Share

Bab 2. Alasan Mas Indra

Author: Hana Sofia
last update Last Updated: 2023-09-11 08:54:43

"Tunggu dulu!!" Aku tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan segera beranjak menuju lemari rak piring.

Aku berjongkok untuk mengambil dua wadah bekal makan yang kusimpan rapi di bagian paling bawah lemari rak piring.

Kenapa aku harus menyembunyikan bekal kedua anakku? Karena aku sengaja menyembunyikan lauk ayam goreng yang ku masak pagi ini agar Mas Indra tidak ikut menyentuhnya.

Suamiku itu sudah dewasa dan bisa mencari nafkah sendiri dan aku yakin tabungannya sekarang sudah menggembung. Jadi tak apalah kalau aku membuat dia mengeluarkan sedikit uangnya untuk biaya makannya sendiri.

Sedangkan anak-anakku, mereka masih kecil-kecil, baru kelas 1 SD. Mereka masih membutuhkan banyak asupan gizi dan protein untuk tumbuh besar. Tak mungkin aku memberi mereka makan hanya nasi, kecap, dan kerupuk, atau ikan asin setiap hari.

Tak masalah jika ukuran potongan ayamnya kecil-kecil, yang penting mereka mendapatkan asupan gizi yang cukup dan memadai. Itupun aku mengalah tak ikut mengambil lauk ayam agar kedua anakku cukup makan lauk ayam waktu pagi, siang, dan sore.

"Ini bekal untuk kalian makan siang nanti di sekolah. Jangan lupa cuci tangan dan berdoa sebelum makan!" ucapku seraya memasukkan kedua wadah bekal yang sama persis bentuknya tapi hanya beda di warna saja ke dalam tas mereka masing-masing.

Wadah bekal warna merah muda ke dalam tas Keyla, sedang wadah bekal warna kuning ke dalam tas Keyra.

Mereka lalu bergantian mencium punggung tanganku dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Aku mengantarkan mereka sampai ke depan gerbang rumah.

Beruntung, jarak sekolah dan rumah tidak terlalu jauh. Jadi mereka cukup berjalan kaki saja. Memang sih kadang-kadang mereka merajuk ingin diantarkan dengan sepeda motor seperti kawan-kawannya yang rumahnya sedikit jauh. Jadilah aku sesekali mengantarkan mereka dengan sepeda motor supra bututku.

Jangan harap Mas Indra mau memberikan tumpangan si kembar ke sekolah. Rasa-rasanya selama Mas Indra membeli sepeda motor berukuran besar itu, belum pernah aku atau kedua anaknya ikut merasakan membonceng di belakangnya.

Aku kembali ke dalam setelah memastikan anak-anak masuk ke dalam lingkungan pagar sekolah. Jarak gerbang sekolah si kembar dan gerbang rumahku hanya sekitar lima ratus meter. Jadi aku masih bisa memastikan mereka benar-benar masuk ke area sekolah tanpa harus mengantar sampai ke depannya.

Setelah ada di dalam, aku malah menjadi bingung hendak melakukan apa karena semua pekerjaan rumah sudah aku bereskan sejak sebelum subuh berkumandang.

"Huft, berkebun sajalah daripada suntuk." Aku memilih mengambil sekop dan bibit tanaman sayuran yang kubeli di pasar tempo hari. Aku harus lebih produktif lagi agar bisa menekan biaya pengeluaran bulanan.

Jika aku bisa membudidayakan tanaman sayuran sendiri di pekarangan rumahku, itu artinya aku tak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk membeli kebutuhan sayur mayur dan bisa menghemat uang belanja.

Aku hanya harus memikirkan beras, lauk pauk, dan bumbu-bumbu lainnya.

Entah kenapa tiba-tiba aku merasa sedih saat sedang menyirami bibit yang baru saja ku semai. Bayangan kejadian tiga bulan yang lalu melintas begitu saja di kepalaku.

Hari itu adalah hari gajian di tempat kerja suamiku.

Mas Indra pulang ke rumah tepat sebelum maghrib menjelang. Setelah selesai mandi dan makan malam, ia mengajakku untuk duduk di sofa ruang keluarga yang ada televisi besarnya.

"May, kesini dulu! Mas mau ngomong penting."

Aku yang baru saja selesai merapikan piring bekas makan malam menurut saja saat Mas Indra menuntunku dan mendudukanku di sofa empuk.

"Ada apa, Mas? Kok kayaknya serius banget?" tanyaku kaget. Biasanya laki-laki yang bergelar suamiku itu selalu blak-blakan dan tak pernah berbasa-basi untuk memulai sebuah percakapan.

Deg…

Aku jadi ikutan tegang menunggu apa yang ingin dibahasnya malam ini. Bahkan beberapa pikiran jelek sempat menghampiriku. Apa jangan-jangan dia mau meminta izin poligami? Ah tidak, tidak, itu tidak mungkin!

Hey Maya, tenangkan pikirmu! Aku sontak mengerjapkan mata berkali-kali agar kembali fokus.

"Kamu pengen punya mobil gak?" tanya Mas Indra memulai percakapan dan aku menanggapinya dengan mengangguk senang, "Kamu pengen punya rumah bertingkat juga kan?" tanyanya kemudian. Dan lagi-lagi aku mengangguk dengan mata penuh binar bahagia.

Aku terlalu bersemangat mendapat pertanyaan itu dari Mas Indra. Bayangan akan hidup kaya dan mapan melintas di depan mata. Sontak aku langsung menatapnya dengan tatapan penuh curiga. Apakah suamiku habis dapat hadiah bonus ratusan juta rupiah? Atau jangan-jangan dia menang judi lotere?

"Tapi dari mana uangnya, Mas? Apa tabungan kita sudah cukup dan mampu untuk membeli mobil serta membangun lantai atas?" akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya menyelidik.

Selama ini, keuangan utama keluarga dipegang oleh Mas Indra sebagai kepala keluarga. Aku sebagai ibu rumah tangga hanya diberikan jatah bulanan sebesar enam juta rupiah untuk dikelola dan dicukupkan sampai gajian bulan depannya lagi. Sisanya, Mas Indra simpan di bank untuk bekal hari tua kami nanti.

Aku juga tidak pernah tahu berapa jumlah gaji dan jumlah tabungan yang Mas Indra miliki. Aku harus berpuas diri dengan jatah bulanan dari suamiku. Cukup gak cukup, aku harus bisa mengelolanya dengan baik dan benar agar tak kekurangan.

"Kita coba hidup berhemat yuk, May! Sekarang kan lagi marak tuh gaya hidup frugal living. Jadi gak ada salahnya kalau kita mencoba." Ia lalu mengutak-atik gawainya sebelum menunjukkan padaku sebuah artikel yang terkait dengan hidup irit ala frugal living.

Aku menscroll dan membaca artikel tersebut pelan-pelan untuk memahami inti dan makna dari frugal living itu sendiri.

Sekilas memang bagus sih, tapi apakah aku mampu menjalani gaya hidup serba mepet tersebut mengingat aku mempunyai dua putri kembar yang sedang dalam masa pertumbuhan dan memerlukan banyak biaya hidup.

"Teman Mas malah ada yang sudah sukses terapkan gaya hidup itu, May. Dia sudah punya mobil, juga rumah di kawasan perumahan elit ibu kota. Apa kamu gak pengen juga kaya gitu?" Kembali suara Mas Indra terdengar meyakinkanku. Ia bahkan sampai menggenggam telapak tanganku untuk membujukku.

Aku diam saja karena merasa sedikit ragu.

"Kalau kamu gak percaya, kamu bisa lihat akun youtubenya Mona Ratuliar, dia teman yang mas bicarain tadi. Dia sudah punya segalanya padahal usianya masih muda." Mas Indra terlihat bersemangat sekali meyakinkanku.

Entahlah aku masih tak yakin.

Selama ini aku biasanya hanya bisa menyisihkan beberapa ratus ribu rupiah saja dari sisa uang enam juta rupiah pemberiannya. Itupun karena aku mengalah untuk tidak membeli skincare yang biasa kupakai. 

Aku pandai merawat wajah dengan skincare alami dari buah-buahan, lidah buaya, telur, madu, dan bahan alami lainnya yang tersedia di dapur. Jadi tak perlu lagi membeli skincare yang harganya bisa dipakai untuk membeli dua karung beras.

"May…" Desaknya lagi sambil meremas jemariku yang masih bertaut dengan jemarinya. Aku dibuatnya gelagapan setelah kesadaranku kembali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 84. Siapakah 'Sayang'?

    POV Indra Laksmana."Apa-apaan? Kamu yang apa-apaan? Memangnya kamu itu siapa disini? Tuan putri? Harusnya kamu itu sadar diri, kamu itu disini menumpang. Bantuin ibu, kek, ini malah enak-enakan rebahan, main hape, tertawa cekikikan."Segala kekesalan ku luapkan semuanya pada Mona. Dia hanya menunduk dan mulai mengeluarkan jurus air matanya. "Maafin, Mona… tadi Mona kelelahan, jadi rebahan sebentar.""Lelah ngapain, Kamu? Lelah mainan hape?" Ku lontarkan sindiran tajam. Menurut pengakuan ibu, Mona tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah sama sekali. Jadi lelah apanya? Mona sedikit gelagapan. Ia langsung menyembunyikan hp nya ke bawah bantal dan mulai mengalihkan perhatianku."Hm, Mas Indra jangan marah-marah lagi, ya! Ngomong-ngomong tumben Mas Indra masuk ke kamar Mona, apa Mas Indra sudah gak marah dan menginginkan Mona?" rayu Mona.Kalau dipikir-pikir, iya juga sih… semenjak kita menikah, kita langsung pisah kamar karena aku merasa jijik dengan Mona yang hanya memanfaatkanku saja.

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 83. Kecewa

    POV Indra Laksmana.Hari ini, tumpukan masalah mulai menggunung di pundakku. Kesel, capek, lelah, dan kecewa bercampur aduk jadi satu.Rasanya, kejadian tadi siang di kantor terus saja membayangi pikiranku."Pak Indra, disuruh menghadap ke Pak Angga! Beliau saat ini berada di ruangan manager marketing." Sekretaris pribadi Angga memberitahukan pesan dari atasannya lewat sambungan line telepon kantor."Baik!!" Jawabku dengan semangat empat lima. Memang selama ini posisi manager marketing yang dulunya diduduki oleh Pak Doni kosong semenjak pemilik kursi sebelumnya digelandang oleh polisi karena terlibat menyembunyikan kasus pembunuhan berencana serta kasus penggelapan uang kantor.Entah apa kasusnya, yang jelas posisi Pak Doni sekarang menjadi kosong dan aku mengincar jabatan itu. Aku menginginkan naik ke puncak yang lebih tinggi. Dan saat ini, aku lah kandidat terkuat yang bisa menaiki tangga kesuksesan itu.Bahagia bukan main rasanya. Aku yakin Pak Angga pasti ingin berdiskusi dengank

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 82. Mati Kutu

    POV Author.Bagas dan Soni lolos tes interview dan langsung diterima bekerja di perusahaan saat itu juga. Mulai besok, mereka resmi menyandang status sebagai karyawan di perusahaan Maya. Tak main-main, Maya langsung memberikan posisi jabatan yang tinggi untuk keduanya."Mbak, eh… B-bu Maya, apa ini tidak berlebihan?" Bagas merasa gugup sekaligus heran saat Maya menyebutkan posisi jabatan yang akan dirinya emban nanti.Wanita cantik yang telah bersemayam di hati Bagas sejak ia masih berstatus sebagai istri orang itu menggeleng lemah, "Gak kok, Gas. Mbak serius. Mbak tahu kamu pasti mampu melewati challenge ini.""Ta-tapi, Mbak…""Tolong terima dan lakukan yang terbaik! Izinkan putri Om ini untuk mengangkat derajat keluarga kalian. Ini adalah bentuk balas budiku karena kalian selama ini sangat baik kepada anak dan cucu-cucu Om." Sela Hadi dengan tegas memotong ucapan Bagas. Mendapati perkataan menyanjung dari papanya Maya, Bagas hanya bisa pasrah dan menerima kesempatan emas yang Hadi

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 81. Yang Punya Kawasan

    POV Author. Sesuai dengan instruksi dari Maya, pagi ini Bagas dan Soni berangkat bersama untuk tes interview di perusahaan orang tua Maya dengan berboncengan mengendarai sepeda motor. Begitu tiba di lokasi, Bagas langsung mengirimkan pesan singkat kepada Maya, mengabarkan jika mereka sudah sampai di perusahaan. Alih-alih dipersilahkan masuk, Bagas dan Soni malah diinterogasi oleh satpam yang bertugas di gerbang depan. "Hee, bukannya kalian ini tetangga sebelah rumah abangku, ya?" Irfan yang kebetulan sedang bertugas menjaga gerbang depan langsung sksd, sok kenal sok dekat. Ha he ha he, kami berdua ini punya nama! Begitu gerutu Soni dalam hati. "Hee, bener, kan kalian memang tetangga abangku? Bang Indra namanya." Ulang Irfan saat tak mendapatkan respon dari Bagas dan Soni. Bukannya mereka berdua tak mau merespon, tapi mereka berdua memang tak terlalu mengenali Irfan. Mereka berdua baru sadar setelah Irfan menyebutkan nama Indra, sebagai abangnya. "Iya, bener, Mas. Rumah kami m

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 80. ABG tua

    "Waalaikumsalam," aku dan Mbak Titin langsung kedepan untuk melihat si tamu. Ternyata oh ternyata, suara itu bukan suara yang berasal dari tamu. Suara itu merupakan suara Bagas, adik Mbak Titin, ia baru saja pulang bekerja. "Eh, ada tamu." Ucap Bagas malu-malu sambil menyalamiku. "Sudah lama, Mbak?" tanyanya kemudian. "Lumayan, Gas, dari siang tadi." Gak terasa ternyata waktu sudah menunjukkan sore, tanda sebentar lagi burung-burung pulang ke peraduannya. Begitupun dengan manusia, mereka mulai pulang ke rumah setelah lelah bekerja seharian di luar. Bagas tersenyum dan salah tingkah sendiri. Aduh, kenapa ini si Bagas kok malah jadi salah tingkah begini? "Baru pulang kerja, Gas?" Tanyaku untuk mengurai kecanggungan yang ada. Dia hanya mengangguk dan tersenyum malu-malu lagi. Ih, kenapa sih ni bocah? Ayolah, Gas. Baru berapa lama gak ketemu kok kamu udah lain banget. Dimana Bagas yang dulu tegas, pemberani, dan penuh wibawa? Kenapa berubah jadi Bagas yang kalem dan malu-malu begini

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 79. Resep Warisan

    "Eh, ada bu boss datang!!" Sapa Mbak Titin ramah saat aku bertandang ke rumahnya. Ia terlihat sangat antusias dengan kedatanganku yang tiba-tiba dan tanpa kabar sebelumnya. Entah kenapa rasanya aku kangen sekali dengan lingkungan tempat tinggal lamaku ini. Aku langsung memeluk wanita yang dulu seringkali membantuku kala aku sedang dilanda kesusahan. "Apa kabarnya, Mbak?" Wanita itu mengangguk dan tersenyum bahagia seraya berkata, "Kabar kami baik, May." Ia lalu menoleh ke arah pintu rumahnya, "Lika… ada Keyla sama Keyra, nih." Teriak Mbak Titin memanggil anak gadisnya yang seumuran dengan si kembar. Tak butuh waktu lama, Lika, anaknya Mbak Titin langsung berlari keluar dengan senyum mengembang. "Keyla, Keyra… main bareng, yuk!!" Seru Lika kegirangan karena sudah beberapa bulan ini mereka tak berjumpa. Semenjak diboyong ke rumah Papa Hadi, si kembar praktis ikut pindah sekolah yang lebih dekat dengan kediaman Papa Hadi. Oleh sebab itu pertemanan mereka sempat terputus karena jarak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status