Share

BAB. 7 Menghajar Preman

last update Last Updated: 2024-12-03 20:03:52

Senja mulai memudar, dan langit perlahan berubah menjadi kelam saat Noah dan Dahlia masih berdiri di tepi danau. Angin malam yang sejuk menyentuh kulit mereka, memberikan perasaan tenang setelah percakapan yang cukup intens. Dahlia sudah memaafkan Noah atas sikap kurang sopannya sebelumnya, dan kini mereka berdiri berdampingan, memandang air yang berkilauan di bawah sinar bulan yang mulai muncul.

"Terima kasih sudah memaafkanku, Dahlia," ucap Noah dengan nada tulus.

"Aku benar-benar tidak bermaksud bersikap seperti itu tadi."

"Tidak apa-apa, Noah. Aku mengerti, semua orang punya hari buruk," jawab Dahlia sambil tersenyum lembut.

"Tapi, hari sudah mulai gelap. Bisakah kau mengantarku pulang?"

"Tentu saja, Dahlia. Motor gedeku di parkiran sana. Ayo kita pergi," ajak Noah sambil melangkah menuju tempat parkir.

Namun, saat mereka hampir sampai di motor gede milik Noah, delapan orang pria bertampang preman muncul dari bayangan pohon-pohon yang ada di sekitar danau itu. Para pemuda itu mulai menghalangi jalan keduanya. Salah satu dari mereka, yang tampak seperti pemimpin kelompok, melangkah maju dengan senyum sinis di wajahnya.

"Hai, anak muda. Motor gede yang bagus. Kenapa tidak Lo berikan saja pada kami?" ujarnya sambil melirik motor Noah dengan mata serakah.

Noah merasakan jantungnya berdegup kencang. Dua orang melawan delapan orang jelas bukanlah pertarungan yang adil. Dia segera menyadari bahwa melawan mereka hanya akan membawa dirinya dan Dahlia pada masalah yang lebih besar.

Noah pun berbisik pada Dahlia, "Kita tidak bisa melawan mereka, Dahlia. Lebih baik kita menyerah saja daripada kita babak belur."

Namun, mata Dahlia menyala dengan semangat yang tak terduga.

"Noah, aku tidak akan menyerah begitu saja pada mereka. Percayalah padaku!"

"Tapi, Dahlia, mereka delapan orang, dan kita hanya dua! Aku tak ingin kamu terluka."

Dahlia menatap Noah dengan penuh keyakinan.

"Noah, percayalah padaku. Aku tahu apa yang harus dilakukan."

Dengan langkah yang sedikit ragu, Noah mengikuti Dahlia. Dia tak bisa memungkiri ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Dahlia, sesuatu yang membuatnya ingin mempercayai gadis itu. Dahlia lalu maju satu langkah, menantang para pria itu.

"Jika kalian ingin motornya, kalian harus melewatiku dulu," ucap Dahlia dengan suara tegas.

Pemimpin preman tertawa terbahak-bahak.

"Ha-ha-ha! Gadis kecil, Lo pikir Lo bisa mengalahkan kami?"

“Ayo maju, kalau berani! Kita buktikan omongan Anda!” seru Dahlia mulai memasang kuda-kudanya.

Tanpa berkata-kata lagi, Dahlia mengubah posisinya, berdiri tegak dengan posisi pencak silat yang kokoh.

Gerakannya yang cepat dan lincah mengejutkan semua orang, termasuk Noah.

Salah satu preman maju dengan tangan terangkat, siap menyerang. Namun sebelum dia sempat menyentuh Dahlia, gadis itu sudah lebih dulu bergerak. Dengan gerakan cepat dan presisi, Dahlia menendang lutut pria itu, membuatnya jatuh berlutut kesakitan. Sebelum pria itu sempat bangkit, sebuah pukulan telak dari Dahlia mengenai pelipisnya, membuatnya pingsan seketika.

Noah tercengang melihat keahlian Dahlia.

"Dahlia, bagaimana kamu bisa sehebat itu ...?"

Namun, Dahlia tidak sempat menjawab. Dua preman lainnya maju bersamaan, mencoba menyerang dari dua sisi. Dahlia dengan cekatan menghindar, melakukan jungkir balik ke belakang, dan saat mendarat, dia langsung melancarkan serangan balik. Gadis itu lalu memutar tubuhnya, memberikan tendangan melingkar yang kuat, mengenai rahang salah satu pria, sementara pukulannya yang cepat menghantam perut pria lainnya.

Noah hanya bisa berdiri terpaku, melihat satu demi satu preman itu jatuh di tangan Dahlia. Dia tidak pernah menyangka bahwa gadis yang tampak lembut ini memiliki keahlian bela diri yang begitu mematikan.

“Dahlia sangat jago bela diri!” puji Noah dalam hati.

Dari tadi pria itu juga ikut membantu Dahlia menghajar para preman itu. Namun gerakan sang gadis lebih lihai dan cekatan dari dirinya.

Para preman yang tersisa, dapat melihat tiga rekan mereka jatuh dalam waktu singkat, menjadi lebih berhati-hati.

Mereka mencoba mengepung Dahlia, akan tetapi gadis itu tetap tenang dan waspada. Dia memanfaatkan setiap gerakan musuhnya untuk keuntungan sendiri. Salah satu preman mencoba menyerangnya dari belakang, akan tetapi Dahlia dengan cepat memutar tubuhnya, memberikan pukulan yang keras pada perutnya, membuatnya terbatuk dan terjatuh.

Dengan keahlian yang luar biasa, Dahlia berhasil menaklukkan ke delapan preman itu satu per satu. Beberapa menit kemudian, semuanya tergeletak di tanah, mengerang kesakitan atau pingsan. Dahlia berdiri tegak, napasnya sedikit tersengal, akan tetapi wajahnya menunjukkan kepuasan dan ketegasan.

Noah berjalan mendekatinya, masih dengan ekspresi tak percaya.

"Dahlia ... kamu sungguh luar biasa! Aku tidak tahu kamu bisa bertarung seperti itu!"

Baik Dahlia ataupun Lilian sangat jago bela diri. Semasa keduanya masih tinggal di desa, sang nenek menyuruh mereka untuk mengikuti kegiatan olah raga bela diri yang diajarkan sang paman. Ternyata bela diri yang telah mereka kuasai itu sangat berguna, terutama saat mereka merantau di kota besar, seperti sekarang ini.

Dahlia tersenyum lelah.

"Aku sudah berlatih pencak silat sejak kecil, Noah. Pamanku adalah seorang guru silat, dan dia selalu mengajarkan bahwa kita harus bisa melindungi diri sendiri dan orang lain."

Noah menatap Dahlia dengan rasa hormat yang baru ditemukan.

"Terima kasih, Dahlia. Kamu benar-benar menyelamatkan kita."

"Ini bukan masalah besar, Noah. Yang penting, kita aman sekarang. Ayo, kita pergi sebelum mereka sadar kembali," jawab Dahlia sambil melirik para preman yang masih tergeletak.

“Makanya kamu jangan main-main denganku! Jika tidak mau berakhir seperti mereka!” tegas Dahlia.

“I … iya, Dahlia.” serunya terbata.

Dahlia seorang gadis yang sangat tangguh. Membuat Noah semakin terpesona kepadanya. Pria itu pun bertekad tidak akan pernah melepaskan Dahlia. Apapun yang terjadi.

“Sepertinya aku harus mendekati Dahlia dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Semoga hal itu bisa meluluhkan hatinya,” harap Noah dalam hatinya.

“Ayo, Noah. Aku sudah sangat telat pulangnya. Aku tidak mau Bu Jayanti dan Lilian merasa khawatir padaku,” serunya cepat.

“Siap, laksanakan!”

Noah pun mengangguk, lalu menyalakan mesin motornya dan mereka berdua segera naik ke motor gede miliknya.

Noah pun mulai menjalankan motornya, dengan suara gemuruh yang menenangkan, mereka terus melaju pergi meninggalkan tempat tersebut.

Di sepanjang jalan, Noah tak bisa berhenti tersenyum, dan mengagumi kepintaran Dahlia dalam olahraga bela diri. Noah merasa beruntung memiliki teman seperti Dahlia di sisinya.

“Dahlia! Kamu adalah wanita yang selama ini ku nanti-nantikan. Apapun caranya kamu harus menjadi milikku seutuhnya. Tentunya aku tidak mau berbagi dengan siapapun!” tekad Noah dari dalam hatinya.

Malam itu, di bawah sinar bulan yang terang, mereka melaju menuju rumah Dahlia. Noah, pria tampan itu merasa lebih nyaman dan percaya diri dari sebelumnya. Perjalanan itu mengubah pandangannya tentang kekuatan dan keberanian, serta mempererat ikatan persahabatan antara dirinya dan Dahlia yang sebentar lagi akan berubah menjadi ikatan pertalian cinta.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GADIS DESA PENAKLUK HATI TUAN MUDA    BAB. 96 Meraih Kebahagiaan Bersama

    "Aku menyelidikinya sendiri, Kak.""Apa? Kamu menyelidikinya sendiri?""Yap." jawab junot, singkat."Aku pikir Papa sudah jujur kepadamu." "Belum, Kak.""Sepertinya, kita harus membuat Papa buka suara kepada kita! Pokoknya, Papa harus jujur kepada kita." "Iya, Kak. Aku setuju dengan pendapatmu."Sementara di dapur, Lilian dan Dewi terlihat akrab."Jadi kamu masih kuliah?""I-ya, mbak.""Wah Junot dapat gadis muda rupanya."Lilian hanya tersenyum malu."Kamu sabar-sabar ya sama Junot. Walaupun anaknya keras kepala dan suka emosian. Akan tetapi dirinya memiliki hati yang lembut.""I-ya mbak.""Oh ya, Kamu sudah ketemu sama Mama?""Belum, mbak." "Belum ya? Nanti jika kamu ketemu sama Mama, kamu maklum ya bagaimana orang tua kepada anaknya.""Iya, Mbak." Entah kenapa, Dewi memiliki kekhawatiran jika Nyonya Belva tidak menyukai Lilian.Lalu ke empat orang dewasa itu pun memulai makan siangnya. Hampir seharian mereka berada di rumah itu, sekedar bercengkrama atau sekedar berbagi cerita.

  • GADIS DESA PENAKLUK HATI TUAN MUDA    BAB. 95 Mengajak Berkenalan Dengan Keluarga

    "Pasti Lilian marah kepadaku, bagaimana caraku untuk merayunya?" Junot merutuki dirinya yang tidak bisa menahan hasratnya, saat di dalam bioskop tadi."Sayang, bagaimana kalau kita makan siang?" tanya Junot, hati-hati."Ok." jawab Lilian singkat.Lalu, Junot pun meraih tangan Lilian dan menggenggamnya dengan erat menuju ke dalam sebuah restoran terkenal di mall itu.Junot mengitari pandangannya. Mencari tempat yang cocok untuk mereka berdua."Sayang, kamu mau pesan apa?""Terserah saja, aku nggak pemilih makanan, kok." ketusnya, lagi."Baiklah, Sayang kita samain saja apa yang kita makan." seru Junot, lalu memanggil salah seorang waiter."Sayang, bolehkah aku memesan makanan pedas?" Mendengar perkataan Junot tersebut, Lilian dengan segera menatapnya dengan sangat tajam."He-he-he, aku hanya bercanda, Sayang!" ucap, Junot. Sementara sang waiter tersenyum melihat tingkah Junot yang sepertinya takut kepada kekasihnya itu.Keduanya pun memulai makan siang mereka berdua dalam diam. Setela

  • GADIS DESA PENAKLUK HATI TUAN MUDA    BAB. 94 Tak Sengaja Bertemu

    Setelah urusan di barbershop selesai. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka menuju sebuah mall besar di daerah Jakarta Pusat."Sayang, yuk kita belanja untuk mu." tutur, Junot."Ih ... Mas! Bajuku masih banyak kok, nggak usah deh." sahut, Lilian."Sayang, tolong jangan membantahku kali ini, please ...." ujarnya, memelas.Lilian diam sebentar."Duh ngapain sih, Mas Junot mengajakku belanja? Mubazir nih. Tapi aku juga nggak enak menolak. Sepertinya Mas Junot sangat bahagia dengan kebersamaan kami.""Baiklah, Mas." "Nah gitu, baru pacarku!" Lalu mereka pun memulai belanja mereka siang itu. Ada banyak pakaian yang dibeli oleh Junot untuknya. Semuanya sudah dikirim ke alamat rumah Bu Jayanti.Dan ada beberapa yang Lilian bawa pulang ke apartemen Junot sebagai baju gantinya selama seminggu tinggal bersama Junot.Tanpa keduanya sadari, ada orang yang diam-diam memotret kebersamaan mereka. Padahal, Asisten Taufik mengetahui siapa orang itu.Orang itu ternyata suruhan Nyonya Belva. Untuk

  • GADIS DESA PENAKLUK HATI TUAN MUDA    BAB. 93 Penampilan Baru Junot

    "Asisten Taufik, apakah kalian menyembunyikan sesuatu dari saya?" tanya Lilian."Kenapa Nona berpikiran seperti itu?""Soalnya tadi juga Mas Junot berkata agar saya tidak meninggalkannya, memangnya ada apa sebenarnya?" selidik Lilian semakin curiga."Tidak ada apa-apa kok, Nona. Saya hanya berharap saja semoga Tuan Muda dan Nona bisa berbahagia selalu. Kalau begitu, saya permisi dulu," seru Asisten Taufik, segera berlalu dari tempat itu. Dia takut salah ngomong dan membuat semua menjadi kacau lagi.Junot selesai mandi, lalu berkata, "Yang datang siapa, Sayang?" Penampilan Junot sangat keren pagi ini, Lilian sedikit gugup karena melihat sang kekasih yang sangat gagah pagi ini."Asisten Taufik, Mas. Dia memberiku ini." Lilian pun menunjukkan sebuah paper bag yang ada di tangannya."Segeralah mandi, baru kita sarapan. Kamu temani aku untuk ke barbershop. Setelah itu kita jalan-jalan.""Iya, Mas.""Eh, tunggu dulu Sayang. Kamu ada kuliah nggak hari ini?""Kebetulan hari ini, aku nggak ad

  • GADIS DESA PENAKLUK HATI TUAN MUDA    BAB. 92 Menghabiskan Waktu Bersama

    "Iya, Sayang. Kamu bisa pegang kata-kataku ini." jawab Junot, tegas.Jadilah kedua sejoli yang baru jadian itu tidur seranjang malam itu.Lilian juga tidak lupa mengabari, kepada Bu Jayanti jika dirinya menginap di rumah temannya.Keduanya masuk ke dalam kamar. Junot memberi sebuah paper bag di tangan Lilian."Ini apa, Mas?""Ini baju ganti untukmu, mandilah.""Eh, iya Mas." Lalu Lilian pun segera meraih paper bag itu di tangan Junot dan segera masuk ke dalam toilet.Di dalam toilet, Lilian melihat penampilannya. Dia senyum-senyum sendiri di depan cermin karena baju tidur yang dipilih oleh Junot untuknya menutupi seluruh bagian tubuhnya.Dia pun keluar dari toilet, dan melihat jika Junot juga sudah berganti dengan baju tidur yang sama dengannya."Surprise!" ucap, Junot."Bagaimana penampilan kita, Sayang?""He-he-he, keren Mas.""Kamu suka, nggak?""Suka banget, Mas. Terima kasih ya, Mas.""Okay, Sayangku." jawab Junot, senang."Ih, Mas junot kok terkesan genit gitu, sih?" gumamnya, h

  • GADIS DESA PENAKLUK HATI TUAN MUDA    BAB. 91 Memilih Berdamai

    "Dikit saja dong, Lilian. Please ..." ujar Junot memelas."Maaf Mas, nggak boleh. Tolong kamu tuh, jangan keras kepala gitu, ya?" "Tapi bagaimana aku bisa berselera makan jika nggak ada sambelnya, Lilian.""Pokoknya, nggak boleh! Mas ikutin aturan dong, ya?"Junot diam, dia pastikan dirinya pasti tidak akan punya selera makan, karena tidak ada rasa pedas sedikit pun."Kok wajah kamu cemberut gitu, Mas?" tanyanya."Habis, aku rasa aku tidak berselera makan nih." ujarnya, tak bersemangat."Mas coba dulu masakanku," ucap Lilian, lalu mulai menyusun semua hasil masakannya di atas meja.Junot dari tadi hanya mengaduk-aduk nasi dan beberapa lauk di piringnya. Sementara Lilian yang kelaparan, tidak memperhatikan Junot sama sekali.Setelah piringnya kosong, barulah gadis itu menegakkan kepalanya.Dirinya pun kaget dengan apa yang dilakukan oleh Junot."Mas Junot ! Ya ampun Mas, kamu ngapain sih dari tadi? Bukannya makan!" kesalnya lalu menatap tajam ke arah pria itu. Sedangkan Junot yang me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status