Share

Bab 4

last update Last Updated: 2022-11-01 22:22:55

"Hei, kamu! Ternyata ke sini." Rey ternyata mencari keberadaan Bianca. Dia menarik satu kursi lalu duduk beseberangan.

"Kamu, beneran tadi nolak ajakan bercinta dari Kak Danish?" telisik Rey. Bianca menatap laki-laki di depannya.

"Hei, aku gak kenal kalian itu siapa. Yang jelas kalian pasti ada hubungannya sama si Bandot tua itu."

"Bandot tua?" Kening Rey mengerut.

"Itu, orang yang menjualku sama kakak kamu," jawab Bianca polos.

"Apa? Kamu dijual? Wah gawat, berarti kamu harus melayani Kak Danish seumur hidup," ucap Rey mendekatkan wajahnya ke arah Bianca.

"Apa? No way! Buat aku, penghulu dulu baru tempat tidur!" jawab Bianca tegas.

"Lah, bapakmu juga sadis amat jual anak sendiri."

"Dia cuman bapak tiri. Orang yang tidak punya otak," jawab Bianca.

"Hahaha, kamu gadis pemberani ternyata."

"Tidak, aku justru penakut jika sudah berurusan dengan Bandot Tua itu. Aku takut karena ibuku sangat mencintanya." Bianca mengembuskan napas kasar.

"Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan dengan Kak Danish?" Rey menatap lekat gadis itu.

"Entahlah, mungkin aku akan memintanya pekerjaan untuk melunasi uang yang sudah diambil oleh ayah tiriku," jawab Bianca gamang. Rey mengangguk pelan.

"Kak Danish itu orang yang baik, kok. Cuman dia memang ... doyan main perempuan," ujar Rey lirih.

***

Malam tiba, seorang pelayan menyampaikan jika Bianca diminta Danish menemuinya di ruang kerja. Tak punya pilihan, gadis itu pun menurut.

Ragu, Bianca mengetuk pintu itu pelan.

"Masuk!" Terdengar perintah dari dalam. Bianca membuka pintu itu perlahan. Rasanya seperti seekor ayam yang akan masuk ke sarang musang.

Bianca ragu-ragu melangkah. Danish mengangkat wajahnya dari buku yang dia baca. Bianca berdiri kaku. Dia benar-benar merasa kikuk diperhatikan seperti itu.

Danish bangkit dari kursinya. Dia mendekati gadis yang tampak gemetar.

"Kau begitu berani menolak keinginanku!" ucap lelaki itu seraya mengangkat dagu Bianca. Pandangan mereka bertemu.

"Kau tau? Tyo sudah menjualmu padaku. Jadi sekarang, aku berhak menikmati tubuhmu kapan pun aku mau." Danish berbisik di telinga Bianca, membuat gadis itu merinding seketika.

"Jangan coba-coba! Atau aku akan menendang selangkanganmu seperti pagi tadi!" jawab Bianca menggertak. Danish tertawa sinis. Tangannya terangkat, lalu mencengkeram wajah mungil itu.

"Kau tau? Tidak pernah ada perempuan yang menolakku," lirih Danish dengan tatapan nyalang. Bianca membalas tatapan itu dengan tak kalah nyalang.

"Dan kau juga harus tau, kalau aku bukan perempuan-perempuan itu!"

"Benarkah?" Danish makin mendekatkan wajahnya. Wajah Bianca memerah seketika.

"Prinsipku, penghulu dulu, baru tempat  tidur!" ucap Bian tepat di muka Danish. Tawa Danish meledak.

"Jadi, maksudmu aku harus menikahimu dulu, begitu?" tanya Danish.

"Kau pikir, kau siapa ingin menjadi istriku? Masih banyak wanita yang lebih baik darimu yang bisa kujadikan istri." Mata Danish melotot seakan menahan amarah. Bianca membalasnya dengan senyuman hambar.

"Kau pikir aku mau menjadi istrimu, Tuan? Kau salah besar. Aku sama sekali tidak pernah berpikir memiliki seorang suami yang sudah dicicipi banyak perempuan. Membayangkannya saja aku jijik!" balas Bianca. Danish menyeringai lalu sedikit menjauh dari gadis itu.

"Sudahlah, Tuan. Kita tidak perlu membahas lagi soal tempat tidur. Aku sama sekali tidak tergoda seperti perempuan-perempuan yang kau sebutkan tadi.

"Aku bersedia menemuimu, karena aku ingin membicarakan uang yang sudah diambil bandot tua itu." Bianca meghentikan ucapannya. Kening Danish mengerut.

"Bandot tua? Tyo maksudmu?" Danish kemudian tertawa hambar.

"Aku bersedia bekerja padamu, sampai hutang bandot tua itu lunas," ucap Bianca percaya diri. Danish kembali mendekat.

"Dengan bekerja padaku, kira-kira berapa lama kau bisa membayar utang sebesar lima ratus juta." Ucapan Danish membuat mata Bianca terbelalak.

"Li-lima ra-tus ju-ta?" tanya Bianca meyakinkan diri. Danish mengangguk.

"Ta-tapi, kemarin lintah darat itu menagih utang, lima puluh juta saja," gumam Bianca. Rahangnya mengeras menahan emosi yang meluap. Danish kembali mendekat.

"Karena itu, sebaiknya kau layani saja aku di tempat tidur agar masalah ini cepat selesai," lirih Danish mencoba memeluk gadis itu.

"Jangan harap!" teriak Bianca kemudian kembali menendang lelaki di depannya. Danish meringis menahan ngilu.

Bianca tidak menyia-nyiakan itu. Dia segera berlari ke luar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 50

    Danish duduk termenung di pinggir ranjang. Tatapannya kosong. Bian mengelus punggungnya perlahan.Lelaki itu perlahan menoleh. “Apa kamu memang merencanakan ini semua sebelum berangkat ke sini?” tanya Danish. Bian mengangguk.“Jadi kamu sudah tahu kebobrokan mereka?”Bian kembali mengangguk.Danish memejamkan matanya dan melengos.“Dia lelaki yang paling aku benci. Tidak pernah berubah walaupun sudah tua. Dia tidak pernah puas dengan satu wanita,” ucapnya menyesalkan.“Apakah itu yang menjadi alasanmu berganti-ganti wanita?” tanya Bian polos.Danish menoleh dan menatap wanitanya lekat. “Aku jadikan itu sebagai pelampiasan. Selain ibuku, aku menganggap semua wanita adalah sama. Makhluk murah dan menjijikan. Mereka hanya bisa menjadi pemuas nafsu sesaat. Sebelum akhirnya aku bertemu kamu dan menyadari semuanya. Kau berbeda, Bian,” ungkap Danish.“Setiap wanita yang kutemui, mereka dengan mudah menyerahkan kehormatannya demi sejumlah uang. Ada juga yang tergila-gila padaku dan mau melaya

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 49

    “Apa-apaan ini?” Irene berusaha mempertahankan selimut yang menutupi tubuh polosnya. Namun, Monic pun tak mau kalah. Dia menarik tangan Irene yang tengah duduk dan menyilangkan tangan di dadanya.Monic tahu, semua itu demi menutupi tubuhnya yang tak memakai apapun.“Berengsek, ya, kalian! Nggak punya otak! Nggak punya hati!” teriak Monic.“Kau perempuan ular, Irene! Kau tega menikamku dari belakang. Akan aku bongkar semua kebobrokanmu sekarang juga.” Monic berteriak dengan napas yang naik turun. Matanya merah menahan sedih dan amarah.“Perlu kau tau, Danish. Kalau sebetulnya sekarang ini dia tidak hamil. Dia berpura-pura hamil supaya bisa menjebakmu dan memperoleh semua kekayaanmu.” Monic terengah.Danish terperangah. Namun, tidak dengan Bian. Dia sudah bisa menduganya.“Diam kau sialan!” Irene kini yang bangkit walaupun dengan gerakan tak bebas karena berusaha menutupi tubuhnya yang polos.“Aku tidak akan tinggal diam, Irene! Kau tega menggoda Demian di belakangku!” balas Monic.Bian

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 48

    Bian masih menyembunyikan masalah itu dari Danish. Dia tidak ingin menambah beban suaminya yang tengah sibuk dengan pekerjaan dan bisnisnya. Bian berencana akan menangkap basah keduanya dengan disaksikan oleh Danish juga Monic.Dia yakin jika tak lama lagi Irene akan meminta izin pada Danish untuk pergi ke luar kota, entah dengan memberikan alasan apa.Benar saja, hanya berselang beberapa hari, Irene meminta izin pada Dnish jika dia akan ada acara reuni dengan teman-temannya di Bali. Tepat seperti yang pernah Bian dengar saat di kafe jika kedua pasangan selingkuh itu akan pergi ke Bali.“Boleh, kan, Danish?” pinta Irene dengan rengekan manjanya. Danish tak menanggapi. Dia malah asik melanjutkan makan malamnya.“Tuan, Mbak Irene lagi bertanya.” Bian berbisik. Namun, Danish tak menggubrisnya.“Aku nggak peduli. Mau dia pergi ke neraka sekalipun, aku nggak peduli,” jawab Danish. Bian tersenyum malas. Sedangkan Irene tampak biasa saja dengan sikap Danish yang tak peduli.“Jadi kamu kasih

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 47

    “Hei, Bian.” Sebuah suara menyapa Bian yang sedang memilih pakaian di sebuah pusat perbelanjaan. Sekarang dia sudah berani ke mana-mana sendiri tanpa diantar oleh Danish yang super sibuk.“Hei, Lena!” Bian ikut terperangah saat melihat siapa yang menyapanya. Seorang teman lama semasa SMA.“Kamu keren, ya, sekarang. Makin cantik dan modis aja,” ujarnya sambil menilik Bian dari atas sampai bawah.Bian tertawa kecil.“Kamu lagi beli baju?” tanyanya dan Bian mengangguk.“Katanya, sekarang kamu punya suami yang kaya raya, ya? keren, deh, Bian.”Karena merasa tak enak diperhatikan oleh orang-orang, Bian mengajak Lena untuk mengobrol di kafe.“Kamu yang traktir, ya?” goda Lena mengedipkan mata. Bian tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.Mereka kembali mengobrol setelah memesan makanan dan minuman. Lena menanyakan kehidupan Bian yang konon bersuamikan seorang bule kaya. Bian hanya tertawa tanpa banyak mengungkapkan bagaimana Danish sebenarnya.“Sama ajalah sama yang lain. Bedanya suamiku e

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 46

    Mata biru itu membelalak saat melihat siapa yang sedang duduk di ruang TV. Dengan santainya Rey memindahkan saluran sambil bersilang kaki.“Berani juga kau ke sini,” sindir Danish yang baru turun dari kamarnya. Rey tersenyum malas.“Aku ingin tahu keadaan Bian,” jawab Rey dengan entengnya.Danish terbahak.“Apa kau terlalu santai hingga mengurusi istri orang, hah? Dia itu tanggungjawabku, kau tidak perlu repot-repot memikirkannya. Hidupnya sudah sempurna dengan berada di sisiku.”Rey bangkit dan tersenyum kecut. “Oh, ya? Bagaimana dengan ini?” ucapnya menunjukan surat panggilan dari Pengadilan Agama.Danish membelalak. Dia tak menyangka jika Bian benar-benar mengajukan gugatan cerai.Dengan penuh amarah Danish menyambar surat itu dan menyobeknya hingga berkeping-keping.“Ini hanya lelucon. Bian akan segera mencabutnya,” ucap Danish jumawa.“Oh ya? Apa kau sudah yakin?” tanya Rey mengejek.Danish kembali terbahak. Dia kemudian meneriakan nama sang istri dengan lantang. Memangginya agar

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 45

    Danish menatap secarik kertas berwarna hitam putih dengan gambar siluet bayi tak begitu jelas. Dahinya mengernyit. Dia tidak meyakini kebenaran tentang gambar hasil USG itu.Tanpa mengatakan apapun, Danish pergi dan melempar begitu saja hasil USG itu ke atas meja.“Gambar seperti ini bisa punya siapa saja. Aku tidak akan percaya sampai lihat hasil tes DNA,” ujarnya santai.Irene terlihat kesal dan meremas kertas hitam putih itu hingga tak berbentuk.“Dasar laki-laki nggak bertanggungjawab!” teriak Irene geram.Danish yang hampir menginjakan kakinya di undakan tangga terhenti seketika dan perlahan berbalik. Tersungging senyum sinis di wajahnya.“Kau bilang aku tidak bertanggungjawab?” Danish tersenyum kecut. “Lalu bagaimana kau bisa tinggal di sini dengan uang yang aku berikan padamu setiap kau minta?”Irene melengos.“Kau tidak pernah memperlakukan aku seperti kau perlakukan Bian. Kau tidak adil!” Irene kemudian berani berteriak.Danish melangkahkan kakinya mendekati wanita itu.“Apa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status