Share

BAB 5

Penulis: DLaksana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 14:01:10

Rendra meyakinkan Falsya jika keluarganya akan menerima kehadirannya. Namun, dugaannya salah besar. Setelah sampai di kediaman keluarga besar Khasif. Falsya langsung dicecar habis-habisan.

“Apa-apaan kamu, Rendra. Datang-datang kamu bilang mau menikahi wanita ini!” pekik Sahara, yang tak lain ibu kandungnya.

Sahara bahkan menunjuk wajah Falsya dengan jari telunjuknya. Membuat Falsya menunduk terus, ketakutan.

“Maaf, Mah. Keputusan Rendra sudah bulat. Lagi pula aku sudah membatalkan rencana pernikahanku dengan Laura,” jelas Rendra dengan nada cukup tenang.

Tentu saja, ucapan Rendra membuat Falsya membelalak. Namun, ia belum berani bersuara, membuat ia hanya kembali menunduk ke bawah.

“Apa kamu bilang? Batal?” Sahara terkejut.

“Mau di taro di mana muka mamahmu ini, Rendra! Padahal persiapan pernikahan kalian sudah 50% siap!” sambung Sahara tak habis pikir.

“Aku akan menemui keluarga Laura untuk meminta maaf. Maaf, mah, aku tetap akan membatalkan, dan menikahi Falsya besok,” Keukeh Rendra lalu menarik tangan Falsya berjalan ke arah pintu utama.

“Mamah tidak merestui pernikahan kalian! Mamah yakin, kamu hanya dijebak, Rendra!” teriak Sahara dengan menatap ke arah Falsya penuh kebencian.

“Aku tidak pernah dijebak, tapi akulah yang sudah merusak kehormatannya. Mau mamah setuju atau tidak, aku akan tetap menikahinya!”

Sahara semakin frustasi melihat sikap putranya yang keras kepala itu.

“Sejak kapan kamu jadi anak pembangkang, Rendra!”

Rendra menghiraukan ucapan ibunya dengan tetap berjalan ke arah pintu utama.

Setelah sampai di halaman rumah tepatnya di depan mobil. Falsya langsung menghempaskan tangannya yang dicekal begitu kuat.

“Lepaskan, Tuan!” desisnya.

Rendra memutar tubuhnya ke belakang setelah membukakan pintu mobil untuk Falsya.

“Masuklah!”

“Maaf, Tuan. Lebih baik pernikahan kita saja yang dibatalkan.” Falsya bersuara. “Maaf, karenaku semua rencanamu jadi berantakan,” sambungnya lagi merasa bersalah.

“Masuklah, aku akan tetap menikahimu!”

Falsya pun masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang tak jelas. Rasa bersalah karena telah menghancurkan pernikahan seseorang membuat dirinya beranggapan sebagai orang ketiga.

***

Kini sebuah ruangan yang dihiasi dengan kelopak bunga mawar putih dan biru menjadi saksi janji suci sepasang pengantin yang baru saja menikah karena kebetulan.

Rendra menyematkan cincin berlian bermata satu di jari manis Falsya.

Meski hanya dihadiri oleh beberapa kerabat terdekat. Membuat suasana pernikahan begitu terasa sakral. Falsya menitikkan air matanya, ia tidak menyangka akan diperistri secepat ini.

Setelah acara selesai, kini tinggallah mereka berdua di dalam kamar yang sudah dihiasi oleh bunga mawar merah di atas kasur.

Falsya duduk di tepi ranjang dengan memainkan jemarinya. Ia bingung harus berbuat apa, kamar yang ia tempati begitu mewah dan megah. Tentu saja, sangat berbeda dengan kamarnya dahulu.

“Kau tidak ingin berganti pakaian?” suara Rendra kini memecah keheningan.

Falsya yang tersentak hanya tersenyum tipis.

“Tuan?” panggilnya lirih.

“Jangan panggil aku dengan sebutan Tuan, aku sekarang suamimu. Rasanya tak enak aja didengar,” sangkal Rendra menolak.

Falsya lagi-lagi tersenyum kikuk. “Mas Rendra?” panggilnya lagi gugup.

“Nah, itu lebih baik.” Rendra membuka jas, lalu melemparnya ke arah sofa. Ia bersandar dengan memijak pelipisnya secara perlahan.

Falsya yang memandang dibuat gelisah oleh sikap Rendra saat ini. Ia merasa jika suaminya pasti menikahinya karena terpaksa. Andai saja tidak hamil, ia juga tidak ingin pernikahan ini terjadi.

“Dari pada kamu terus melamun. Lebih baik kamu berganti pakaian lalu beristirahat,” titah Rendra bersuara kembali.

Falsya pun mengangguk. Ia beranjak dari ranjang lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah kepergian Falsya. Rendra mengambil ponsel yang sedari tadi berdering. Terdapat puluhan chat dari kekasihnya itu, Laura. Meski ia sudah membatalkan pernikahannya. Namun, hubungannya dengan Laura masih belum diselesaikan.

“Ren, aku rindu kamu!” isak Laura dari seberang telepon. Rendra sengaja menghubungi Laura sebagai tanda permintaan maaf.

Rendra menghela napas panjang. “Maaf, Laura. Ini semua salahku,” sesalnya dengan memijit pelipisnya kembali.

“Aku akan menunggumu, Ren. Setelah bayi itu lahir, kamu akan menceraikannya ‘kan?”

Rendra terdiam.

“Ren? Kamu dengar aku ‘kan?” Laura bertanya kembali.

“Iya, Laura. Aku akan menceraikannya nanti,” jawabnya sedikit berat.

Bibir Laura tersenyum lebar kali ini. “Aku mencintaimu, Rendra. Aku akan menunggumu.”

“Aku juga mencintaimu, Laura.”

Sambungan panggilan itu pun terputus. Rendra kini lebih memilih untuk memejamkan kedua matanya. Banyak sekali masalah yang datang ke dalam hidupnya akhir-akhir ini. Impian menikah dengan Laura, kekasihnya. Harus berakhir karena kecerobohan sendiri.

Namun, saat Rendra sudah terlelap di atas sofa. Falsya yang sedari tadi menguping pembicaraan suaminya seketika terisak. Ia tahu pernikahannya hanya sebuah tanggung jawab karena dirinya hamil.

Akan tetapi, kenapa hatinya meminta lebih? Padahal dia sudah dinikahi, itu sudah lebih dari cukup.

Falsya pun menghapus jejak air matanya yang mengalir. Ia pun melebarkan bibirnya agar terlihat segar. Saat kembali ke arah ranjang. Ia tak sengaja melihat Rendra tertidur dengan posisi tidak benar.

Falsya pun mendekat ke arah sofa. Ia pandang wajah suaminya yang tertidur sangat lelap. Jantungnya berdebar saat ia kini berjarak hanya sejengkal.

“Maaf, Mas. Aku tidak sopan menyentuhmu,” batinnya dengan mengambil tangan kanan Rendra sebagai tumpuan kepala.

Dengan hati-hati, Falsya membenarkan posisi tidur suaminya. Ia pun tersenyum melihat wajah suaminya yang begitu tenang. Dia juga berpikir, wanita yang dicintai oleh Rendra adalah wanita yang beruntung.

Falsya berjalan ke arah balkon kamar, ia buka pintu dan berdiri di pembatas balkon sembari menatap kota Jakarta yang dihiasi oleh kerlap kerlip lampu.

Malam yang cerah membuat udara terasa segar. Ini hal pertama kalinya bagi Falsya bisa menikmati udara segar di malam hari. Biasanya dia pasti sedang disibukkan oleh segala macam pekerjaan.

Ia mendongak menatap langit yang dihiasi oleh banyak bintang. Falsya merindukan sosok ibunya. Apalagi sebelum beliau meninggal, ia ingin mengajaknya berkeliling kota.

“Secepat ini Engkau mengambil satu-satunya keluargaku, Tuhan. Di saat sekarang aku tak punya siapa pun,” isaknya lirih.

Bayangan akan wajah Sukma—ibu kandung Falsya terlintas. Ia seperti melihat wajah ibunya sedang tersenyum padanya. Hingga tiba-tiba bayangan hilang diganti oleh sentuhan seseorang dari arah belakang.

Ternyata Rendra sudah bangun dan berdiri persis di belakang tubuh Falsya. Falsya sampai tersentak, lalu dengan cepat menghapus jejak air matanya di pipi.

“Kau menangis?” tanya Rendra menelisik.

Falsya menggeleng.

“Jangan berbohong. Apa yang membuatmu menangis?” Rendra bertanya kembali.

Falsya tak menjawab, ia hanya terisak dengan menahan agar tak bersuara. Tanpa bicara apa pun Rendra mendekat dan memeluk tubuh istrinya yang kecil. Ia tenggelamkan wajah istrinya ke dalam dadanya. Tangannya menepuk pelan mencoba menenangkan. Karena Ia tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 5

    Rendra meyakinkan Falsya jika keluarganya akan menerima kehadirannya. Namun, dugaannya salah besar. Setelah sampai di kediaman keluarga besar Khasif. Falsya langsung dicecar habis-habisan. “Apa-apaan kamu, Rendra. Datang-datang kamu bilang mau menikahi wanita ini!” pekik Sahara, yang tak lain ibu kandungnya. Sahara bahkan menunjuk wajah Falsya dengan jari telunjuknya. Membuat Falsya menunduk terus, ketakutan. “Maaf, Mah. Keputusan Rendra sudah bulat. Lagi pula aku sudah membatalkan rencana pernikahanku dengan Laura,” jelas Rendra dengan nada cukup tenang. Tentu saja, ucapan Rendra membuat Falsya membelalak. Namun, ia belum berani bersuara, membuat ia hanya kembali menunduk ke bawah. “Apa kamu bilang? Batal?” Sahara terkejut. “Mau di taro di mana muka mamahmu ini, Rendra! Padahal persiapan pernikahan kalian sudah 50% siap!” sambung Sahara tak habis pikir. “Aku akan menemui keluarga Laura untuk meminta maaf. Maaf, mah, aku tetap akan membatalkan, dan menikahi Falsya besok,

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 4

    Kini Falsya berjalan pulang ke arah rumahnya menggunakan angkot. Saat sudah mendudukkan bokongnya di dalam angkot dan mengatakan ke pak sopir turun di dekat pasar Induk. Tiba-tiba ia tersentak oleh suara ponselnya yang berdering. Saat melihat nama layar yang tertera, ia segera menggeser tombol hijau secara cepat. “Ada apa, ya, Wi?” tanya Falsya ke kepada Dewi yang menghubungi. Dewi ini tetangga rumahnya yang selalu mengabari jika ibunya menanyakan keberadaan Falsya. “Mbak cepat pulang, ibumu ... Pingsan,” sahut Dewi yang terdengar sangat panik. “Pingsan? Baik, aku segera pulang!” Falsya menjawab dengan keadaan yang panik juga. Di dalam angkot Falsya dibuat begitu gelisah. Hatinya berdebar kencang, pikirannya yang negatif membuat dia memikirkan hal yang tidak diinginkan. “Kiri, Bang!” Falsya mengetuk atas angkot yang langsung berhenti. “Ini uangnya, Bang. Kembaliannya ambil aja,” ucapnya terburu-buru. “Makasih, Neng,” sahut si sopir angkot tersenyum. Sementara itu, F

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 3

    “Di mana aku?” Falsya terkejut menatap ke sekelilingnya. “Kamu di rumah sakit,” ucap seorang wanita paruh baya. Falsya melengos ke arah suara itu. “Apa yang terjadi, Bu? Kenapa aku bisa ada di sini?” tanyanya dengan kebingungan. Wanita paruh baya itu pun menceritakan kejadian di dalam bis. Falsya yang mengingat pun tersenyum getir. Tidak biasanya dia selemah ini. “Syukurlah, Mbak. Janin kamu baik-baik saja. Lain kali dijaga lagi ya, jangan sering bepergian seorang diri sangat berbahaya jika sedang hamil muda!” pesan wanita paruh baya itu yang membuat Falsya langsung terkejut. “Apa? Hamil? Maksud—Ibu, aku hamil?” Wanita yang sudah berumur itu seketika mengerutkan keningnya. “Apa jangan-jangan kamu memang tidak tahu sedang hamil?” Falsya menggeleng. Wanita itu tersenyum. Lalu berkata, “Selamat, ya, Mbak. Kamu sekarang mau jadi seorang ibu. Hal yang wajar kok, kalau trimester pertama seringnya kaya gini.” Ia juga mengusap lengan Falsya secara lembut. Falsya lagi-lagi

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 2

    Falsya berteriak sangat kencang. Hal itu membuat perawat yang sedang berjaga di ruang IGD segera menghampiri. “Apa yang terjadi, Nona?” tanya Perawat kaget. “Usir, Dia!” unjuk Falsya ke arah Rendra yang berdiri membeku. “Aku tidak mau dia ada di sini!” desisnya lagi membuang muka. Air matanya pun kembali berjatuhan mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Perawat itu menatap ke arah Rendra dengan perasaan bingung. Sebab, Rendra bilang jika dia dari pihak keluarganya. Namun, kenapa sekarang wanita ini meminta untuk mengusirnya. “Tolong, jaga dia, Sus. Aku akan keluar saja,” kata Rendra sebelum dia diusir. Perawat itu hanya mengangguk. Ia kembali menenangkan Falsya yang masih menangis. Dia juga berpikir jika pasiennya saat ini sedang bertengkar. Ia pun tidak ingin ikut campur, membuat ia lebih memilih untuk kembali ke ruang tunggu setelah Falsya kembali tenang. Sementara di luar ruangan. Lagi-lagi Rendra mengumpat dirinya dengan kesal. Sampai ia tidak menyadari jika as

  • GADIS LUGU KEPUNYAAN CEO TAMPAN    BAB 1

    “Kok, gelap, ya? Atau memang sengaja dimatikan lampunya?” gumam Falsya. Dengan masuk ke dalam kamar hotel yang akan ia cek. Falsya meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Namun, saat jemarinya belum sampai. Tiba-tiba ada yang menarik dirinya hingga ia terjatuh ke atas ranjang. “Aww!” rintihnya lirih. Falsya pun hendak beranjak dari ranjang. Tanpa di duga tiba-tiba ada seseorang yang naik ke atas tubuhnya. “Siapa kamu?” tanya Falsya dengan getar. “Jangan berpura-pura tidak kenal, Sayang. Buka bajumu, aku sudah tidak tahan lagi!” ucap seorang pria yang berada di atas Falsya saat ini. Falsya menggeleng pelan. “Tolong, aku bu—,” Belum juga Falsya bicara, bibirnya lebih dulu dibungkam oleh bibir pria itu. Falsya hendak memberontak, tetapi tenaga pria di atasnya cukup kuat. Pria itu mencium bibir Falsya dengan rakus, setelah itu ia merobek baju kerjanya dan melempar ke arah lantai. Kondisi kamar hotel yang temaram membuat Falsya tidak bisa melihat secara jelas siapa pria

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status