Share

BAB 2

Penulis: Zukma_Artajaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-26 11:34:16

Pria itu gemetaran sambil memegangi Mona. “Apakah kau sengaja melakukan ini?” Tanyanya.

Mona menundukkan kepalanya sambil menahan gairah akibat efek obat yang dicampur dengan minumannya oleh orang tuanya. Dia berkata pelan “Maaf...aku tidak bermaksud.....Aku akan pergi”.

“ Tunggu...” Pria itu menatap wajah Mona. Tangannya memegang dagu Mona dan mengangkatnya perlahan. “Sungguh cantik wanita ini” batinnya. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajah Mona. Mona terkejut “Apa yang ingin kau lakukak?” Tanya Mona ketakutan. Tetapi pria itu tidak menjawab. Justru malah semakin mendekatkan wajahnya. Akhirnya “Cupp...” Bibir pria itu mendarat di bibir merah Mona. Mona terkejut dan reflek ingin menjauhkan diri. Tapi dia tidak mampu karena seluruh tubuhnya semakin panas. Dia hanya bisa pasrah membiarkan pria asing itu menciumnya.

Pria itu semakin lama ciumannya semakin agresif. Dia mengulum bibir Mona dan sesekali memasukkan lidahnya ke mulut Mona. Mereka berciuman mesra hingga Mona pun menikmatinya.  Pria itu mendorong Mona ke atas ranjang. “Apa yang mau kamu lakukan?” Mona gemetaran.

Pria itu tersenyum. Dia membelai rambut indah Mona. Kemudian membisikkan kata di telinga Mona “Bukankah sudah aku bilang. Kalau sudah datang maka tidak boleh pergi”. Pria itu lengsung menciumi leher Mona. Mona pun mendesah menikmati adegan tersebut.

Flashback pada awal cerita ...

Setelah keduanya melakukan hubungan intim itu. Mereka kelelahan dan tertidur tanpa memakai busana sehelai benangpun. Mereka tertidur sambil berpelukan.

“Hmmmm” Mona membuka matanya perlahan. Dia bangun dan memindahkan tangan pria itu yang memeluk tubuhnya. Dia melirik sambil mencibir “Ya Tuhan...Apa sih yang dia makan. Berat sekali..huft”.

Mona terpaku melihat wajah sang pria yang sedang tertidur. Dia menahan nafas lega “Haduuh...Untunglah bukan CEO tua itu. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku melakukan begituan dengan si bangka tua itu!” pikirnya dalam hati.

“ Tinggal satu kamar ini yang belum di periksa! Cepat periksa!  Gadis sialan itu pasti ada di dalam!” Terdengar teriakan sangat keras dari luar kamar. Mona terkejut. Itu adalah suara ibunya.

“ Monaaa!!! Buka pintunya!” Pintu kamar itu terus di gedor dari luar.

Mona gemetaran “Sial...apakah mereka membawa orang untuk menyeretku!” Maki Mona dalam hati. Dia bangkit dari ranjang untuk melarikan diri. Tetapi dia terhuyung dan jatuh di samping tempat tidur “Bagaimana ini...aku masih terasa lemas”.

Tetapi Mona memaksakan diri untuk bangun. Dia meraba bajunya dan melihatnya. Dia lega karena bajunya tidak robek sedikitpun. Dia segera berdiri untuk memakai bajunya. Tiba-tiba tangannya menghangat seakan-akan dipegang oleh orang lain. Dia menoleh dan memang benar tangannya di pegang oleh pria itu.

“Mau kemana?” Tanya pria itu. Mona tersenyum mengisyaratkan sesuatu. Dia harus berusaha agar pria itu tidak terkena masalah karenanya. Kemudian dia memegang pipi kanan pria itu. “ Mereka sedang mencari aku. Kamu bersembunyilah di kamar. Jangan keluar sebelum kami pergi” Jawab Mona halus.

“ Hmmmm” Pria itu mengangguk. Kemudian menatap Mona dengan penuh kasih. Dia heran kenapa hatinya bergetar di hadapan Mona. Tetapi dia berusaha menyembunyikannya. Dia membelai rambut Mona dan mengecup keningnya. Mona mencibir “Apa-apan ini”.

“Aku bisa membantumu...tapi dengan satu syarat” Jawab sang pria dengan yakin.

Mona terkejut dengan sikap pria itu. Kenapa orang ini begitu percaya diri? Sebenarnya siapa pria ini.

Dengan hati-hati Mona menjawab “Apa syarat itu?”.

Pria itu terkekeh dan menciutkan bibirnya seperti anak kecil. “ Cium aku “ Jawab pria itu tanpa rasa malu.

“Haahhh” Mona tersentak mendengarnya. Hatinya terasa geli. “ Syarat macam apa ini” batinnya.

Sang pria terus merengek “Ayolah...satu ciuman saja. Jangan membuatku untuk mengatakannya dua kali. Bahkan tidur saja sudah. Apa ruginya memberikan satu ciuman”.

Tanpa pikir panjang Mona langsung mendaratkan bibirnya ke bibir pria itu dengan cepat sehingga pria itu terkejut. Mona langsung berbalik dan tertawa “ Yang penting cium kan, kau tidak bilang harus berapa lama”.

“ Aduhh...sakit “ Pria itu memegangi bibirnya. Kemudian menatap Mona sambil tersenyum.  Dia mengambil ponselnya yang ada di meja hotel kemudian menelpon “ Urus semua orang yang ada di depan pintu!”. Mona tersenyum melihat tingkah pria itu. Pipinya memerah. Dia berbalik ingin keluar dari kamar itu.

Tetapi pria itu menahannya. Dia memegang erat tangan Mona. Mona pun tersentak. Pria itu membalikkan Mona dengan keras dan memeluknya. Wajahnya sangat dekat dengan wajah Mona. Hingga akhirnya mencium kembali bibir Mona.

“Hmmm....ahhh” Mereka kembali melakukan hubungan intim kembali.

****

Di sebuah apartemen lima lantai. Ketika malam semakin larut. Suasana apartemen juga sangat sunyi karena para penghuninya sedang beristirahat. Mona menyewa salah satu lantai di apartemen itu. Dia tinggal di lantai dua. Semua lantai di apartemen itu padam. Terlihat hanya satu yang lampunya masih menyala. Itu adalah lantai yang ditinggali Mona. Dia tidak tinggal di rumah orang tua angkatnya. Dia ingin mandiri. Lagipula orang tuanya tidak pernah menganggapnya.

Mona duduk lesu di kamar mandi. Dia meratapi apa yang sudah terjadi padanya di malam itu. Dia sangat sedih dan merasa hancur. Kenapa bisa terjadi seperti ini. Dia bersyukur bisa melarikan diri dari pria yang ada di kamar hotel tadi ketika pria itu sedang tertidur lelap. Mona tidak tahan lagi hingga meneteskan air mata. “Kenapa kehidupanku seperti ini”batinnya. Dia terus merunduk meratapi nasibnya.

“Klakk” Terdengar suara pintu . “Mona...kenapa kamu malam-malam menyalakan lampu kamar mandi?” Suara seorang gadis memanggil Mona. Dia adalah Hani, Sahabatnya Mona dan selalu ada buat Mona. Dia masuk ke kamar mandi dan terkejut melihat keadaan Mona. “Kamu?”.

Mona mendongak menatap sahabatnya. “ Hani” Mona menangis.

Hani segera menghampiri Mona cemas “Mona, apa yang terjadi”. Mona tidak menjawab. Dia semakin menangis. Hani bergegas memeluknya  “Tidak apa-apa, aku menemanimu disini” Hibur Hani.

“Hani...hiks” Ratap Mona dalam pelukan Hani. “Mereka memaksaku untuk menikah dengan CEO Budi yang tua itu. Mereka memasukkan obat perangsang dalam minumanku dan memaksaku untuk melayani CEO tua itu. Sekalipu aku anak angkat, tetapi kami sudah hidup bersama-sama. Ketika memelihara anjingpun harus mengerti satu sama lain. Tapi kenapa mereka melakukan ini padaku. Apa salahku kepada mereka..Apa aku bukan anak yang baik..hiks” Tangis Mona semakin keras.

Hani tidak tega terhadap keadaan sahabatnya. Diapun meneteskan air mata dan semakin memeluk Mona. “Ini bukan salahmu, kamu orang yang sangat baik. Merekalah yang tidak baik”.

Mona tiba-tiba pingsan. Hani terkejut “Mona... Astaga, kenapa badanmu panas sekali? Kamu sakit?”. Hani panik dan cemas melihat keadaan Mona. “Aku harus membawanya ke rumah sakit “batinnya.

Hani mengambil ponsel  Mona yang ada ditangannya. Dia terkejut melihat nama yang terpampang dalam layar ponsel  Mona. Tertera nama Ardhi dalam layar tersebut. “Apa Monabelum bisa melepaskan orang ini?” Hani mengerutkan alisnya.

Hani tidak peduli. Dia langsung menekan tombol panggilan ke nomor Ardhi. Begitu panggilannya diangkat Hani langsung berteriak “Halo...Ardhi, Mona sakit. Aku butuh bantuanmu. Aku tidak bisa melakukannya sendiri”.

“Sakit ya? Ya cari dokter sana. Ardhi itu bukan dokter! Untuk apa mencarinya” Jawab seorang gadis yang mengangkat panggilan di ponsel Ardhi.

Hani terkejut, suara ini “Dania??? Kenapa bisa kamu?.

“ Iya ini aku....dan tolong kedepannya jangan cari Ardhi lagi! Apakah kalian tahu Ardhi sudah mempunyai tunangan! Jika Mona menggoda tunangan adiknya, itu akan menjadi masalah besar buatku”.

“Dasar wanita sialan. Kamu kira aku butuh bantuanmu??? Aku tidak sudi ” Hani melempar ponselnya.

Ting tong....terdengar suara bel pintu. Hani berteriak “Ah ribut sekali malam-malam!”.

Hani merebahkan Mona dan ke depan untuk membukakan pintu “Maaf...cari siapa?”.

Terlihat seorang pria berdasi dengan beberapa bodyguard dibelakangnya. “Permisi...apa nona Mona ada?”.

“Kalian siapa?” Hani mengerutkan kening.

“ CEO kami mencari nona Mona” seketika pria itu dan bodyguardnya berbaris memberi jalan. Terlihat seorang pria tampan dan berkharisma berjalan maju “Dimana gadis itu?”.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 52

    Dania, yang masih dipenuhi rasa iri dan dendam terhadap Mona, memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih besar dan lebih berbahaya. Di tengah rencana jahatnya, dia teringat pada seorang sekutu potensial, Ayana, seorang putri keluarga kaya yang terkenal, cerdas, namun juga ambisius. Ayana sudah lama menaruh hati pada Raka dan merasa tersingkir sejak Mona menjadi istri Raka. Keduanya segera bertemu di sebuah kafe eksklusif, di mana Dania mengajukan ide gila untuk merusak kehidupan Mona.“Ayana, kamu tahu Mona bukan? Istri Raka itu…” ujar Dania dengan tatapan sinis, memancing respons Ayana.“Siapa yang tidak tahu?” jawab Ayana dengan suara dingin sambil menyeruput kopinya. “Dia menikahi Raka, dan tiba-tiba semua orang menghormatinya, seolah-olah dia layak mendapat semua itu.”Dania tersenyum, melihat kesamaan ambisi mereka. “Bagaimana kalau kita bekerja sama untuk membuat hidup Mona lebih sulit? Kita berdua tahu dia bukan siapa-siapa tanpa Raka.”Ayana terdiam sejenak, mempertimbangka

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 51

    Setelah beberapa minggu bekerja sama dalam suasana yang baik, hubungan Mona dan Liana kembali diuji ketika mereka berhadapan dengan masalah besar di perusahaan. Liana telah menyusun sebuah proyek yang cukup ambisius, yang menurutnya bisa mengangkat nama perusahaan ke degree berikutnya. Namun, saat Mona meninjau concept Liana, dia merasa proyek tersebut terlalu berisiko dan berpotensi mengganggu stabilitas perusahaan jika gagal.Mona menyampaikan pendapatnya dengan serius kepada Liana, berharap bisa berdiskusi untuk mencari solusi yang lebih aman. Namun, tanggapan Liana justru membuat suasana tegang. Alih-alih mendengarkan, Liana merasa bahwa Mona sekali lagi meremehkan kemampuannya.“Kamu selalu berpikir kamu yang paling tahu segalanya, Mona,” kata Liana dengan nada sinis. “Padahal, ide ini adalah kesempatan besar bagi kita. Tapi kamu terlalu takut untuk mengambil risiko!”Mona menggelengkan kepala, berusaha menahan emosinya. “Liana, ini bukan soal siapa yang lebih tahu. Aku hanya mem

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 50

    Setelah acara double date yang seru itu, Mona dan Liana kembali menjalani aktivitas mereka masing-masing. Namun, di balik kedekatan mereka yang perlahan terjalin, masih ada sisa-sisa ketegangan yang belum sepenuhnya terselesaikan. Ketegangan itu muncul lagi ketika Mona dan Liana sedang berdiskusi tentang beberapa keputusan penting terkait perusahaan keluarga. Diskusi yang awalnya berjalan biasa mulai memanas ketika pandangan mereka mengenai proyek yang sedang digarap ternyata sangat berbeda. Mona, yang sudah lama terlibat dalam perusahaan keluarga Hartono bersama Raka, merasa bahwa keputusan Liana terlalu berisiko. Sementara Liana, dengan keyakinannya sendiri, menganggap Mona terlalu berhati-hati dan tidak berani mengambil langkah berani yang dibutuhkan untuk memajukan perusahaan. “Aku cuma ingin memastikan bahwa kita mengambil langkah yang aman, Liana. Semua ini menyangkut banyak orang, bukan cuma kita berdua!” tegas Mona, mencoba menjelaskan alasan kehati-hatiannya. Liana mendengu

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 49

    Fauzi dan Lisa, yang baru saja resmi menjadi pasangan, memutuskan untuk merayakan kebahagiaan mereka dengan mengajak Ubay dan Dina untuk double date. Bagi Ubay, ini adalah pengalaman yang cukup baru, karena biasanya ia menjalani kencan hanya berdua dan sering kali hanya dalam suasana santai. Tapi kali ini, bersama Dina dan sahabat-sahabatnya, kencan ini memiliki kesan yang berbeda—lebih hangat dan penuh canda tawa.Mereka berempat memutuskan untuk menghabiskan hari dengan piknik di taman, tempat yang sejuk dan dikelilingi oleh bunga-bunga yang sedang bermekaran. Fauzi dan Lisa tiba terlebih dahulu, memilih lokasi yang strategis dengan pemandangan danau kecil. Tak lama kemudian, Ubay dan Dina datang membawa keranjang piknik berisi camilan dan minuman yang telah disiapkan oleh Dina."Wow, kalian benar-benar siap!" seru Fauzi sambil terkekeh saat melihat keranjang yang dibawa oleh Ubay.Lisa mengangguk setuju, “Ubay dan Dina sepertinya sudah ahli dalam hal piknik, nih. Terlihat seperti pa

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 48

    Fauzi merasa gugup ketika duduk di sebuah kafe yang nyaman, menunggu Lisa tiba. Selama beberapa waktu terakhir, hatinya terasa tak menentu setiap kali mereka bertemu. Dia tak lagi sekadar merasa nyaman; kini ada perasaan hangat yang mengalir ketika bersama Lisa, sahabat Mona yang telah berhasil mencuri perhatiannya. Saat Lisa akhirnya datang dan menyapanya, Fauzi tersenyum hangat. "Hei, sudah lama nunggu?" tanya Lisa, sambil menarik kursi di depannya. "Enggak kok, baru saja," jawab Fauzi sambil berusaha menjaga ketenangan, meskipun jantungnya berdetak cepat. Mereka mengobrol ringan seperti biasanya, tapi kali ini ada sedikit perbedaan. Fauzi sesekali mencuri pandang ke arah Lisa, memperhatikan senyumnya yang tulus dan cara dia tertawa. Lisa juga merasakan kehangatan dari Fauzi yang membuatnya merasa nyaman dan damai. Mereka berdua menikmati obrolan tanpa sadar waktu yang berjalan. Akhirnya, setelah mengumpulkan keberanian, Fauzi memutuskan untuk berbicara tentang perasaannya. "Lisa

  • GADIS IMPIAN SANG CEO   BAB 47

    Di sebuah kafe dengan suasana santai dan nyaman, Ubay duduk sambil menyeruput kopinya, sesekali melirik seorang gadis yang duduk di meja sebelah. Gadis itu terlihat asyik membaca buku, tenggelam dalam dunianya sendiri. Dengan rambut panjang berombak, wajahnya yang manis, dan senyumnya yang samar, Ubay merasa ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. "Baiklah, Ubay. Ini saatnya beraksi," gumamnya pada diri sendiri, mencoba memberi semangat. Dengan percaya diri, ia pun melangkah mendekati meja gadis itu dan memberi salam dengan senyuman lebar. "Permisi, boleh aku gabung? Atau kamu lebih suka menikmati kopi dan bacaanmu sendirian?" tanyanya dengan nada lembut dan sopan. Gadis itu terkejut sesaat, lalu menatap Ubay. Ia tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya tersenyum kecil dan berkata, "Oh, tentu, silakan." Ubay duduk di depan gadis itu, berusaha mencari pembicaraan yang pas untuk memulai. "Kamu suka baca, ya? Aku nggak terlalu sering lihat ada orang yang bisa menikmati buku di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status