Hatiku sungguh menghangat saat menulis bab ini, serasa aku mencurahkan seluruh ideku untuk nama Labayo, untuk presentasi Julio tentang warung keliling yang menjual donat dan kopi. Mungkin itu bisa jadi ide usaha juga ya. hehehe. Semoga bab ini bisa menjadi inspirasi bagi teman2 jelita semuanya. Membuat hari kita menjadi lebih semangat dan pantang menyerah karena ingatlah, kerja keras tidak akan menghianti hasil. Salam bahagia dan sehat untuk kita semua - Ci Net-
Sorot lampu panggung berputar pelan, menciptakan suasana mencekam sekaligus megah. Auditorium Bogasari Baking Centre sore itu dipenuhi ratusan pasang mata yang menunggu dengan penuh antusias. Di layar LED raksasa terpampang tulisan besar:The Couple Apprentice 2025 - Grand Final Laras yang berdiri siap menunggu penjurian di dapur kaca transparan, tubuhnya mungil dalam balutan seragam putih chef yang sedikit kebesaran. Telapak tangannya dingin, ia berulang kali mengusapnya ke apron. Dari kursi di bagian depan panggung, Julio berdiri, jas biru gelapnya membuat posturnya tampak makin tegap. Sebelum mereka berpisah tadi, ia sempat berbisik lembut, “Ra, kamu sudah siap. Ingat, ini bukan hanya donat, ini kisahmu. Ceritakan saja seperti kamu biasanya ke aku.”Laras menatapnya singkat, matanya bergetar menahan gugup. “Aku takut suaraku nggak keluar.”Julio tersenyum menenangkan. “Kalau bergetar pun, tetap suaramu. Dan aku percaya semua orang akan mendengar ketulusanmu.”MC memberi aba-aba,
Suasana Auditorium Bogasari Baking Centre siang itu begitu megah. Lampu kristal besar menggantung di langit-langit, memantulkan cahaya yang menari-nari di dinding berwarna putih bersih. Layar LED raksasa berdiri gagah di tengah panggung, menampilkan tulisan emas berkilau:THE COUPLE APPRENTICE 2025Huruf-huruf itu berpendar, disambut riuh tepuk tangan penonton. Beberapa wartawan menyiapkan kamera, dan para tamu undangan duduk rapi dengan wajah penuh antusiasme.Layar kemudian berganti, memperlihatkan wajah tiga finalis.Finalis pertama: Lisna dan Lisda, kakak beradik kembar dengan senyum identik. Mereka mengusung resep Zuppa Soup yang hangat dan elegan.Finalis kedua: Affan dan Tarida,pasangan suami-istri yang menampilkan kreasi unik Mie Ayam Rendang. Sebuah perpaduan tradisi dan inovasi.Dan akhirnya, layar menampilkan wajah Laras Prasetyo dan Julio Wicaksono. Keduanya berdiri dengan senyum menahan tegang. Di foto itu, Julio tampak gagah dengan jas lengkap berwarna hitam, sementara L
Julio berlari kecil melewati jalan setapak menuju rumah Laras. Tangannya penuh dengan kotak-kotak donat putih yang sudah tidak berisi donat, karena semua sudah habis terjual, ia sedikit kesulitan membuka pintu pagar yang berderit pelan. Nafasnya agak memburu, bukan hanya karena tergesa, tapi juga karena hatinya dipenuhi rasa cemas juga sekaligus harapan.Dari dalam rumah, Laras yang sejak tadi gelisah berlari keluar saat mendengar suara pagar berderit. Rambutnya yang diikat seadanya bergoyang, wajahnya penuh rasa penasaran bercampur degup yang tak menentu.“Gimana, Liyo? Kita… kita berhasil masuk final?” tanyanya buru-buru, matanya berbinar meski bibirnya bergetar takut.Julio menggeleng pelan sambil mengatur nafas. “Belum tahu, Ra. Ario masih belum pulang kerja, handphonenya ada di dia.”Laras terdiam sesaat. “Ario juga nggak ngabarin kamu?”“Sampai sekarang belum,” jawab Julio dengan suara lirih. Bahunya merosot sedikit, menunjukkan kekecawaan yang ia tahan. “Mungkin… kita mema
Laras POVPagi itu udara dapur dipenuhi aroma adonan donat yang sedang aku uleni. Tepung Bogasari menempel di telapak tanganku, dan meskipun aku sudah biasa mengadon, hari ini ada yang berbeda, tangan ini bergetar, seolah-olah ada beban yang tak terlihat menekannya. Setiap kali aku memandang baskom besar di hadapanku, bayangan panggung final lomba The Couple Apprentice langsung menari-nari di pikiranku. Cahaya lampu, sorotan kamera, tatapan juri, ribuan pasang mata di layar I*******m dan YouTube. Membayangkannya saja membuat dadaku sesak.Aku menarik napas panjang, lalu membisikkan doa lirih. “Tuhan… kuatkan aku.” Namun doa itu terasa tenggelam oleh keraguan yang terus merambat seperti kabut di dalam diriku.Di sudut ruangan, Julio sibuk dengan laptopnya. Jemarinya menari cepat di atas keyboard, sesekali berhenti untuk menatap catatan kecil yang berserakan di meja. Dia terlihat begitu fokus, seolah seluruh dunia menghilang kecuali proposal bisnis yang sedang ia susun. Melihat kesungguh
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Dari pagi, Laras sudah tidak bisa tenang. Tangannya sibuk memasukan donat-donat ke kotaknya tapi pikirannya entah kemana. Berkali-kali ia melirik jam dinding, seolah jarumnya bergerak terlalu lambat.“Liyo, kamu jangan balik ke kontrakan dulu ya setelah ngantar donat. Istirahat aja di sini, di sofa. Nanti kita lihat pengumumannya bareng-bareng,” kata Laras dengan suara berdebar.Julio menatapnya lembut, lalu tersenyum tipis. “Tapi, Ra… mungkin kita nggak terpilih masuk finalis deh,” ucapnya lirih.Laras langsung menghentikan gerakannya. “Kenapa? Kok kamu yang malah patah semangat sekarang?” tanyanya, sedikit heran.Julio menggeleng pelan. “Bukan patah semangat, hanya… aku nggak mau terlalu berharap. Biasanya finalis sudah dapat email atau DM duluan, tapi sampai sekarang belum ada kabar apa-apa.”“Eh, tapi kamu sudah tanya Ario? Kan kemarin kita daftarnya pakai akun dia. Mungkin kabarnya masuk ke situ. Atau jangan-jangan ini masih terlalu pagi
Ario menatap mereka semua dengan senyum penuh rahasia. Ia sengaja memperlama jawaban, hanya untuk membuat Julio, Laras, dan Riris semakin penasaran.Riris, yang sifatnya memang kurang sabar, akhirnya menyela “ Kalau punya ide langsung aja bilang, Jangan sok berahasia lagi. Ayo dong, apa idemu agar Laras dan Julio bisa mendapat modal usaha. Jangan bilang dengan pinjol ya? Kalau itu aku tidak setuju karena itu bukan buat nambah modal malah bisa bikin bangkrut."Ario terkekeh. “Tenang aja, ini bukan pinjol. Ini beneran, dan kalau berhasil, bukan cuma modal yang kita dapat, tapi donat Laras juga bisa viral.” Ia lalu menyodorkan handphonenya ke Julio.“Coba baca, Liyo. Ini kesempatan bagus buat kalian.”Julio pun membaca tulisan di layar itu, matanya membesar. “The Couple Apprentice untuk UMKM… disponsori oleh Bogasari.”Laras mengerutkan dahi. “The Couple Apprentice? Lomba apa itu?”Julio menjelaskan dengan mata berbinar, jelas sekali terlihat dia sangat antusias. “Ini reality show,