Share

Bab 7. Kakak Ipar Rese

Author: Hana Sofia
last update Last Updated: 2023-10-01 08:12:19

Pov Irfan

"Mmm... naik taksi online ajalah." Gumamku dalam hati saat melihat teriknya cuaca pagi ini. Masih juga pagi tapi matahari sudah bersinar begitu terang seperti di siang hari.

Aku langsung mengurungkan niatku untuk naik angkutan umum dan mengutak-atik gawai guna memesan moda transportasi roda empat dari aplikasi yang didominasi oleh warna biru. 

Buat apa panas-panasan dan berdesak-desakan di angkutan umum kalau bisa duduk santai ditemani semilir angin dari AC mobil taksi online. Masalah ongkos itu gampang, tinggal minta sama Bang Indra atau istrinya, beres!!

"Bang, tunggu sebentar ya! Saya gak bawa ongkos." pamit ku pada sang sopir saat mobil sudah sampai di rumah Bang Indra.

Entah kenapa rumah abangku terasa sepi, biasanya dua keponakan kembarku bermain di halaman rumah dengan sangat berisik. Aku langsung masuk saja ke dalam rumah untuk meminta ongkos pada abangku. Tapi si4l, yang kutemui malah si Maya, istrinya Bang Indra yang cerewet dan sok ngatur. Kakak iparku itu bener-bener rese!

Nah bener, kan? Baru juga datang dia sudah heboh sendiri dan memaki-maki aku kayak bunyi petasan banting cuma gara-gara aku mintain duit ongkos. Bahkan saking hebohnya ia sampai membanting wajan penggorengan. Aku malas meladeni kakak ipar model begitu, ngasih uang enggak tapi ngomel-ngomel iya. Mending aku cari Bang Indra saja... kalau abangku itu sudah pasti royal sama aku, dia kan sayang banget sama aku.

Pucuk dicinta, kakak iparku itu berbaik hati menunjukkan dimana abangku berada, tak perlu lah aku bersusah payah mencarinya kemana-mana. Aku sudah tak enak hati, sopir taksi online sudah membunyikan klakson karena aku tak kunjung keluar rumah membayar ongkos.

Bener-bener kakak iparku itu tega.

"Bang, bagi duitnya seratus ribu dong!" Aku menepuk keras pundak Bang Indra yang sedang tertidur pulas. Ia hanya menggeliatkan badan dan merubah posisi tidurnya dari miring kanan ke miring kiri.

Ck jam segini masih belum juga bangun... Dasar pemalas!! Eeh sama lah dia sama aku. Biasanya Bang Indra ini saingan sama aku bangun siang. Hehehe.

"Bang!!" Sengaja ku tepuk lebih keras kali ini. Kebiasaan Bang Indra ini kalau tidur udah kaya kerbau mati, jadi harus ekstra tenaga untuk membangunkannya. Kalau perlu pinjam toa sekalian dari mushola.

"Apaan sih gangguin orang tidur aja?" Gerutu Bang Indra sambil mengucek-ucek matanya yang masih susah melek.

"Aku minta duit seratus ribu buat bayar ongkos taksi online. Itu abang supirnya udah nungguin dari tadi. Minta sama istrimu bukannya dikasih malah di omelin." Sekalian saja kuadukan kelakuan istrinya biar mampus kena maki abangku nanti.

Salah sendiri tiap aku kesini pasti pasang muka garang, udah macam singa betina yang baru saja melahirkan.

Bang Indra masih malas-malasan di kasur, ia hanya menunjuk ke gantungan baju di belakang pintu. "Ambil aja sendiri di dompet! Dompetnya abang taruh di saku celana hitam itu."

Gegas ku ambil celana hitam yang Bang Indra maksud dan merogoh ke kantongnya. Di dalam dompetnya ada sepuluh lembar uang merah. Sambil menengok ke belakang buru-buru ku tarik dua lembar uang merah tersebut dan merapikan kembali dompet dan celana Bang Indra ke gantungan lagi. Untung Bang Indra masih belum melek sempurna, ia masih terlalu nyaman rebahan di kasur.

"Hmm lumayanlah dua ratus ribu..." Gumamku dalam hati sambil menyelipkan selembar uang hasil tilepan ke saku celana jeans yang kupakai dan menggenggam yang selembar lagi untuk kuberikan kepada supir taksi yang masih menunggu di depan.

Biarlah nanti kalau Bang Indra tanya tinggal jawab saja 'tidak tahu'. Paling-paling istrinya yang kena tuduh. Hahaha, seringai jahat terukir di senyumanku.

Aku segera menemui abang supir taksi online untuk memberikan uang ongkosnya. Entah kenapa kakak iparku masih berdiri mematung di depan pintu. Kutabrak saja sekalian biar dia tahu rasa.

"Ini kembaliannya buat abang aja. Itung-itung buat ongkos nungguin saya." ucapku pada sopir taksi online yang kelihatannya sudah sangat cemberut. Mukanya saja ditekuk sepuluh, bibirnya sampai manyun begitu. Tapi begitu ku berikan uang lebihan ia langsung tersenyum sumringah dan bergegas pergi. Dasar mata duitan!

Saat hendak masuk ke dalam rumah, kulihat abangku itu bertengkar dengan istrinya. Entah gara-gara aduanku tadi atau gara-gara duitnya hilang karena kuambil. Bodo amat, aku melenggang saja melewati mereka tanpa permisi. Malas kali harus berbasa-basi pada kakak ipar yang jelas-jelas tak menyukaiku.

Aku langsung ngeloyor duduk di depan TV dan menonton acara siaran ulang sepak bola yang semalam belum sempat ku tonton. Mumpung duo kembar tidak ada di rumah. Kalau ada mereka mana bisa aku menonton TV di rumah abangku. Yang ada TV dikuasai oleh mereka dengan tayangan-tayangan kartun seharian.

Baru juga mau selonjoran, perutku terasa keroncongan. Ah mungkin ini efek belum sarapan dari pagi.

Lekas aku menuju ke meja makan yang ada di sudut pojok dapur dan membuka tudung saji. Wahhh semua makanan yang tersaji benar-benar menggugah selera. Wangi masakan kakak iparku ini menguar harum dan menggelitik lambungku yang sudah menjerit minta diisi makanan.

Inilah satu-satunya hal yang paling aku senangi dari kakak iparku, masakannya enak-enak seperti rasa masakan di restoran kelas mewah.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Bang Indra dan istrinya. Namun entah dimana mereka sehabis berdebat tadi, tak kulihat batang hidung mereka karena asyik menonton TV.

"Bodo ah, aku makan duluan. Sudah lapar ini." Aku segera mengambil piring dan sendok dan menuang dua centong nasi kedalam piring. Bak orang kelaparan seperti tak di kasih makan berhari-hari, aku kalap dan kesetanan memakan makanan hasil olahan kakak ipar yang memang sangat lezat. Tak sadar diri ini sampai nambah nasi dua kali.

Tapi baru juga aku mau menyuap nasi lagi ke dalam mulut, suara teguran kakak ipar terdengar melengking di telinga. Ku toleh ia sudah berdiri sambil memegang gagang kain pel dengan erat.

Ku pikir dia mau memukulku, tapi ternyata ia hanya mengomel mempermasalahkan aku yang makan duluan. Lah sama saja kan mau makan duluan atau nanti, ujungnya juga makan semua kan? Kenapa harus berbarengan? Kayak teletubies aja.

Ku lihat raut mukanya sudah merah padam, apalagi saat melihat aku hampir menghabiskan semua hidangan yang tersaji diatas meja.

Oke... aku akui aku khilaf. Masakan kakak ipar memang benar-benar enak sampai-sampai aku tak ingat kalau yang lain belum makan.

Ku tinggal saja dia yang masih merepet tak jelas. Tak ku hiraukan suaranya yang sudah mulai naik satu oktaf. 

Beruntung Bang Indra segera keluar dari kamar dengan aroma wangi sehabis mandi. Ia membantuku menghentikan ocehan istrinya yang sedari aku datang memarahiku terus-terusan.

Benar kan? Cuma Bang Indra yang bisa menjinakkan singa betina itu. Tak kudengar lagi suaranya merepet.

Lambat laun aku mengantuk dan gegas masuk ke kamar si kembar untuk tiduran. Memang benar kata orang, kalau perut kenyang pasti rasa kantuk datang. Makanya kita tak boleh makan terlalu kenyang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ina Muharochmawati
jadi perempuan harus kuat.. semangat Maya..
goodnovel comment avatar
Mariposa
author sukses bisa ngebuat pembaca greget. Suerrr, sebel bgt sama Irfan dan indra. Mau hebat tapi gak memikirkan kebutuhan. Semangat buat mba May, jangan mau ngalah, please! ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 84. Siapakah 'Sayang'?

    POV Indra Laksmana."Apa-apaan? Kamu yang apa-apaan? Memangnya kamu itu siapa disini? Tuan putri? Harusnya kamu itu sadar diri, kamu itu disini menumpang. Bantuin ibu, kek, ini malah enak-enakan rebahan, main hape, tertawa cekikikan."Segala kekesalan ku luapkan semuanya pada Mona. Dia hanya menunduk dan mulai mengeluarkan jurus air matanya. "Maafin, Mona… tadi Mona kelelahan, jadi rebahan sebentar.""Lelah ngapain, Kamu? Lelah mainan hape?" Ku lontarkan sindiran tajam. Menurut pengakuan ibu, Mona tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah sama sekali. Jadi lelah apanya? Mona sedikit gelagapan. Ia langsung menyembunyikan hp nya ke bawah bantal dan mulai mengalihkan perhatianku."Hm, Mas Indra jangan marah-marah lagi, ya! Ngomong-ngomong tumben Mas Indra masuk ke kamar Mona, apa Mas Indra sudah gak marah dan menginginkan Mona?" rayu Mona.Kalau dipikir-pikir, iya juga sih… semenjak kita menikah, kita langsung pisah kamar karena aku merasa jijik dengan Mona yang hanya memanfaatkanku saja.

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 83. Kecewa

    POV Indra Laksmana.Hari ini, tumpukan masalah mulai menggunung di pundakku. Kesel, capek, lelah, dan kecewa bercampur aduk jadi satu.Rasanya, kejadian tadi siang di kantor terus saja membayangi pikiranku."Pak Indra, disuruh menghadap ke Pak Angga! Beliau saat ini berada di ruangan manager marketing." Sekretaris pribadi Angga memberitahukan pesan dari atasannya lewat sambungan line telepon kantor."Baik!!" Jawabku dengan semangat empat lima. Memang selama ini posisi manager marketing yang dulunya diduduki oleh Pak Doni kosong semenjak pemilik kursi sebelumnya digelandang oleh polisi karena terlibat menyembunyikan kasus pembunuhan berencana serta kasus penggelapan uang kantor.Entah apa kasusnya, yang jelas posisi Pak Doni sekarang menjadi kosong dan aku mengincar jabatan itu. Aku menginginkan naik ke puncak yang lebih tinggi. Dan saat ini, aku lah kandidat terkuat yang bisa menaiki tangga kesuksesan itu.Bahagia bukan main rasanya. Aku yakin Pak Angga pasti ingin berdiskusi dengank

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 82. Mati Kutu

    POV Author.Bagas dan Soni lolos tes interview dan langsung diterima bekerja di perusahaan saat itu juga. Mulai besok, mereka resmi menyandang status sebagai karyawan di perusahaan Maya. Tak main-main, Maya langsung memberikan posisi jabatan yang tinggi untuk keduanya."Mbak, eh… B-bu Maya, apa ini tidak berlebihan?" Bagas merasa gugup sekaligus heran saat Maya menyebutkan posisi jabatan yang akan dirinya emban nanti.Wanita cantik yang telah bersemayam di hati Bagas sejak ia masih berstatus sebagai istri orang itu menggeleng lemah, "Gak kok, Gas. Mbak serius. Mbak tahu kamu pasti mampu melewati challenge ini.""Ta-tapi, Mbak…""Tolong terima dan lakukan yang terbaik! Izinkan putri Om ini untuk mengangkat derajat keluarga kalian. Ini adalah bentuk balas budiku karena kalian selama ini sangat baik kepada anak dan cucu-cucu Om." Sela Hadi dengan tegas memotong ucapan Bagas. Mendapati perkataan menyanjung dari papanya Maya, Bagas hanya bisa pasrah dan menerima kesempatan emas yang Hadi

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 81. Yang Punya Kawasan

    POV Author. Sesuai dengan instruksi dari Maya, pagi ini Bagas dan Soni berangkat bersama untuk tes interview di perusahaan orang tua Maya dengan berboncengan mengendarai sepeda motor. Begitu tiba di lokasi, Bagas langsung mengirimkan pesan singkat kepada Maya, mengabarkan jika mereka sudah sampai di perusahaan. Alih-alih dipersilahkan masuk, Bagas dan Soni malah diinterogasi oleh satpam yang bertugas di gerbang depan. "Hee, bukannya kalian ini tetangga sebelah rumah abangku, ya?" Irfan yang kebetulan sedang bertugas menjaga gerbang depan langsung sksd, sok kenal sok dekat. Ha he ha he, kami berdua ini punya nama! Begitu gerutu Soni dalam hati. "Hee, bener, kan kalian memang tetangga abangku? Bang Indra namanya." Ulang Irfan saat tak mendapatkan respon dari Bagas dan Soni. Bukannya mereka berdua tak mau merespon, tapi mereka berdua memang tak terlalu mengenali Irfan. Mereka berdua baru sadar setelah Irfan menyebutkan nama Indra, sebagai abangnya. "Iya, bener, Mas. Rumah kami m

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 80. ABG tua

    "Waalaikumsalam," aku dan Mbak Titin langsung kedepan untuk melihat si tamu. Ternyata oh ternyata, suara itu bukan suara yang berasal dari tamu. Suara itu merupakan suara Bagas, adik Mbak Titin, ia baru saja pulang bekerja. "Eh, ada tamu." Ucap Bagas malu-malu sambil menyalamiku. "Sudah lama, Mbak?" tanyanya kemudian. "Lumayan, Gas, dari siang tadi." Gak terasa ternyata waktu sudah menunjukkan sore, tanda sebentar lagi burung-burung pulang ke peraduannya. Begitupun dengan manusia, mereka mulai pulang ke rumah setelah lelah bekerja seharian di luar. Bagas tersenyum dan salah tingkah sendiri. Aduh, kenapa ini si Bagas kok malah jadi salah tingkah begini? "Baru pulang kerja, Gas?" Tanyaku untuk mengurai kecanggungan yang ada. Dia hanya mengangguk dan tersenyum malu-malu lagi. Ih, kenapa sih ni bocah? Ayolah, Gas. Baru berapa lama gak ketemu kok kamu udah lain banget. Dimana Bagas yang dulu tegas, pemberani, dan penuh wibawa? Kenapa berubah jadi Bagas yang kalem dan malu-malu begini

  • Frugal Living Bikin Kepala Pusing Tujuh Keliling   Bab 79. Resep Warisan

    "Eh, ada bu boss datang!!" Sapa Mbak Titin ramah saat aku bertandang ke rumahnya. Ia terlihat sangat antusias dengan kedatanganku yang tiba-tiba dan tanpa kabar sebelumnya. Entah kenapa rasanya aku kangen sekali dengan lingkungan tempat tinggal lamaku ini. Aku langsung memeluk wanita yang dulu seringkali membantuku kala aku sedang dilanda kesusahan. "Apa kabarnya, Mbak?" Wanita itu mengangguk dan tersenyum bahagia seraya berkata, "Kabar kami baik, May." Ia lalu menoleh ke arah pintu rumahnya, "Lika… ada Keyla sama Keyra, nih." Teriak Mbak Titin memanggil anak gadisnya yang seumuran dengan si kembar. Tak butuh waktu lama, Lika, anaknya Mbak Titin langsung berlari keluar dengan senyum mengembang. "Keyla, Keyra… main bareng, yuk!!" Seru Lika kegirangan karena sudah beberapa bulan ini mereka tak berjumpa. Semenjak diboyong ke rumah Papa Hadi, si kembar praktis ikut pindah sekolah yang lebih dekat dengan kediaman Papa Hadi. Oleh sebab itu pertemanan mereka sempat terputus karena jarak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status