kita nggak terpilih masuk finalis deh,” ucapnya lirih.

Laras langsung menghentikan gerakannya. “Kenapa? Kok kamu yang malah patah semangat sekarang?” tanyanya, sedikit heran.

Julio menggeleng pelan. “Bukan patah semangat, hanya… aku nggak mau terlalu berharap. Biasanya finalis sudah dapat email atau DM duluan, tapi sampai sekarang belum ada kabar apa-apa.”

“Eh, tapi kamu sudah tanya Ario? Kan kemarin kita daftarnya pakai akun dia. Mungkin kabarnya masuk ke situ. Atau jangan-jangan ini masih terlalu pagi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (23)
goodnovel comment avatar
Ovy Azza
waaahh selamat yaaa buat kalian, semoga dg adanya lomba ini kesempatan kalian terbuka lebar buat kembangkan usaha donatnya
goodnovel comment avatar
Wulan Ruslan
Wkwkw ngebayangin Ario pake sarung .........
goodnovel comment avatar
wieanton
kebayang saling pegang sambil pura2, jd keinget sticker di satu aplikasi ada yg kyk gitu ... bkn cm mereka yg hepi, para tetangga pun ikutan hepi, tanda doa2 tulus dr mereka menjadi pengantar ke pentas yg sebenarnya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • From Your Eyes Only    61: Usaha yang lahir dari hati, selalu menemukan jalan menuju kemenangan.

    Sorot lampu panggung berputar pelan, menciptakan suasana mencekam sekaligus megah. Auditorium Bogasari Baking Centre sore itu dipenuhi ratusan pasang mata yang menunggu dengan penuh antusias. Di layar LED raksasa terpampang tulisan besar:The Couple Apprentice 2025 - Grand Final Laras yang berdiri siap menunggu penjurian di dapur kaca transparan, tubuhnya mungil dalam balutan seragam putih chef yang sedikit kebesaran. Telapak tangannya dingin, ia berulang kali mengusapnya ke apron. Dari kursi di bagian depan panggung, Julio berdiri, jas biru gelapnya membuat posturnya tampak makin tegap. Sebelum mereka berpisah tadi, ia sempat berbisik lembut, “Ra, kamu sudah siap. Ingat, ini bukan hanya donat, ini kisahmu. Ceritakan saja seperti kamu biasanya ke aku.”Laras menatapnya singkat, matanya bergetar menahan gugup. “Aku takut suaraku nggak keluar.”Julio tersenyum menenangkan. “Kalau bergetar pun, tetap suaramu. Dan aku percaya semua orang akan mendengar ketulusanmu.”MC memberi aba-aba,

  • From Your Eyes Only   60 : Setiap mimpi besar dimulai dari satu langkah kecil

    Suasana Auditorium Bogasari Baking Centre siang itu begitu megah. Lampu kristal besar menggantung di langit-langit, memantulkan cahaya yang menari-nari di dinding berwarna putih bersih. Layar LED raksasa berdiri gagah di tengah panggung, menampilkan tulisan emas berkilau:THE COUPLE APPRENTICE 2025Huruf-huruf itu berpendar, disambut riuh tepuk tangan penonton. Beberapa wartawan menyiapkan kamera, dan para tamu undangan duduk rapi dengan wajah penuh antusiasme.Layar kemudian berganti, memperlihatkan wajah tiga finalis.Finalis pertama: Lisna dan Lisda, kakak beradik kembar dengan senyum identik. Mereka mengusung resep Zuppa Soup yang hangat dan elegan.Finalis kedua: Affan dan Tarida,pasangan suami-istri yang menampilkan kreasi unik Mie Ayam Rendang. Sebuah perpaduan tradisi dan inovasi.Dan akhirnya, layar menampilkan wajah Laras Prasetyo dan Julio Wicaksono. Keduanya berdiri dengan senyum menahan tegang. Di foto itu, Julio tampak gagah dengan jas lengkap berwarna hitam, sementara L

  • From Your Eyes Only   59 : Hidup suka menguji dengan ketakutan, hanya untuk menghadiahkan kejutan manis di ujungnya

    Julio berlari kecil melewati jalan setapak menuju rumah Laras. Tangannya penuh dengan kotak-kotak donat putih yang sudah tidak berisi donat, karena semua sudah habis terjual, ia sedikit kesulitan membuka pintu pagar yang berderit pelan. Nafasnya agak memburu, bukan hanya karena tergesa, tapi juga karena hatinya dipenuhi rasa cemas juga sekaligus harapan.Dari dalam rumah, Laras yang sejak tadi gelisah berlari keluar saat mendengar suara pagar berderit. Rambutnya yang diikat seadanya bergoyang, wajahnya penuh rasa penasaran bercampur degup yang tak menentu.“Gimana, Liyo? Kita… kita berhasil masuk final?” tanyanya buru-buru, matanya berbinar meski bibirnya bergetar takut.Julio menggeleng pelan sambil mengatur nafas. “Belum tahu, Ra. Ario masih belum pulang kerja, handphonenya ada di dia.”Laras terdiam sesaat. “Ario juga nggak ngabarin kamu?”“Sampai sekarang belum,” jawab Julio dengan suara lirih. Bahunya merosot sedikit, menunjukkan kekecawaan yang ia tahan. “Mungkin… kita mema

  • From Your Eyes Only   58 : Setiap langkah kecil  membawa kita lebih dekat pada mimpi, asal berani dijalani bersama harapan.

    Laras POVPagi itu udara dapur dipenuhi aroma adonan donat yang sedang aku uleni. Tepung Bogasari menempel di telapak tanganku, dan meskipun aku sudah biasa mengadon, hari ini ada yang berbeda, tangan ini bergetar, seolah-olah ada beban yang tak terlihat menekannya. Setiap kali aku memandang baskom besar di hadapanku, bayangan panggung final lomba The Couple Apprentice langsung menari-nari di pikiranku. Cahaya lampu, sorotan kamera, tatapan juri, ribuan pasang mata di layar I*******m dan YouTube. Membayangkannya saja membuat dadaku sesak.Aku menarik napas panjang, lalu membisikkan doa lirih. “Tuhan… kuatkan aku.” Namun doa itu terasa tenggelam oleh keraguan yang terus merambat seperti kabut di dalam diriku.Di sudut ruangan, Julio sibuk dengan laptopnya. Jemarinya menari cepat di atas keyboard, sesekali berhenti untuk menatap catatan kecil yang berserakan di meja. Dia terlihat begitu fokus, seolah seluruh dunia menghilang kecuali proposal bisnis yang sedang ia susun. Melihat kesungguh

  • From Your Eyes Only   57 : Kemenangan sejati adalah keyakinan pada diri sendiri

    Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Dari pagi, Laras sudah tidak bisa tenang. Tangannya sibuk memasukan donat-donat ke kotaknya tapi pikirannya entah kemana. Berkali-kali ia melirik jam dinding, seolah jarumnya bergerak terlalu lambat.“Liyo, kamu jangan balik ke kontrakan dulu ya setelah ngantar donat. Istirahat aja di sini, di sofa. Nanti kita lihat pengumumannya bareng-bareng,” kata Laras dengan suara berdebar.Julio menatapnya lembut, lalu tersenyum tipis. “Tapi, Ra… mungkin kita nggak terpilih masuk finalis deh,” ucapnya lirih.Laras langsung menghentikan gerakannya. “Kenapa? Kok kamu yang malah patah semangat sekarang?” tanyanya, sedikit heran.Julio menggeleng pelan. “Bukan patah semangat, hanya… aku nggak mau terlalu berharap. Biasanya finalis sudah dapat email atau DM duluan, tapi sampai sekarang belum ada kabar apa-apa.”“Eh, tapi kamu sudah tanya Ario? Kan kemarin kita daftarnya pakai akun dia. Mungkin kabarnya masuk ke situ. Atau jangan-jangan ini masih terlalu pagi

  • From Your Eyes Only   56 : Kamu tak akan tahu seberapa jauh bisa melangkah, kalau tidak pernah mulai berjalan.

    Ario menatap mereka semua dengan senyum penuh rahasia. Ia sengaja memperlama jawaban, hanya untuk membuat Julio, Laras, dan Riris semakin penasaran.Riris, yang sifatnya memang kurang sabar, akhirnya menyela “ Kalau punya ide langsung aja bilang, Jangan sok berahasia lagi. Ayo dong, apa idemu agar Laras dan Julio bisa mendapat modal usaha. Jangan bilang dengan pinjol ya? Kalau itu aku tidak setuju karena itu bukan buat nambah modal malah bisa bikin bangkrut."Ario terkekeh. “Tenang aja, ini bukan pinjol. Ini beneran, dan kalau berhasil, bukan cuma modal yang kita dapat, tapi donat Laras juga bisa viral.” Ia lalu menyodorkan handphonenya ke Julio.“Coba baca, Liyo. Ini kesempatan bagus buat kalian.”Julio pun membaca tulisan di layar itu, matanya membesar. “The Couple Apprentice untuk UMKM… disponsori oleh Bogasari.”Laras mengerutkan dahi. “The Couple Apprentice? Lomba apa itu?”Julio menjelaskan dengan mata berbinar, jelas sekali terlihat dia sangat antusias. “Ini reality show,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status