“ Uhuk...uhuk! Aku tidak salah dengar kan? “ Beny nyaris tertawa terbahak-bahak. Dia melirik geli ke arah Raka. “ Benarkah pohon beringin tua ini berencana mendekati seorang gadis? Kamu masih perjaka kan? Haha “ katanya mengejek.
Raka langsung mencibir dan maengalihkan pandangannya karena kesal “ Tidak! “ Jawabnya ketus. Fauzi yang sedari tadi diam kemudian tersenyum dan menepuk punggung Beny “ Seriuslah sedikit. “
Beny kemudian mengangguk. Dia menoleh ke Raka dengan wajah penasaran “ Hah, tidak apa? “
“ Ehmm “ Fauzi berdehem untuk memperingatkan Beny agar serius.
Beny mencibir “ Iya iya, bawel amat sih! “
“ Menurutku ya, apakah kau masih perlu memikirkannya? Tidak perlu menggunakan identitasmu. Hanya modal dengan tampang tampanmu saja para gadis sudah pada mengantri “ Beny memberikan penjelasan seolah-olah dia adalah seorang tutor profesional.
Raka kembali mengambil gelas dan meneguk minuman. Kemudian dia termenung dan berpikir “ Dia bukan gadis seperti itu. “
“ Haha, semuanya sama saja. Kau hanya tidak pernah bertemu dengan banyak gadis saja “ Beny mengejek Raka. Saat ini hatinya sangat puas karena sukses membuat Raka kesal.
“ Huft “ Raka memalingkan wajahnya.
Beny mendekati Raka dan berbisik “ Biarkan aku mengajarimu. Caranya begini “ Beny menjelaskan panjang lebar menggurui Raka. Dan Raka pun mendengarkannya dengan seksama. “ Iya iya “ Jawab Raka dengan menganggukkan kepala.
***
Pagi harinya di Perusahaan Fly.
Mona memasuki perusahaan. Mona merasa hari demi hari situasi perusahaan tampak bertambah aneh. Suasana semakin hening dari biasanya. Hani melihat sekeliling. “ Mona, apa berita itu masih menjadi tranding topik di akun perusahaan ini. Mereka masih menganggapmu sebagai perusak hubungan orang? “
Mona menggelengkan kepalanya “ Aku tidak tahu. “ Pikiran Mona bercampur. Dalam hatinya bertanya-tanya apakah orang yang dikenalnya itu berhasil mengatasi ini.
“ Kak Mona, Kak hani “ Nina berteriak memanggil dan berlari ke tempat Mona dan Hani berada.
“ Kak Mona, lihatlah ini! Ada berita baru. “
Nina memperlihatkan berita yang terpampang di layar ponselnya. “ Orang yang kemarin meyebarkan berita telah mengabarkan ini. “
Hani langsung terpaku melihat berita yang ada di layar itu, “ I...ini ! ‘’
Terpampang jelas sebuah berita klarifikasi dari si penyebar berita. Dia meminta maaf kepada Mona karena telah menyebarkan berita itu tanpa menyelidiki kebenarannya. Sehingga membuat semua orang berpikiran buruk kepada Mona. Berita itu juga membalikkan berita sebelumnya yang mengatakan bahwa Mona perusak hubungan orang menjadi Dania.
Kemudian di bawah penjelasan itu terdapat foto ketika Dania datang menghampiri Mona dan Ardhi. Di foto itu sangat jelas kalau Ardhi sedang menggandeng pinggang Mona dengan mesra.
“ Ah ternyata ada video “ Nina penasaran dan mengeklik tombol pembuka video tersebut.
Mona terpaku melihat icon video tersebut. Kemudian berteriak “ Tunggu! “
Tapi Nina sudah terlanjur memutar video itu. Tanpa pikir panjang Mona langsung merebut ponsel yang ada di tangan Nina.
Nina terkejut seketika. Bukan karena poselnya direbut oleh Mona. Tetapi terkejut karena isi video tersebut. “ CEO Dania...dia, dia?? “
Mona memukul dahinya dan berkeringat. “ Apa-apaan pria itu. Bahkan video seperti ini dia keluarkan. Astaga, ini pasti akan menjadi masalah besar. “
Sementara di ruang kerja Dania,
Dania sangat marah melihat berita yang tersebar. Dia melemparkan sebuah map tebal ke wajah Nara yang saat itu berdiri di depannya sambil merunduk.
“ Apa yang kamu lakukan! Berita ini disebarkan olehmu kan? “ Bentak Dania.
Nara panik dan berkeringat dingin. Tubuhnya gemetar ketakutan. “ Aku tidak tahu, sungguh bukan aku yang memposting ini.”
“ Bukan kamu! “ Dania memukul meja sangat keras. “ Beranikah kamu mengatakan bahwa yang ada di forum berita itu bukan kamu! “
Nara semakin gugup dan gelisah, “ Benar, tapi... Aku tidak bisa masuk ke akunku. Sudah berulang kali aku mencoba mereset kata sandiku. Tapi selalu salah.”
“ Apakah ada seseorang yang membantu Mona? “ Pikir Nara dalam hati.
“ Segera suruh orang hapus postingan ini! “ Bentak Dania.
“ Tapi aku sama sekali tidak bisa menghapusnya. “
Dania semakin marah, “ Tidak peduli! Lakukan perintahku! “
Nara ketakutan dan bergegas keluar dari ruang kerja Dania. “ Baik.”
Dania mengepalkan tangannya. Dia bingung, saat ini situasinya sangat sulit. “ Tidak! Bukan aku yang orang ketiga! Ini pasti kerjaan Mona. Lihat saja Mona, aku pasti akan membalasmu.”
Dania lalu melangkahkan kaki untuk keluar dari ruangannya. Dia membuka pintu dan semua karyawan menoleh memandangnya. Para karyawan kemudian berbisik-bisik sehingga membuat Dania malu dan semakin marah. Dia membanting pintu dan kembali masuk ke ruangannya. Dia tidak tahan dengan rasa malu ini.
Kemudian dia mengambil ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan, “ Ibu, Tolong aku.”
***
Para karyawan Perusahaan Fly masih membicarakan berita yang panas itu. Mona dari tadi cuek dan fokus pada pekerjaannya. Tiba-tiba dia merasa gelisah “ Ada apa denganku. Kenapa perasaanku tidak enak? “
Hani menyenggol bahu Mona. “ Sekarang kau harus menceritakannya. Apa yang sebenarnya terjadi? “
“ Apa kau ingat saat terakhir kali waktu aku mengunjungi panti asuhan sendirian? “
Hani mengangguk, “ Iya aku ingat, waktu itu aku mau menemanimu. Tetapi tidak jadi karena aku ada urusan mendadak. “
Mona menghela nafas dan melihat ke langit-langit, “ Sebenarnya saat itu aku bertemu dengan seorang pengemis. “
Hani terkejut, “ Hah, Pengemis? “
Mona mengangguk, “ Dia sangat kotor sekali. Baunya tubuhnya juga tidak sedap. Tetapi, matanya sangat indah. Aku menduga dia sudah lama tidak makan. Jadi aku memberikannya makanan. Dia sangat berterima kasih. Kemudian dia meminta nomorku agar suatu saat dia bisa membalas kebaikanku saat aku membutuhkannya. “
Hani langsung berdiri kesal, “ Apa? Dia minta terus kamu langsung kasih? Kalau dia penipu bagaimana! “
“ Aku tidak bodoh, aku hanya memberikan id wechat. Lagipula aku rasa bukan penipu. Dia hanya seperti orang idiot. “
“ Kayaknya memang idiot. “ Hani menganggukkan kepalanya. “ Lalu? “
“ Setelah sekian lama sejak kejadian itu. Akupun sudah lupa, dia menambahkan pertemanan denganku. Lalu kami mulai mengobrol, dia berkata sebenarnya dia bukan seorang pengemis. Dia sedang mencari kerabatnya tetapi di tengah jalan dia kerampokan sehingga tidak punya apa-apa saat itu. Nah, kebetulan terjadi hal seperti ini. Aku teringat bahwa dia pernah mengatakan bahwa dia adalah seorang hacker. Jadi aku menghubunginya, aku juga tidak menyangka dia membalasku. Akhirnya terjadi deh seperti ini. “
“ Dia mengatakan mencari kerabatnya dan kerampokan di tengah jalan. Hal ini hanya kau yang percaya! Aku rasa dia tidak sesederhana itu. Lebih baik kamu menjauh darinya. “
“ Baiklah, jangan marah lagi. “ Mona menggoyang-goyangkan tubuh sahabatnya.
Tiba-tiba ada seorang wanita yang berteriak “ Nyonya Wisnu datang. “
Seketika Mona merasa gelisah. “ Perasaanku tidak enak “ batinnya.
Wanita itu mengabarkan ke semua karyawan dengan gugup. “ Semua karyawan diminta berkumpul di basement. Mungkin ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Oh iya Mona, Nyonya Wisnu ingin menjelaskannya sendiri. Kau diminta untuk segera kesana. “
Mona terkejut ketika mendengarnya.
Dania, yang masih dipenuhi rasa iri dan dendam terhadap Mona, memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih besar dan lebih berbahaya. Di tengah rencana jahatnya, dia teringat pada seorang sekutu potensial, Ayana, seorang putri keluarga kaya yang terkenal, cerdas, namun juga ambisius. Ayana sudah lama menaruh hati pada Raka dan merasa tersingkir sejak Mona menjadi istri Raka. Keduanya segera bertemu di sebuah kafe eksklusif, di mana Dania mengajukan ide gila untuk merusak kehidupan Mona.“Ayana, kamu tahu Mona bukan? Istri Raka itu…” ujar Dania dengan tatapan sinis, memancing respons Ayana.“Siapa yang tidak tahu?” jawab Ayana dengan suara dingin sambil menyeruput kopinya. “Dia menikahi Raka, dan tiba-tiba semua orang menghormatinya, seolah-olah dia layak mendapat semua itu.”Dania tersenyum, melihat kesamaan ambisi mereka. “Bagaimana kalau kita bekerja sama untuk membuat hidup Mona lebih sulit? Kita berdua tahu dia bukan siapa-siapa tanpa Raka.”Ayana terdiam sejenak, mempertimbangka
Setelah beberapa minggu bekerja sama dalam suasana yang baik, hubungan Mona dan Liana kembali diuji ketika mereka berhadapan dengan masalah besar di perusahaan. Liana telah menyusun sebuah proyek yang cukup ambisius, yang menurutnya bisa mengangkat nama perusahaan ke degree berikutnya. Namun, saat Mona meninjau concept Liana, dia merasa proyek tersebut terlalu berisiko dan berpotensi mengganggu stabilitas perusahaan jika gagal.Mona menyampaikan pendapatnya dengan serius kepada Liana, berharap bisa berdiskusi untuk mencari solusi yang lebih aman. Namun, tanggapan Liana justru membuat suasana tegang. Alih-alih mendengarkan, Liana merasa bahwa Mona sekali lagi meremehkan kemampuannya.“Kamu selalu berpikir kamu yang paling tahu segalanya, Mona,” kata Liana dengan nada sinis. “Padahal, ide ini adalah kesempatan besar bagi kita. Tapi kamu terlalu takut untuk mengambil risiko!”Mona menggelengkan kepala, berusaha menahan emosinya. “Liana, ini bukan soal siapa yang lebih tahu. Aku hanya mem
Setelah acara double date yang seru itu, Mona dan Liana kembali menjalani aktivitas mereka masing-masing. Namun, di balik kedekatan mereka yang perlahan terjalin, masih ada sisa-sisa ketegangan yang belum sepenuhnya terselesaikan. Ketegangan itu muncul lagi ketika Mona dan Liana sedang berdiskusi tentang beberapa keputusan penting terkait perusahaan keluarga. Diskusi yang awalnya berjalan biasa mulai memanas ketika pandangan mereka mengenai proyek yang sedang digarap ternyata sangat berbeda. Mona, yang sudah lama terlibat dalam perusahaan keluarga Hartono bersama Raka, merasa bahwa keputusan Liana terlalu berisiko. Sementara Liana, dengan keyakinannya sendiri, menganggap Mona terlalu berhati-hati dan tidak berani mengambil langkah berani yang dibutuhkan untuk memajukan perusahaan. “Aku cuma ingin memastikan bahwa kita mengambil langkah yang aman, Liana. Semua ini menyangkut banyak orang, bukan cuma kita berdua!” tegas Mona, mencoba menjelaskan alasan kehati-hatiannya. Liana mendengu
Fauzi dan Lisa, yang baru saja resmi menjadi pasangan, memutuskan untuk merayakan kebahagiaan mereka dengan mengajak Ubay dan Dina untuk double date. Bagi Ubay, ini adalah pengalaman yang cukup baru, karena biasanya ia menjalani kencan hanya berdua dan sering kali hanya dalam suasana santai. Tapi kali ini, bersama Dina dan sahabat-sahabatnya, kencan ini memiliki kesan yang berbeda—lebih hangat dan penuh canda tawa.Mereka berempat memutuskan untuk menghabiskan hari dengan piknik di taman, tempat yang sejuk dan dikelilingi oleh bunga-bunga yang sedang bermekaran. Fauzi dan Lisa tiba terlebih dahulu, memilih lokasi yang strategis dengan pemandangan danau kecil. Tak lama kemudian, Ubay dan Dina datang membawa keranjang piknik berisi camilan dan minuman yang telah disiapkan oleh Dina."Wow, kalian benar-benar siap!" seru Fauzi sambil terkekeh saat melihat keranjang yang dibawa oleh Ubay.Lisa mengangguk setuju, “Ubay dan Dina sepertinya sudah ahli dalam hal piknik, nih. Terlihat seperti pa
Fauzi merasa gugup ketika duduk di sebuah kafe yang nyaman, menunggu Lisa tiba. Selama beberapa waktu terakhir, hatinya terasa tak menentu setiap kali mereka bertemu. Dia tak lagi sekadar merasa nyaman; kini ada perasaan hangat yang mengalir ketika bersama Lisa, sahabat Mona yang telah berhasil mencuri perhatiannya. Saat Lisa akhirnya datang dan menyapanya, Fauzi tersenyum hangat. "Hei, sudah lama nunggu?" tanya Lisa, sambil menarik kursi di depannya. "Enggak kok, baru saja," jawab Fauzi sambil berusaha menjaga ketenangan, meskipun jantungnya berdetak cepat. Mereka mengobrol ringan seperti biasanya, tapi kali ini ada sedikit perbedaan. Fauzi sesekali mencuri pandang ke arah Lisa, memperhatikan senyumnya yang tulus dan cara dia tertawa. Lisa juga merasakan kehangatan dari Fauzi yang membuatnya merasa nyaman dan damai. Mereka berdua menikmati obrolan tanpa sadar waktu yang berjalan. Akhirnya, setelah mengumpulkan keberanian, Fauzi memutuskan untuk berbicara tentang perasaannya. "Lisa
Di sebuah kafe dengan suasana santai dan nyaman, Ubay duduk sambil menyeruput kopinya, sesekali melirik seorang gadis yang duduk di meja sebelah. Gadis itu terlihat asyik membaca buku, tenggelam dalam dunianya sendiri. Dengan rambut panjang berombak, wajahnya yang manis, dan senyumnya yang samar, Ubay merasa ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. "Baiklah, Ubay. Ini saatnya beraksi," gumamnya pada diri sendiri, mencoba memberi semangat. Dengan percaya diri, ia pun melangkah mendekati meja gadis itu dan memberi salam dengan senyuman lebar. "Permisi, boleh aku gabung? Atau kamu lebih suka menikmati kopi dan bacaanmu sendirian?" tanyanya dengan nada lembut dan sopan. Gadis itu terkejut sesaat, lalu menatap Ubay. Ia tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya tersenyum kecil dan berkata, "Oh, tentu, silakan." Ubay duduk di depan gadis itu, berusaha mencari pembicaraan yang pas untuk memulai. "Kamu suka baca, ya? Aku nggak terlalu sering lihat ada orang yang bisa menikmati buku di