"Hum....ahhh....." Terdengar suara desahan dari sebuah kamar hotel. Tampak sepasang wanita dan pria sedang melakukan layaknya hubungan suami istri di kamar tersebut. Sang pria sangat agresif dalam mencumbu sang wanita hingga wanita tersebut kewalahan.
" Sudah cukup....berhenti" Teriak Mona Sanjaya. " Tidak cukup" Jawab sang pria sambil menciumi leher Mona. Mona berusaha mendorong tubuh pria itu menjauh. Tetapi tangannya di tepis oleh sang pria. "Permainan ini kamulah yang memulainya! Maka kau harus bertanggung jawab untuk menemaniku bersenang-senang sampai aku puas" Sang pria tersenyum pada Mona. Sekarang Mona hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut.
Mona berpikir dalam otaknya, Sebelumnya dia tidak pernah menyangka akan seperti ini. Dia menyerahkan seluruh tubuhnya kepada pria yang sama sekali tidak dia kenal. Tepat diacara pertunangan adik dan mantan kekasihnya.
Lima jam yang lalu....
Di sebuah hotel yang megah, terpampang dekorasi indah dari bunga-bunga. Keluarga Sanjaya menyewa hotel tersebut. Sudah jelas bahwa hari itu adalah hari kebahagiaan bagi mereka. Mereka sedang menggelar pesta pertunangan putri terakhir mereka yaitu Dania Sanjaya dengan putra tunggal keluarga Wisnu yang terbilang kaya dan berkedudukan di kota Andalas yaitu Ardhi Wisnu. Tampak Dania menggandeng tunangannya Ardhi dengan mesra sambil memberi salam kepada tamu pengunjung.
" Ayah, Ibu, Kak Mona....aku bersulang dan Ardhi bersulang untuk kalian" Sapa Dania, pipinya terlihat memerah. Tetapi Ardhi hanya diam saja dan tidak bersemangat. Sepertinya dia kurang berkenan pada pesta pertunangan ini. Dia memandangi sosok wanita yang berdiri sekitar sepuluh meter didepannya. Wanita itu berdiri mengesampingkan mereka dengan raut wajah kesedihan. Melihat tunangannya memandang terus ke arah wanita lain, Dania mengencangkan pegangan tangannya. Dia tidak suka Ardhi tunangannya memandang wanita lain walaupun itu adalah kakaknya. Mona Sanjaya dan juga merupakan mantan kekasih Ardhi.
" Ardhi..." Panggil seorang wanita paruh baya. Dia adalah Helen Sanjaya. Istri dari Farid Sanjaya dan merupakan Ibu Mona dan Dania.
" Ayah...Ibu" Sapa Ardhi dengan penuh kesopanan.
Helen menoleh ke arah Mona sambil berteriak "Dasar anak ini, Adik dan adik iparmu memohon restu padamu. Mereka mengajakmu bersulang!". Mona terkejut dengan teriakan ibunya. Dia bergegas mengambil segelas minuman dan melirik ke Dania dan Ardhi. Dalam hatinya dia berkata " Dasar pelacur...Kau tidak akan pernah cocok dengannya selamanya".
Dania memohon kepada Mona untuk merestuinya. " Kakak....apakah kakak tidak mau merestui dan mendoakan aku dan Ardhi?".
" Oh ya...selamat! Semoga berbahagia" Jawab Mona cuek. Lalu meneguk segelas minuman yang ada ditangannya.
Dania tersipu dan pipinya memetrah. Dia semakin merekatkan tangannya menggandeng Ardhi " Terima kasih kakak, dengan doamu kami pasti bahagia".
Mona masih cuek. " Sungguh akting yang sempurna" batinnya.
Mona menunduk gelisah. Hatinya bertanya-tanya kenapa orang tuanya bersikeras agar dirinya hadir di pesta pertunangan ini. Apakah tujuan pesta ini untuk memanas-manasinya. Dia juga heran kenapa kedua orang tuanya seperti sengaja selalu berada disampingnya. Padahal kenyataannya mereka selalu mengabaikan Mona. Apakah mereka takut kalau Mona mengacaukan pesta tersebut. Entahlah...pikiran ini membuat Mona pusing. Dia lalu meletakkan gelas yang dipegangnya dimeja "Ayah, Ibu...aku lelah, aku pulang dulu".
Helen tiba-tiba berteriak " kamu tidak boleh pulang!!!". Mona terkejut dengan ekspresi Helen. Dia sampai terlompat dan tangannya menyenggol gelas yang ada dimeja. Gelas itu jatuh dan pecah.
" Kenapa aku tidak boleh pulang?'' Tanya Mona yang sudah mulai merasakan aneh pada orang tuanya. Tiba-tiba badannya terhuyung seperti akan jatuh. Kepalanya terasa pusing sekali. Tubuhnya mengeluarkan keringat. Dia merasakan sepertitimbul gejolak nafsu yang besar dari dirinya. " Kenapa tubuhku terasa panas sekali..." Dia kemudian terpaku melihat gelas yang pecah di lantai. "Oh tidak...minuman ini pasti dicampur dengan sesuatu" batinnya.
Helen langsung meraih tangan Mona " Mona...kamu kenapa? kamu tidak enak badan ya? Ayo ibu antar kamu istirahat dikamar". Mona ingin sekali pergi dari tempat itu "Lepas...lepaskan aku ibu".
"Plaaakkk" Helen langsung menampar Mona. Mona terhuyung dan memegangi pipi kanannya. Dia menahan sakit.
Helen menatap tajam Mona "Dasar anak tidak tahu diuntung! aku melakukan ini juga demi kebaikanmu. Presdir Budi dari perusahaan Wins menyukaimu!. Ini keberuntungan kamu tahu, sekarang tugasmu adalah membuat Presdir Budi puas. Kau bisa membuat keluarga kita untung besar !".
Mona menunduk "Presdir Budi?....Perusahaan Wins?". Mona tersenyum kecut " Presdir Budi ini adalah pria hidung belang. Dia suka mempermainkan perempuan. Usianya saja lebih tua dua kali lipat dari umurku! Bisa-bisanya dia mengatakan ini demi kebaikanku! batin Mona sambil menahan amarah.
" Bagus kalau kamu mengerti. Menurutlah dan menikah dengan Presdir Budi. Kau akan menjadi nyonya besar perusahaan Wins. Kau tidak akan pernah kekurangan". Helen mengangguk-angguk. Tetapi seketika terkejut saat Mona mendorong tubuhnya menjauh.
"Kamuu!!!" Helen marah besar. Monapun berbalik dan lari meninggalkan Helen. " Berhentiii!" Helen terus berteriak mengumpat. Mona tetap lari sambil sempoyongan lemas. Dia tidak kuat tetapi dia tetap berusaha untuk lari. "Aku tidak boleh tertangkap" batinnya.
Mona terus berlari menyusuri hotel. Dia bingung kemana dia akan bersembunyi. Dia melihat ada salah satu pintu kamar hotel yang terbuka. Dia bergegas berlari untuk bersembunyi di kamar tersebut. Dan akhirnya diapun masuk dan menutup pintu. Dia terduduk di lantai. nafasnya terengah-engah. Tubuhnya gemetar " Panas sekali...Tidak bisa! aku harus pergi. Disini ada orang".
Tiba-tiba pintu dari kamar mandi terbuka. Keluar seorang pria tampan memakai piyama sambil mengelap wajahnya. Dia terhentak melihat Mona ada dikamarnya. "Kamu siapa?".
Mona bangkit. Tetapi keadaannya lemas dia terhuyung kembali. " Maaf...aku tidak tahu kalau ada orang''. Mona semakin kebingungan. Kenapa pria ini datang dan seketika tubuhnya terasa bertambah panas. Dia sudah tidak tahan "Kumohon bantulah aku".
" Pergi!!!" Wajah pria tersebut berubah ketakutan. Tetapi tidak dihiraukan oleh Mona. Dia maju dan menubruk pria tersebut sambil merunduk. "Bantu aku" Mona memohon.
Mona melorot sampai wajahnya menyentuh bagian vital pria itu. " Astaga'' Teriak pria itu. Kemudian pria itu membantu Mona berdiri. Tangan Mona meraih kerah baju piyama pria itu. Mona tidak sadar bahwa pakaian pria itu terbuka karena hanya pakaian bertali. Dia terpana dengan ketampanan pria tersebut. Tubuhnya semakin panas. Dia meronta-ronta dan masih berpegang pada baju pria itu. Pria itu pucat dan rasa takut melanda dirinya. "Sudah lepaskan!" Bentak pria itu.
Mona merengek terus menerus. "Kumohon bantu aku, aku tidak tahan". Mona langsung merebahkan diri ditubuh pria itu. Sang pria semakin panik. "Apa yang harus aku lakukan...kenapa gadis gila ini bisa masuk ke kamarku". Dia bingung mau bagaimana mengatasinya. ini pertama kali dia dekat dengan seorang wanita.
Pria itu gemetaran sambil memegangi Mona. “Apakah kau sengaja melakukan ini?” Tanyanya.Mona menundukkan kepalanya sambil menahan gairah akibat efek obat yang dicampur dengan minumannya oleh orang tuanya. Dia berkata pelan “Maaf...aku tidak bermaksud.....Aku akan pergi”.“ Tunggu...” Pria itu menatap wajah Mona. Tangannya memegang dagu Mona dan mengangkatnya perlahan. “Sungguh cantik wanita ini” batinnya. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajah Mona. Mona terkejut “Apa yang ingin kau lakukak?” Tanya Mona ketakutan. Tetapi pria itu tidak menjawab. Justru malah semakin mendekatkan wajahnya. Akhirnya “Cupp...” Bibir pria itu mendarat di bibir merah Mona. Mona terkejut dan reflek ingin menjauhkan diri. Tapi dia tidak mampu karena seluruh tubuhnya semakin panas. Dia hanya bisa pasrah membiarkan pria asing itu menciumnya.Pria itu semakin lama ciumannya semakin agresif. Dia mengulum bibir Mona dan sesekali memasukkan lidahnya ke mulut Mona. Mereka berciuman mesra hing
“Ka...Kamu siapa” Hani gemetar dan mundur sedikit ke belakang. Pria itu menatap Hani tajam “Panggil dia keluar” Jawab pria itu dingin.Wajah Hani semakin memucat “Apa maksud kamu adalah Mona...Dia sedang sakit dan tidak menerima tamu. Kalau ada urusan dengannya bisa bicara denganku. Aku adalah .....” Belum sampai selesai Hani mengeluarkan kalimatnya. Pria itu masuk kedalam rumah Mona. Hani terkejut “Hei..jangan sembarangan masuk!”.Tetapi pria itu mengabaikannya. Matanya tertuju ke sebuah pintu kamar mandi yang terbuka. Dia bergegas masuk ke kamar mandi itu. Hani panik dan berteriak “Hei...kamu tidak boleh masuk kesitu!”. Pria itu tetap masuk ke kamar mandi dan mendapati Mona sedang dalam keadaan pingsan. Pria itu langsung mengambil kain tirai penghalang dan membalutnya ke tubuh Mona. Dia menggendong Mona secara perlahan-lahan. Karena takut akan menyakiti Mona.“Kenapa kamu masuk sembarangan!” Hani berteriak marah sambil jarinya menunjuk ke pria itu.
Di rumah sakit...Ardhi memalingkan wajahnya begitu melihat Dania. Dania langsung menggandeng lengan Ardhi. “ Apakah kamu juga datang menjenguk kakak ”. Dania menoleh memandang Mona. Dia mencibir “ Kakak juga, kenapa kalau ada masalah tidak mencariku saja. Apakah pantas adik ipar dekat dengan kakaknya sendiri ”.Wajah Hani langsung merah karena Dania. Dia membentak “ Kamu ini!!!”.Mona menepuk bahu Hani “ Sudahlah Hani “. Dia lalu memandang Dania dengan tatapan sinis “Karena sudah menjenguk, bisakah kalian pergi! Kalian mengganggu istirahatku “.Dania langsung menggandeng Ardhi “ Baiklah, kalau begitu aku tidak akan mengganggu waktu istirahat kakak lagi. Oh ya...Ibu menyuruh kakak untuk pulang ke rumah besok”. Mona langsung mengepalkan tangannya dan menunduk “ Baiklah”.Mendengar jawaban kakaknya, Dania langsung tersenyum licik dan berbalik meninggalkan ruangan bersama dengan Ardhi.Ardhi menoleh ke arah Mona “ Kalau begitu lain kali a
Keesokan harinya di villa keluarga Sanjaya. Suasana tampak hening di meja makan. Mona sedari tadi diam dan menyantap makanannya. Mereka anggota keluarga sanjaya tampak sedang menikmati lezatnya masakan di meja makan.Farid sanjaya, kepala keluarga sanjaya duduk di ujung meja makan besar itu. Di sampingnya ada Helen Sanjaya, Istri Farid. Dan di sebalahnya duduk putri kesayangan mereka. Dania Sanjaya.Mona duduk di ujung aga jauh dari mereka. Dia terpaksa datang dan merasa sudah muak dengan keluarga ini karena selalu memperlakukannya dengan buruk.Farid menoleh ke Helen lalu mengedipkan mata. Helen paham maksud dari Farid. Dia menolah ke arah Mona. “ Mona” Panggil Helen dengan lembut.Mona mendongak memandang ibunya “ Yaa?”.“ Kamu tahu sekarang kamu tidak muda lagi. Ayah dan ibu sudah merencanakan sebuah pernikahan untukmu. Dia juga seusiamu. Lulusan profesor dari luar negeri. Sabtu sore datanglah temui dia “.Mona tersenyum pahit mendengar perkata
Terpampang foto Dania sedang menggandeng tangan Ardhi pada saat pesta pertunangan mereka. Di bawahnya juga ada foto Mona dan Ardhi saat masih berpacaran pada waktu kuliah dulu. Mona mengerutkan alisnya. Dia teringat masa lalu saat dia dan Ardhi berjalan-jalan di taman.“ Jelas-jelas kita ini adalah pasangan yang sebenarnya. Kenapa kita harus sembunyi-sembunyi seperti ini? “ Kata Ardhi sambil menggenggam tangan Mona.“ Huuh...kamu tau ga sih, kita ini masih kuliah. Kita tidak boleh sombong. Kau kan juga tahu kalau kau sangat terkenal di kampus. Aku tidak mau para gadis di kampus kemudian memusuhiku “ Jawab Mona dengan cemberut. Ardhi tersenyum dan merangkul pinggang Mona. “ Hanya kamu yang aku cintai “. Ardhi mengecup kening Mona.****Mona tersenyum kecut melihat foto-foto itu. Dalam hatinya berkata “ Ternyata pada saat itu Dania sudah merencanakannya. Haha...benar-benar rencana sempurna.“ Keterlaluan!! Mona kamu tenang saja. Aku akan menuyuruh pengelo
“ Uhuk...uhuk! Aku tidak salah dengar kan? “ Beny nyaris tertawa terbahak-bahak. Dia melirik geli ke arah Raka. “ Benarkah pohon beringin tua ini berencana mendekati seorang gadis? Kamu masih perjaka kan? Haha “ katanya mengejek.Raka langsung mencibir dan maengalihkan pandangannya karena kesal “ Tidak! “ Jawabnya ketus. Fauzi yang sedari tadi diam kemudian tersenyum dan menepuk punggung Beny “ Seriuslah sedikit. “Beny kemudian mengangguk. Dia menoleh ke Raka dengan wajah penasaran “ Hah, tidak apa? ““ Ehmm “ Fauzi berdehem untuk memperingatkan Beny agar serius.Beny mencibir “ Iya iya, bawel amat sih! ““ Menurutku ya, apakah kau masih perlu memikirkannya? Tidak perlu menggunakan identitasmu. Hanya modal dengan tampang tampanmu saja para gadis sudah pada mengantri “ Beny memberikan penjelasan seolah-olah dia adalah seorang tutor profesional.Raka kembali mengambil gelas dan meneguk minuman. Kemudian dia termenung dan berpikir “ Dia bukan
Suasana di basement perusahaan Fly semakin ramai. Semua Karyawan sudah mulai berdatangan. Termasuk juga Mona dan Hani. Mereka juga bergegas untuk datang.Mona terpaku melihat para karyawan kemudian menyingkir ketika melihat Mona. Mereka memberikan jalan untuk Mona agar maju ke depan. Mona melihat Ibunya Ardhi sedang memegang tangan Dania.“ Kelak seringlah bermain ke rumah keluarga Wisnu. Jika ada masalah di perusahaan, beritahukanlah kepadaku. Jangan dipendam sendiri. “Dania mengangguk, “ Baiklah bibi. ““ Jika ibumu tidak mengatakannya, aku tidak tahu kalau kau mendapatkan hinaan di perusahaan “ Nyonya Wisnu kemudian membelai rambut Dania.“ Aku akan berkunjung ke keluarga Wisnu, kuharap bibi tidak merasa terganggu. “Nyonya Wisnu kemudian tersenyum, “ Tentu saja tidak, aku justru sangat senang jika kau mau menemaniku. “Nyonya Wisnu kemudian menatap tajam ke arah Mona berada. Kemudian dia berbicara tegas, “ Jika ada karyawan yang berani
Dania terkekeh. Dia berencana untuk mengambil keuntungan dengan menjebak Mona. “ Kakak, malam ini ada makan malam. Kau harus datang, dengan begitu aku anggap itu adalah tugasmu yang terakhir di perusahaan Fly. ““ Apakah dengan hadirnya aku di makan malam itu kau akan melepaskan aku? Termasuk juga Hani? “ Jawab Mona ketus.“ Yaa, lagipula dari awal aku juga sudah tidak suka dengan anak itu “ Dania tampak malas menanggapi.Mona mengangguk “ Baiklah, aku akan pergi. “Mona lalu berbalik meninggalkan ruangan Dania. Dania berteriak “ Kakak, nanti malam di Restourant Goodfood. Jangan terlambat. “ Tetapi Mona mengabaikannya.***Malam harinya,Di Restaurant Goodfood yang sangat mewah. Tampak dua gadis sedang merayu genit seorang pria paruh baya. Umurnya pria itu terlahat sudah menginjak kepala empat. Dia mengenakan kemeja putih mewah berdasi dan celana hitam. Dilihat dari penampilannya dia adalah seorang pengusaha kaya yang sukses. Tampak kedua ga