Share

Bab 6. Ide Brilian

Penulis: Hana Sofia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-30 11:50:18

Pov Irfan

Kesel deh... minggu besok, bapak dan ibu ada acara keluarga besar di luar kota. Kata mereka aku gak boleh ikut, takut mereka malu kalau banyak yang tanya pekerjaanku sekarang apa.

"Kamu gak usah ikut! Jagain rumah aja." Saran Bapak saat mereka sedang membahas rencana pernikahan si Salsa, saudara sepupuku yang tinggal di luar kota. Ibu yang sedang mengemas pakaian dan memasukkannya ke dalam koper langsung mengiyakan saran bapak. "Iya, kamu di rumah saja gak usah ikut!"

Aku pun sedih mendengarnya. "Nanti siapa yang mengurusi Irfan kalau bapak sama ibu pergi?" protes ku karena tak diperbolehkan ikut. Lagian kenapa harus merasa malu sama anaknya sendiri? Namanya juga aku belum ketemu pekerjaan yang cocok, jadi wajarlah jika masih menganggur.

Bapak mencebik kesal. "Heh, kamu itu udah besar, bukan anak TK atau anak SD lagi. Masak iya mau ngetek melulu sama orang tua. Belajarlah mandiri di rumah sendiri! Sukur-sukur mau pergi cari kerja." Ujar Bapak sedikit sewot. Mungkin dia sudah lelah menafkahi aku yang kerjanya tiap hari hanya makan, tidur, main hape… mandi juga jarang-jarang, kalau pas ingat saja, hehehe.

Memang benar alasan terbesar mereka tidak mengajakku pergi ya karena itu, mereka malu karena aku ini seorang pengangguran. Setiap ada acara keluarga besar, semua saudara-saudara pasti berkumpul, mereka akan saling memamerkan dan membanggakan anaknya masing-masing.

Jika aku ikut, otomatis mereka akan malu karena saudara-saudara yang lain pasti mencibirku karena aku seorang pengacara alias pengangguran banyak acara.

Ibu yang sudah selesai menata koper pun ikut nimbrung dan malah menjatuhkan mental ku. "Nah bener itu kata bapakmu. Dengerin!! Kamu itu sudah besar, harusnya cari kerja, jangan cuma ongkang-ongkang kaki di rumah nadahin duit orang tua aja." Maki perempuan paruh baya yang kupanggil dengan sebutan Ibu.

Fix, mereka memang sudah tidak mau menafkahi aku lagi. Itu buktinya menyuruhku untuk cepat-cepat cari kerja.

Aku tambah sedih mendengarnya. Sudahlah mau ditinggal pergi keluar kota selama satu minggu, masih pula di maki-maki cuma gara-gara aku masih menganggur.

"Bukannya Irfan gak mau kerja, Bu, Pak. Irfan itu udah nyoba ngelamar kerja kesana kemari tapi hasilnya nihil!!" Aku mengatakannya dengan nada memelas agar mereka berdua luluh.

Tapi bukannya luluh, mereka malah menyindirku habis-habisan.

"Woi!! Sampai lebaran kingkong juga gak bakalan dapat kerja! Lah wong lulusan cuma SMA tapi minta kerjanya di kantoran pakai baju rapi, pakai dasi pula. Ngimpi kamu, Fan."

"Baru juga ditolak di beberapa perusahaan, eh udah melempem. Mental kok mental tempe."

Memang semua yang mereka katakan itu ada benarnya. Aku baru mencoba melamar di tiga perusahaan dan semuanya ditolak. Apa mungkin itu karena aku menganggap nilai diriku terlalu tinggi. Aku pengen kerja di kantoran tapi aku tak punya keterampilan komputer sama sekali. Jangankan mengetik, mengetahui fungsi-fungsi dari setiap tombol dan tuts yang ada di keyboard saja aku tak tahu.

Apa salahnya lulusan SMA? Abangku juga cuma lulusan SMA, tapi dia sekarang bisa bekerja kantoran di perusahaan gede. Denger-denger udah naik jabatan malah.

Jadi... walaupun aku hanya lulusan SMA, aku juga harus bisa kerja kantoran biar kesohor kaya abangku. Itu prinsipku dalam mencari kerja. Aku tak mau capek dan berpanas-panasan saat bekerja.

Mengetahui aku terdiam dan bersedih ibu segera menghiburku. "Besok kamu nginep aja di rumah abangmu! Sekalian minta carikan kerja sama dia. Dia kan kerja di perusahaan gede, posisinya juga sudah lumayan bagus. Mana tau ada lowongan buat adiknya."

Ahh, pintar sekali ibuku ini. Gak nyangka dia punya ide brilian seperti ini, bangga sekali aku jadi anaknya. Ide dari ibu itu bisa diibaratkan 'satu kali mendayung, dua tiga pulau terlewati'. Aku gak jadi memelas karena ditinggal pergi, bisa minta carikan kerjaan sama abang, juga sekalian minta uang jajan lebih sama abang.

Wajahku langsung berseri-seri setuju dengan ide yang ibu lontarkan. Aku langsung meraih gawai yang tergeletak di dekat meja tempat bapak duduk bersantai sambil menyeruput kopi hitamnya.

Aku segera melakukan panggilan telepon ke nomor Bang Indra. Sedikit lama ia mengangkatnya, mungkin masih sibuk di kantor karena aku menelponnya di saat jam kerja.

"Halo, Bang! Besok minggu aku ke rumah abang ya. Mau nginep di sana selama seminggu. Kebetulan bapak sama ibu mau ke rumah Bi Intan, si Salsa mau nikah, Bang." Aku langsung memberondong Bang Irfan setelah ia mengangkat sambungan teleponnya.

"Iya, boleh." Sahut Bang Indra singkat, mungkin ia sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan kantor.

Aku sudah menduganya, ia pasti tak akan menolak permintaanku. Sejak kecil Abang sangat menyayangiku dan memanjakanku. Ia tak pernah menolak apapun yang ingin aku lakukan.

Yess!! Aku segera menutup telepon setelah Bang Indra mengiyakan niatku yang ingin menginap di rumahnya.

Sekalian aku ingin meminta dibelikan motor sport kawasaki ninja 250 FI yang sudah lama aku idam-idamkan. Gak mahal sih, harganya cuma sekitar 60 jutaan saja. Buat Bang Indra uang segitu mah keciiiil...

Akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak dan tenang tanpa khawatir besok takut sendirian tinggal di rumah. Bahkan saking nyenyaknya, aku sampai terbawa mimpi sedang tersenyum senang sambil mengendarai motor sport kawasaki ninja 250 FI yang baru saja dibelikan oleh Bang Indra dalam mimpiku.

Hari Minggu pagi, aku terbangun dengan kondisi rumah dalam keadaan sepi. Apa bapak dan ibu sudah berangkat?

Aku segera mencari keberadaan mereka di semua ruangan tapi hasilnya nihil. Saat aku lapar, aku membuka tudung saji. Hanya ada secarik kertas dan beberapa lembar uang merah di dalamnya.

'Ibu sama bapak berangkat subuh tadi. Sengaja gak pamit karena kamu masih tidur pulas. Ini uang lima ratus ribu buat uang jajan dan makan kamu selama satu minggu kedepan'.

Begitu bunyi tulisan pada secarik kertas yang berisi pesan tulisan tangan dari Ibu. Aku tersenyum senang sambil menghitung lembaran uang merah sebanyak lima lembar yang ibu tinggalkan untukku.

Aahh, lumayan dikasih gopek. Tau gini mending ibu sama bapak sering-sering pergi keluar kota aja, biar aku bisa dapat uang jajan lebih.

Gegas aku memasukkan uang tersebut ke dalam dompetku dan langsung mengeluarkan sepeda motor satria FU kebanggaanku.

"Eh aku kan mau minta belikan motor baru sama Bang Indra." Ujarku sambil menepuk jidat pelan ala emak-emak yang pura-pura lupa waktu ditagih hutangnya.

Niatku menginap di rumah Bang Indra kali ini kan mau sekalian minta kerjaan dan merengek minta dibelikan motor baru. Kalau aku sekarang kesana bawa motor, otomatis nanti aku gak punya alasan kalau motor sudah rusak.

Ku masukkan kembali motor satria FU yang sudah full modifikasi ke dalam garasi. Aku pergi begitu saja hingga lupa mencabut kunci kontak motor dan lupa mengunci pintu garasi rumah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 84. Siapakah 'Sayang'?

    POV Indra Laksmana."Apa-apaan? Kamu yang apa-apaan? Memangnya kamu itu siapa disini? Tuan putri? Harusnya kamu itu sadar diri, kamu itu disini menumpang. Bantuin ibu, kek, ini malah enak-enakan rebahan, main hape, tertawa cekikikan."Segala kekesalan ku luapkan semuanya pada Mona. Dia hanya menunduk dan mulai mengeluarkan jurus air matanya. "Maafin, Mona… tadi Mona kelelahan, jadi rebahan sebentar.""Lelah ngapain, Kamu? Lelah mainan hape?" Ku lontarkan sindiran tajam. Menurut pengakuan ibu, Mona tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah sama sekali. Jadi lelah apanya? Mona sedikit gelagapan. Ia langsung menyembunyikan hp nya ke bawah bantal dan mulai mengalihkan perhatianku."Hm, Mas Indra jangan marah-marah lagi, ya! Ngomong-ngomong tumben Mas Indra masuk ke kamar Mona, apa Mas Indra sudah gak marah dan menginginkan Mona?" rayu Mona.Kalau dipikir-pikir, iya juga sih… semenjak kita menikah, kita langsung pisah kamar karena aku merasa jijik dengan Mona yang hanya memanfaatkanku saja.

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 83. Kecewa

    POV Indra Laksmana.Hari ini, tumpukan masalah mulai menggunung di pundakku. Kesel, capek, lelah, dan kecewa bercampur aduk jadi satu.Rasanya, kejadian tadi siang di kantor terus saja membayangi pikiranku."Pak Indra, disuruh menghadap ke Pak Angga! Beliau saat ini berada di ruangan manager marketing." Sekretaris pribadi Angga memberitahukan pesan dari atasannya lewat sambungan line telepon kantor."Baik!!" Jawabku dengan semangat empat lima. Memang selama ini posisi manager marketing yang dulunya diduduki oleh Pak Doni kosong semenjak pemilik kursi sebelumnya digelandang oleh polisi karena terlibat menyembunyikan kasus pembunuhan berencana serta kasus penggelapan uang kantor.Entah apa kasusnya, yang jelas posisi Pak Doni sekarang menjadi kosong dan aku mengincar jabatan itu. Aku menginginkan naik ke puncak yang lebih tinggi. Dan saat ini, aku lah kandidat terkuat yang bisa menaiki tangga kesuksesan itu.Bahagia bukan main rasanya. Aku yakin Pak Angga pasti ingin berdiskusi dengank

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 82. Mati Kutu

    POV Author.Bagas dan Soni lolos tes interview dan langsung diterima bekerja di perusahaan saat itu juga. Mulai besok, mereka resmi menyandang status sebagai karyawan di perusahaan Maya. Tak main-main, Maya langsung memberikan posisi jabatan yang tinggi untuk keduanya."Mbak, eh… B-bu Maya, apa ini tidak berlebihan?" Bagas merasa gugup sekaligus heran saat Maya menyebutkan posisi jabatan yang akan dirinya emban nanti.Wanita cantik yang telah bersemayam di hati Bagas sejak ia masih berstatus sebagai istri orang itu menggeleng lemah, "Gak kok, Gas. Mbak serius. Mbak tahu kamu pasti mampu melewati challenge ini.""Ta-tapi, Mbak…""Tolong terima dan lakukan yang terbaik! Izinkan putri Om ini untuk mengangkat derajat keluarga kalian. Ini adalah bentuk balas budiku karena kalian selama ini sangat baik kepada anak dan cucu-cucu Om." Sela Hadi dengan tegas memotong ucapan Bagas. Mendapati perkataan menyanjung dari papanya Maya, Bagas hanya bisa pasrah dan menerima kesempatan emas yang Hadi

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 81. Yang Punya Kawasan

    POV Author. Sesuai dengan instruksi dari Maya, pagi ini Bagas dan Soni berangkat bersama untuk tes interview di perusahaan orang tua Maya dengan berboncengan mengendarai sepeda motor. Begitu tiba di lokasi, Bagas langsung mengirimkan pesan singkat kepada Maya, mengabarkan jika mereka sudah sampai di perusahaan. Alih-alih dipersilahkan masuk, Bagas dan Soni malah diinterogasi oleh satpam yang bertugas di gerbang depan. "Hee, bukannya kalian ini tetangga sebelah rumah abangku, ya?" Irfan yang kebetulan sedang bertugas menjaga gerbang depan langsung sksd, sok kenal sok dekat. Ha he ha he, kami berdua ini punya nama! Begitu gerutu Soni dalam hati. "Hee, bener, kan kalian memang tetangga abangku? Bang Indra namanya." Ulang Irfan saat tak mendapatkan respon dari Bagas dan Soni. Bukannya mereka berdua tak mau merespon, tapi mereka berdua memang tak terlalu mengenali Irfan. Mereka berdua baru sadar setelah Irfan menyebutkan nama Indra, sebagai abangnya. "Iya, bener, Mas. Rumah kami m

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 80. ABG tua

    "Waalaikumsalam," aku dan Mbak Titin langsung kedepan untuk melihat si tamu. Ternyata oh ternyata, suara itu bukan suara yang berasal dari tamu. Suara itu merupakan suara Bagas, adik Mbak Titin, ia baru saja pulang bekerja. "Eh, ada tamu." Ucap Bagas malu-malu sambil menyalamiku. "Sudah lama, Mbak?" tanyanya kemudian. "Lumayan, Gas, dari siang tadi." Gak terasa ternyata waktu sudah menunjukkan sore, tanda sebentar lagi burung-burung pulang ke peraduannya. Begitupun dengan manusia, mereka mulai pulang ke rumah setelah lelah bekerja seharian di luar. Bagas tersenyum dan salah tingkah sendiri. Aduh, kenapa ini si Bagas kok malah jadi salah tingkah begini? "Baru pulang kerja, Gas?" Tanyaku untuk mengurai kecanggungan yang ada. Dia hanya mengangguk dan tersenyum malu-malu lagi. Ih, kenapa sih ni bocah? Ayolah, Gas. Baru berapa lama gak ketemu kok kamu udah lain banget. Dimana Bagas yang dulu tegas, pemberani, dan penuh wibawa? Kenapa berubah jadi Bagas yang kalem dan malu-malu begini

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 79. Resep Warisan

    "Eh, ada bu boss datang!!" Sapa Mbak Titin ramah saat aku bertandang ke rumahnya. Ia terlihat sangat antusias dengan kedatanganku yang tiba-tiba dan tanpa kabar sebelumnya. Entah kenapa rasanya aku kangen sekali dengan lingkungan tempat tinggal lamaku ini. Aku langsung memeluk wanita yang dulu seringkali membantuku kala aku sedang dilanda kesusahan. "Apa kabarnya, Mbak?" Wanita itu mengangguk dan tersenyum bahagia seraya berkata, "Kabar kami baik, May." Ia lalu menoleh ke arah pintu rumahnya, "Lika… ada Keyla sama Keyra, nih." Teriak Mbak Titin memanggil anak gadisnya yang seumuran dengan si kembar. Tak butuh waktu lama, Lika, anaknya Mbak Titin langsung berlari keluar dengan senyum mengembang. "Keyla, Keyra… main bareng, yuk!!" Seru Lika kegirangan karena sudah beberapa bulan ini mereka tak berjumpa. Semenjak diboyong ke rumah Papa Hadi, si kembar praktis ikut pindah sekolah yang lebih dekat dengan kediaman Papa Hadi. Oleh sebab itu pertemanan mereka sempat terputus karena jarak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status