Share

Bab 3. Ancaman Mendekat

Author: Hana Sofia
last update Last Updated: 2023-09-11 08:55:27

"May…" Desaknya lagi sambil meremas jemariku yang masih bertaut dengan jemarinya. Aku dibuatnya gelagapan setelah kesadaranku kembali.

Ia tak memberikan aku waktu untuk berpikir dengan jernih.

"Gimana? Hhmm? Kita coba ya?!" Mas Indra memiringkan wajahnya dan menatap lekat manik mataku untuk meminta persetujuan. Genggaman tangannya semakin mengakar di telapak tanganku.

Dipenuhi oleh kabut hawa n4fsu ingin merasakan hidup kaya dan mapan, tanpa sadar aku menganggukan kepala secara samar dan menyetujui ide Mas Indra untuk menerapkan tren hidup ala frugal living yang sedang marak terjadi di ibu kota besar.

"Nah gitu dong." ucap Mas Indra sambil mengelus lembut pucuk kepalaku. Ia lalu mengeluarkan amplop coklat dari balik saku bajunya dan mulai menghitung dua puluh lima lembar uang pecahan seratus ribuan dan menyerahkannya padaku.

Mataku mendelik tak percaya saat melihat ia menyimpan kembali sisa uang ke dalam kantong bajunya setelah memberikan jatah bulanan padaku.

"Yang bener saja, Mas?! Masa iya uang bulananku dipangkas tiga setengah juta sendiri?" protesku tak terima. Mas Indra memangkas terlalu banyak jatah bulanan untukku, lebih dari separuhnya malah.

"Katanya pengen cepet kaya? Ya kita harus coba cara ini kalau mau tabungan kita cepat banyak." elaknya.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang sebelum akhirnya menerima tumpukan uang lembaran merah. Aku berharap ikhtiar yang kujalani nanti akan membawakan kesuksesan dan kekayaannya pada keluarga kecil kami sesuai dengan planning Mas Indra.

***

"May, besok minggu si Irfan mau nginep di rumah kita satu minggu katanya. Kamu urusin adikku ya." Mataku mendelik tak percaya. Masalah baru apalagi ini?

Apa gak salah Mas Indra menyuruhku untuk mengurusi adiknya? Si Irfan ini kan sudah 22 tahun, bukan anak SD lagi. Kenapa aku harus mengurusinya? Ada-ada saja Mas Indra ini.

Dan lagian, sejak dulu aku tidak suka dengan adik iparku itu. Dia sudah besar tapi gak mau kerja, sudah begitu maunya jajan dan makan enak setiap hari. Duh, ancaman bagi dompetku sudah mengintip di depan mata.

"Tumben lama amat, Mas nginepnya?" tanyaku penasaran. Biasanya si Irfan ini hanya betah menginap barang sehari atau dua hari saja di rumah. Tak lain karena ia malas mendengar ocehanku yang selalu menyuruhnya ini dan itu.

"Ibu sama Bapak lagi ada kondangan saudara di luar kota. Si Irfan gak mau di rumah sendirian, takut gak keurus nanti." Jawab Mas Indra datar dan langsung membuat mimik mukaku berubah kesal.

Apa-apaan ini, cowok kok melempem kaya gitu. Sudah besar harusnya bisa mandiri, bukan malah bergantung kepada orangtua terus-terusan. Kalau mereka pergi jauh begini jadi repot sendiri dan malah nyusahin orang lain kan?

Baru juga ditinggal pergi seminggu, bagaimana kalo seumpama amit-amit bapak dan ibu mertuaku pergi selama-lamanya, apa dia gak kelabakan dan bakalan menjadi benalu yang menempel pada keluargaku terus menerus?

Mengetahui kegelisahanku, Mas Indra segera menoleh dan tersenyum kepadaku. "Tolong jangan marahi dia! Kamu itu harus akur sama ipar. Walaupun begitu juga kan dia adikku, kita itu lahir dari rahim yang sama. Jadi sudah seharusnya kamu menghormatinya juga." pesan Mas Indra menasehatiku.

Dalam hatiku aku berkata, tergantung adik modelan seperti apa yang harus dihormati, Mas. Kalau kaya modelan si Irfan sih, aku ogah banget! Toh dia juga gak pernah menghormati aku sebagai kakak iparnya kok.

"Terserah, Mas Indra saja lah." Kujawab dengan ketus, sudah malas rasanya ribut sama Mas Indra, "Yang penting uang belanja ditambahin! Mas tahu kan kalo adikmu itu lidahnya lidah sultan! Pengen makanannya yang enak-enak dan mahal-mahal." Sengaja kusindir kelakuan adiknya yang tak tahu diri itu. Setiap datang bertamu bukannya membawa buah tangan tapi malah seperti merampok meminta ini dan itu.

Ia menggaruk pelipisnya yang tak gatal lalu mengambil dompet dari saku belakang celananya dan mengangsurkan dua lembar uang kertas warna merah padaku.

Hah, dua ratus ribu? Cukup apa dua ratus ribu untuk seminggu? Apa dia gak tahu kalo adiknya itu suka request makanan yang harganya gak masuk akal.

"Kenapa malah ngelamun? Kalo gak mau, Mas simpan lagi nih uangnya." Ucap Mas Indra seraya menarik kembali tangannya yang masih mengudara memegang dua lembar uang pecahan seratus ribuan.

"Eeitts, jangan, Mas!!" Aku langsung menarik tangannya dan merebut uang dua ratus ribu rupiah dari tangannya sebelum ia berubah pikiran kembali.

Tak apalah dua ratus ribu rupiah, itu sudah cukup untuk menyambung hidup sampai awal bulan nanti. Masalah Irfan, lihat saja akan aku kasih dia pelajaran nanti.

Anak manja itu pasti akan kapok menginap di sini lagi.

"Aku tadi mau bikin mie rebus kok gak ada stock mie sama telur, May?" tanya Mas Indra. 

Memang tadi ku lihat ia celingukan mencari keberadaan duo bahan penyelamat saat perut dilanda kelaparan pas tengah malam seperti ini. Tapi setelah melihatku ia malah menyampaikan kabar Irfan yang akan menginap.

"Stock nya sudah habis, Mas. Maya belum belanja lagi. Kan uangnya baru dikasih sama Mas barusan." 

Mas Indra langsung melengos kembali ke kamar. Kasian juga sebenarnya, tapi biar sajalah. Dia juga sudah bikin aku sama anak-anak hidup sulit kok.

Aku terkikik geli melihat punggung Mas Indra yang terlihat letoy. Mungkin dia sudah menahan lapar sejak tadi tapi tak menemukan makanan apapun di dapur. Padahal sore tadi dia sudah makan malam walaupun dengan lauk ala kadarnya.

Jangan salahkan aku kalau menu makanan di rumah kurang enak. Salahkan uang belanjamu yang kurang.

Jangan cuma memerintah untuk hidup irit dan hemat, tapi perut tidak mau ikut prihatin.

Ku buka lemari rak piring paling bawah dan seketika senyum lebar terkembang saat melihat deretan telur yang tersusun rapi di baki telur. Disampingnya berjejer bahan sembako lainnya seperti gula, teh, kopi, mie, dan lain-lainnya.

Biar saja aku menjadi orang jahat dengan menyembunyikan bahan makanan di tempat yang bahkan suamiku saja tak pernah menyentuhnya sama sekali. Aku hanya memikirkan kebutuhan si kecil yang harus terpenuhi.

Pasalnya setiap aku kekurangan uanh dan meminta uang tambahan, ia akan merepet kesana kemari dan menyalahkan aku karena tak pandai mengelola keuangan. Tapi lain halnya jika itu berhubungan dengan Irfan, dia akan sangat mudah mengeluarkan isi dompetnya. Uang dua ratus ribu yang masih dalam genggaman tanganku ini adalah contoh nyatanya.

"Kalian diem baik-baik disini ya!!" bisikku pelan dan langsung menutup lemari piring. 

Mulai saat ini lemari piring ini adalah gudang penyimpananku. Insya Allah aman, karena Mas Indra tidak pernah mau berada di dapur lama-lama.

Aku segera melangkah ke kamar si kembar yang sudah tertidur pulas untuk mematikan lampu kamar mereka. Lalu menyusul tidur di kamarku bersama Mas Indra. 

Besok pagi-pagi sekali aku harus ke pasar untuk belanja demi menyambut adik ipar tersayang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 84. Siapakah 'Sayang'?

    POV Indra Laksmana."Apa-apaan? Kamu yang apa-apaan? Memangnya kamu itu siapa disini? Tuan putri? Harusnya kamu itu sadar diri, kamu itu disini menumpang. Bantuin ibu, kek, ini malah enak-enakan rebahan, main hape, tertawa cekikikan."Segala kekesalan ku luapkan semuanya pada Mona. Dia hanya menunduk dan mulai mengeluarkan jurus air matanya. "Maafin, Mona… tadi Mona kelelahan, jadi rebahan sebentar.""Lelah ngapain, Kamu? Lelah mainan hape?" Ku lontarkan sindiran tajam. Menurut pengakuan ibu, Mona tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah sama sekali. Jadi lelah apanya? Mona sedikit gelagapan. Ia langsung menyembunyikan hp nya ke bawah bantal dan mulai mengalihkan perhatianku."Hm, Mas Indra jangan marah-marah lagi, ya! Ngomong-ngomong tumben Mas Indra masuk ke kamar Mona, apa Mas Indra sudah gak marah dan menginginkan Mona?" rayu Mona.Kalau dipikir-pikir, iya juga sih… semenjak kita menikah, kita langsung pisah kamar karena aku merasa jijik dengan Mona yang hanya memanfaatkanku saja.

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 83. Kecewa

    POV Indra Laksmana.Hari ini, tumpukan masalah mulai menggunung di pundakku. Kesel, capek, lelah, dan kecewa bercampur aduk jadi satu.Rasanya, kejadian tadi siang di kantor terus saja membayangi pikiranku."Pak Indra, disuruh menghadap ke Pak Angga! Beliau saat ini berada di ruangan manager marketing." Sekretaris pribadi Angga memberitahukan pesan dari atasannya lewat sambungan line telepon kantor."Baik!!" Jawabku dengan semangat empat lima. Memang selama ini posisi manager marketing yang dulunya diduduki oleh Pak Doni kosong semenjak pemilik kursi sebelumnya digelandang oleh polisi karena terlibat menyembunyikan kasus pembunuhan berencana serta kasus penggelapan uang kantor.Entah apa kasusnya, yang jelas posisi Pak Doni sekarang menjadi kosong dan aku mengincar jabatan itu. Aku menginginkan naik ke puncak yang lebih tinggi. Dan saat ini, aku lah kandidat terkuat yang bisa menaiki tangga kesuksesan itu.Bahagia bukan main rasanya. Aku yakin Pak Angga pasti ingin berdiskusi dengank

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 82. Mati Kutu

    POV Author.Bagas dan Soni lolos tes interview dan langsung diterima bekerja di perusahaan saat itu juga. Mulai besok, mereka resmi menyandang status sebagai karyawan di perusahaan Maya. Tak main-main, Maya langsung memberikan posisi jabatan yang tinggi untuk keduanya."Mbak, eh… B-bu Maya, apa ini tidak berlebihan?" Bagas merasa gugup sekaligus heran saat Maya menyebutkan posisi jabatan yang akan dirinya emban nanti.Wanita cantik yang telah bersemayam di hati Bagas sejak ia masih berstatus sebagai istri orang itu menggeleng lemah, "Gak kok, Gas. Mbak serius. Mbak tahu kamu pasti mampu melewati challenge ini.""Ta-tapi, Mbak…""Tolong terima dan lakukan yang terbaik! Izinkan putri Om ini untuk mengangkat derajat keluarga kalian. Ini adalah bentuk balas budiku karena kalian selama ini sangat baik kepada anak dan cucu-cucu Om." Sela Hadi dengan tegas memotong ucapan Bagas. Mendapati perkataan menyanjung dari papanya Maya, Bagas hanya bisa pasrah dan menerima kesempatan emas yang Hadi

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 81. Yang Punya Kawasan

    POV Author. Sesuai dengan instruksi dari Maya, pagi ini Bagas dan Soni berangkat bersama untuk tes interview di perusahaan orang tua Maya dengan berboncengan mengendarai sepeda motor. Begitu tiba di lokasi, Bagas langsung mengirimkan pesan singkat kepada Maya, mengabarkan jika mereka sudah sampai di perusahaan. Alih-alih dipersilahkan masuk, Bagas dan Soni malah diinterogasi oleh satpam yang bertugas di gerbang depan. "Hee, bukannya kalian ini tetangga sebelah rumah abangku, ya?" Irfan yang kebetulan sedang bertugas menjaga gerbang depan langsung sksd, sok kenal sok dekat. Ha he ha he, kami berdua ini punya nama! Begitu gerutu Soni dalam hati. "Hee, bener, kan kalian memang tetangga abangku? Bang Indra namanya." Ulang Irfan saat tak mendapatkan respon dari Bagas dan Soni. Bukannya mereka berdua tak mau merespon, tapi mereka berdua memang tak terlalu mengenali Irfan. Mereka berdua baru sadar setelah Irfan menyebutkan nama Indra, sebagai abangnya. "Iya, bener, Mas. Rumah kami m

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 80. ABG tua

    "Waalaikumsalam," aku dan Mbak Titin langsung kedepan untuk melihat si tamu. Ternyata oh ternyata, suara itu bukan suara yang berasal dari tamu. Suara itu merupakan suara Bagas, adik Mbak Titin, ia baru saja pulang bekerja. "Eh, ada tamu." Ucap Bagas malu-malu sambil menyalamiku. "Sudah lama, Mbak?" tanyanya kemudian. "Lumayan, Gas, dari siang tadi." Gak terasa ternyata waktu sudah menunjukkan sore, tanda sebentar lagi burung-burung pulang ke peraduannya. Begitupun dengan manusia, mereka mulai pulang ke rumah setelah lelah bekerja seharian di luar. Bagas tersenyum dan salah tingkah sendiri. Aduh, kenapa ini si Bagas kok malah jadi salah tingkah begini? "Baru pulang kerja, Gas?" Tanyaku untuk mengurai kecanggungan yang ada. Dia hanya mengangguk dan tersenyum malu-malu lagi. Ih, kenapa sih ni bocah? Ayolah, Gas. Baru berapa lama gak ketemu kok kamu udah lain banget. Dimana Bagas yang dulu tegas, pemberani, dan penuh wibawa? Kenapa berubah jadi Bagas yang kalem dan malu-malu begini

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 79. Resep Warisan

    "Eh, ada bu boss datang!!" Sapa Mbak Titin ramah saat aku bertandang ke rumahnya. Ia terlihat sangat antusias dengan kedatanganku yang tiba-tiba dan tanpa kabar sebelumnya. Entah kenapa rasanya aku kangen sekali dengan lingkungan tempat tinggal lamaku ini. Aku langsung memeluk wanita yang dulu seringkali membantuku kala aku sedang dilanda kesusahan. "Apa kabarnya, Mbak?" Wanita itu mengangguk dan tersenyum bahagia seraya berkata, "Kabar kami baik, May." Ia lalu menoleh ke arah pintu rumahnya, "Lika… ada Keyla sama Keyra, nih." Teriak Mbak Titin memanggil anak gadisnya yang seumuran dengan si kembar. Tak butuh waktu lama, Lika, anaknya Mbak Titin langsung berlari keluar dengan senyum mengembang. "Keyla, Keyra… main bareng, yuk!!" Seru Lika kegirangan karena sudah beberapa bulan ini mereka tak berjumpa. Semenjak diboyong ke rumah Papa Hadi, si kembar praktis ikut pindah sekolah yang lebih dekat dengan kediaman Papa Hadi. Oleh sebab itu pertemanan mereka sempat terputus karena jarak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status