Share

Temenan

Adeera tak dapat membendung kesedihannya. Perlahan air matanya mengalir deras. Membuat pandangannya mengabur.

“Gue nggak niat lukain lu, Rey. Tapi gue lelah. Gue lelah dicemburui, gue lelah dikekang, gue lelah dituduh tanpa bukti. Lu nggak pernah mau memahami gue. Dan sekarang entah kenapa gue lebih nyaman berada di dekat Airlangga. Walau dia kadang kasar, nyebelin, tapi dia bisa mengobati kerinduan gue sama Elang.

Gue rindu Elang, gue cinta Lo, Rey. Tapi bodohnya, sekarang gue malah nyaman sama Airlangga. Rasanya ada yang kurang saat dia nggak ada. Tolol emang! Plin-plan!“ gerutunya pelan.

Air mata Adeera tak berhenti mengalir dan berhasil mengambil alih atensi supir. Lelaki paruh baya itu menyodorkan kotak tisu. Adeera pun langsung menerimanya.

“Makasih, Pak.“

“Sama-sama, Neng. Sok aja mau nangis mah, nggak usah malu-malu. Oh iya, kalau boleh Bapak kasih saran, sebaiknya Neng terima lelaki yang nerima Neng
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status