Share

GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN
GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN
Author: DLaksana

BAB 1

Author: DLaksana
last update Last Updated: 2025-06-13 13:56:55

“Kok, gelap, ya? Atau memang sengaja dimatikan lampunya?” gumam Falsya. Dengan masuk ke dalam kamar hotel yang akan ia cek.

Falsya meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Namun, saat jemarinya belum sampai. Tiba-tiba ada yang menarik dirinya hingga ia terjatuh ke atas ranjang.

“Aww!” rintihnya lirih.

Falsya pun hendak beranjak dari ranjang. Tanpa di duga tiba-tiba ada seseorang yang naik ke atas tubuhnya.

“Siapa kamu?” tanya Falsya dengan getar.

“Jangan berpura-pura tidak kenal, Sayang. Buka bajumu, aku sudah tidak tahan lagi!” ucap seorang pria yang berada di atas Falsya saat ini.

Falsya menggeleng pelan. “Tolong, aku bu—,”

Belum juga Falsya bicara, bibirnya lebih dulu dibungkam oleh bibir pria itu. Falsya hendak memberontak, tetapi tenaga pria di atasnya cukup kuat. Pria itu mencium bibir Falsya dengan rakus, setelah itu ia merobek baju kerjanya dan melempar ke arah lantai.

Kondisi kamar hotel yang temaram membuat Falsya tidak bisa melihat secara jelas siapa pria di atasnya kini.

“Tolong, jangan sentuh aku!” rintihnya lagi.

Pria itu tidak menggubris rengekan Falsya. H****tnya sudah berada di puncak karena efek obat p********g yang ia minum setengah jam yang lalu.

Air mata Falsya sudah membanjiri seluruh wajahnya. Pria itu bahkan tidak menyadari jika wanita di bawahnya saat ini masih p*****n.

“Darah?” pekik pria itu saat selesai menuntaskan h****tnya.

Dengan cepat ia menyalakan lampu kamar. Sungguh, pria itu terkejut saat tahu jika wanita di atas ranjang bukan kekasihnya.

“Astaga! Apa yang aku lakukan!” desisnya frustasi.

Falsya langsung menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Ia pun turun dari ranjang dan berlari ke arah kamar mandi.

Setelah mengunci kamar mandi. Falsya pun berjalan pelan ke arah shower. Ia basahi seluruh badannya yang ternoda. Sangat menjijikkan. Tangisnya pun pecah dengan keras. Ia tidak pernah membayangkan hidupnya akan mengalami hal buruk seperti ini.

“Aku jijik sama diriku! Jijik!” teriak Falsya tak tertahan.

Sementara itu, keadaan di luar. Pria itu mendekat ke arah ranjang. Ia raba noda merah yang berada di atas ranjang.

“Sial! Kenapa aku bisa melakukan hal b***t seperti ini!” sesalnya tak habis pikir. Ia pun mengambil ponselnya di atas nakas. Di sana ada notifikasi pesan dari kekasihnya.

[Maaf, Sayang. Aku tidak bisa menemuimu. Aku harus menghadiri ulang tahun sahabat aku, kita bertemu besok saja, ya. Miss you]

Pria itu pun mengusap kasar wajahnya dengan tangan kirinya. Ia letakan ponselnya kembali di nakas. Lalu tatapannya tertuju pada ruang lembab yang tertutup rapat.

Ia pun mengetuk secara pelan agar wanita yang ia nodai mau membuka pintunya. Dia harus meminta maaf. Ini adalah kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan terhadap wanita.

“Tolong, keluarlah. Bisakah kita bicara?” kata Pria itu dengan memohon.

Falsya yang mendengar ia semakin menangis kencang. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jangankan bicara, melihat wajahnya saja ia sangat ketakutan. Wajah Falsya kini semakin pucat, apalagi sejak siang ia belum sama sekali terisi oleh nasi.

Hal itu pun membuat Falsya akhirnya ambruk ke lantai tak sadarkan diri di bawah guyuran shower yang menyala sangat deras.

Alvarendra Dilshan Kashif, pria yang sudah menodai Falsya kini sangat cemas. Sebab, sudah hampir setengah jam, tetapi wanita itu tak kunjung keluar bahkan suara tangisnya sudah tak terdengar lagi.

Karena khawatir, ia pun segera mendobrak pintu kamar mandi dengan keras. Saat pintu terbuka, ia terkejut, sebab, wanita itu tersungkur di lantai tak sadarkan diri.

“Astaga! Hei, bangun ... Apa kamu dengar aku?” suara Rendra panik.

Ia pun keluar untuk mengambil ponsel di atas nakas. Lalu ia mencari kontak asistennya untuk menyiapkan mobil.

Setelah itu, ia kembali ke kamar mandi. Rendra membopong tubuh Falsya yang polos tak memakai sehelai benang pun ke arah ranjang. Lalu Ia mengambil selimut yang disediakan oleh hotel di lemari untuk menutupi seluruh tubuh Falsya.

“Permisi, Tuan. Mobil sudah siap di lobi,” ucap Bastian—asisten pribadi Rendra.

Rendra pun membopong tubuh Falsya kembali keluar dari kamar hotel. Bastian pun mendampingi sang bos turun melalui lift khusus.

Saat sampai di lobi, semua orang tertuju pada Rendra yang membopong tubuh seorang wanita.

“Bukannya itu Falsya, ya?” tebak salah satu karyawan hotel bagian resepsionis ke arah satpam yang sedang duduk di dekatnya.

Satpam itu pun mengangguk. “Iya, kamu benar. Itu Falsya. Kenapa dia di gendong seperti itu?” tanyanya penasaran.

Akhirnya, satpam itu pun dengan cepat mencegat Rendra saat hendak masuk ke dalam mobil. Ia juga melihat jika rekan kerjanya itu tak sadar diri membuat dirinya semakin curiga.

“Maaf, Tuan. Anda mau membawa ke mana teman saya ini?” tanya dengan sinis.

“Maaf, Pak. Kami sedang buru-buru,” timpal Bastian yang angkat bicara.

Rendra sendiri tidak menggubrisnya ia tetap masuk ke dalam mobil, lalu membaringkan wanita itu di kursi belakang.

“Tolong kamu urus satpam ini,” titahnya berbisik ke dekat asistennya.

Bastian pun hanya menurut. Rendra dengan cepat berpindah ke arah depan, lalu duduk di kursi kemudi.

Mobil yang ditumpangi oleh Rendra pun berjalan melesat meninggalkan halaman hotel.

Satpam itu hendak mencegah, tetapi Bastian terus menghalangi.

“Jangan coba-coba menahan kepergian Tuanku, kalo Anda masih ingin bekerja di sini!” gertak Bastian dengan menatap tajam.

Satpam hotel itu pun akhirnya menunduk, dan pergi meninggalkan Bastian seorang diri.

Sementara itu, di perjalanan rumah sakit. Rendra yang panik, ia menggerutui dirinya sendiri akibat keb****han yang ia lakukan.

“Maaf, entah siapa dirimu. Aku janji akan tanggung jawab!” gumamnya dengan yakin.

Setelah menempuh perjalanan hampir 20 menit. Kini Rendra pun sudah sampai di halaman rumah sakit. Pihak rumah sakit dengan sigap langsung membantu Rendra dengan membawakan brankar ke arah mobilnya.

Falsya pun di angkat lalu di letakan di atas brankar. Rendra di bantu oleh dua perawat kini membawa Falsya ke ruang IGD.

“Mohon, tunggu di luar, ya, Pak!” kata salah satu perawat sebelum menutup pintu.

Mau tak mau, Rendra harus menunggu di luar. Ia bahkan duduk dengan gelisah.

“Semoga nggak terjadi hal buruk!” batinnya berharap.

Tak berselang lama, pintu IGD di buka, lalu seorang perawat meminta Rendra untuk masuk.

“Bagaimana keadaan wanita ini, Dok?” tanya Rendra sangat cemas.

“Dia hanya pingsan saja, kemungkinan dia telat makan, apalagi dia basah kuyup seperti ini, membuat daya tahan tubuhnya menurun,” terang Dokter Rui.

“Syukurlah, terima kasih, Dok.” Rendra bernapas lega.

“Kalau sudah sadarkan diri, pasien diperbolehkan pulang. Nanti akan saya beri vitamin untuk kekebalan tubuhnya,” kata Dokter Rui sebelum meninggalkan ruang IGD.

Rendra pun hanya mengangguk. Tak berselang lama, saat hanya tinggal Rendra seorang diri di ruangan.

Falsya dengan perlahan membuka kedua matanya, kepalanya masih terasa pening. Ia juga sangat syok karena menurutnya ini tempat yang asing.

“Di mana ini?” tanya Falsya mencoba duduk sembari menatap sekeliling.

“Ini di rumah sakit,” sahut Rendra. Falsya pun mengarah ke sumber suara yang berada di dekat tirai.

Ia pun teringat akan kejadian tak senonoh yang dialami olehnya. Saat Rendra hendak mendekat. Falsya berteriak sekencang mungkin.

“Tolong ... Jangan ... Jangan!” teriaknya dengan menutup kedua matanya menggunakan tangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 5

    Rendra meyakinkan Falsya jika keluarganya akan menerima kehadirannya. Namun, dugaannya salah besar. Setelah sampai di kediaman keluarga besar Khasif. Falsya langsung dicecar habis-habisan. “Apa-apaan kamu, Rendra. Datang-datang kamu bilang mau menikahi wanita ini!” pekik Sahara, yang tak lain ibu kandungnya. Sahara bahkan menunjuk wajah Falsya dengan jari telunjuknya. Membuat Falsya menunduk terus, ketakutan. “Maaf, Mah. Keputusan Rendra sudah bulat. Lagi pula aku sudah membatalkan rencana pernikahanku dengan Laura,” jelas Rendra dengan nada cukup tenang. Tentu saja, ucapan Rendra membuat Falsya membelalak. Namun, ia belum berani bersuara, membuat ia hanya kembali menunduk ke bawah. “Apa kamu bilang? Batal?” Sahara terkejut. “Mau di taro di mana muka mamahmu ini, Rendra! Padahal persiapan pernikahan kalian sudah 50% siap!” sambung Sahara tak habis pikir. “Aku akan menemui keluarga Laura untuk meminta maaf. Maaf, mah, aku tetap akan membatalkan, dan menikahi Falsya besok,

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 4

    Kini Falsya berjalan pulang ke arah rumahnya menggunakan angkot. Saat sudah mendudukkan bokongnya di dalam angkot dan mengatakan ke pak sopir turun di dekat pasar Induk. Tiba-tiba ia tersentak oleh suara ponselnya yang berdering. Saat melihat nama layar yang tertera, ia segera menggeser tombol hijau secara cepat. “Ada apa, ya, Wi?” tanya Falsya ke kepada Dewi yang menghubungi. Dewi ini tetangga rumahnya yang selalu mengabari jika ibunya menanyakan keberadaan Falsya. “Mbak cepat pulang, ibumu ... Pingsan,” sahut Dewi yang terdengar sangat panik. “Pingsan? Baik, aku segera pulang!” Falsya menjawab dengan keadaan yang panik juga. Di dalam angkot Falsya dibuat begitu gelisah. Hatinya berdebar kencang, pikirannya yang negatif membuat dia memikirkan hal yang tidak diinginkan. “Kiri, Bang!” Falsya mengetuk atas angkot yang langsung berhenti. “Ini uangnya, Bang. Kembaliannya ambil aja,” ucapnya terburu-buru. “Makasih, Neng,” sahut si sopir angkot tersenyum. Sementara itu, F

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 3

    “Di mana aku?” Falsya terkejut menatap ke sekelilingnya. “Kamu di rumah sakit,” ucap seorang wanita paruh baya. Falsya melengos ke arah suara itu. “Apa yang terjadi, Bu? Kenapa aku bisa ada di sini?” tanyanya dengan kebingungan. Wanita paruh baya itu pun menceritakan kejadian di dalam bis. Falsya yang mengingat pun tersenyum getir. Tidak biasanya dia selemah ini. “Syukurlah, Mbak. Janin kamu baik-baik saja. Lain kali dijaga lagi ya, jangan sering bepergian seorang diri sangat berbahaya jika sedang hamil muda!” pesan wanita paruh baya itu yang membuat Falsya langsung terkejut. “Apa? Hamil? Maksud—Ibu, aku hamil?” Wanita yang sudah berumur itu seketika mengerutkan keningnya. “Apa jangan-jangan kamu memang tidak tahu sedang hamil?” Falsya menggeleng. Wanita itu tersenyum. Lalu berkata, “Selamat, ya, Mbak. Kamu sekarang mau jadi seorang ibu. Hal yang wajar kok, kalau trimester pertama seringnya kaya gini.” Ia juga mengusap lengan Falsya secara lembut. Falsya lagi-lagi

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 2

    Falsya berteriak sangat kencang. Hal itu membuat perawat yang sedang berjaga di ruang IGD segera menghampiri. “Apa yang terjadi, Nona?” tanya Perawat kaget. “Usir, Dia!” unjuk Falsya ke arah Rendra yang berdiri membeku. “Aku tidak mau dia ada di sini!” desisnya lagi membuang muka. Air matanya pun kembali berjatuhan mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Perawat itu menatap ke arah Rendra dengan perasaan bingung. Sebab, Rendra bilang jika dia dari pihak keluarganya. Namun, kenapa sekarang wanita ini meminta untuk mengusirnya. “Tolong, jaga dia, Sus. Aku akan keluar saja,” kata Rendra sebelum dia diusir. Perawat itu hanya mengangguk. Ia kembali menenangkan Falsya yang masih menangis. Dia juga berpikir jika pasiennya saat ini sedang bertengkar. Ia pun tidak ingin ikut campur, membuat ia lebih memilih untuk kembali ke ruang tunggu setelah Falsya kembali tenang. Sementara di luar ruangan. Lagi-lagi Rendra mengumpat dirinya dengan kesal. Sampai ia tidak menyadari jika as

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 1

    “Kok, gelap, ya? Atau memang sengaja dimatikan lampunya?” gumam Falsya. Dengan masuk ke dalam kamar hotel yang akan ia cek. Falsya meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Namun, saat jemarinya belum sampai. Tiba-tiba ada yang menarik dirinya hingga ia terjatuh ke atas ranjang. “Aww!” rintihnya lirih. Falsya pun hendak beranjak dari ranjang. Tanpa di duga tiba-tiba ada seseorang yang naik ke atas tubuhnya. “Siapa kamu?” tanya Falsya dengan getar. “Jangan berpura-pura tidak kenal, Sayang. Buka bajumu, aku sudah tidak tahan lagi!” ucap seorang pria yang berada di atas Falsya saat ini. Falsya menggeleng pelan. “Tolong, aku bu—,” Belum juga Falsya bicara, bibirnya lebih dulu dibungkam oleh bibir pria itu. Falsya hendak memberontak, tetapi tenaga pria di atasnya cukup kuat. Pria itu mencium bibir Falsya dengan rakus, setelah itu ia merobek baju kerjanya dan melempar ke arah lantai. Kondisi kamar hotel yang temaram membuat Falsya tidak bisa melihat secara jelas siapa pria

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status