Share

Bab 3

Author: Sangkarachan
last update Huling Na-update: 2025-05-27 23:12:43

Malam itu, Evelyn benar-benar tak bisa memejamkan matanya. Meskipun kamar yang diberikan Moskov adalah yang ternyaman yang pernah dia tempati, tapi pikiran Evelyn berkelana ke mana-mana.

Ia takut jika Moskov menyakiti adiknya yang sedang dirawat di rumah sakit. Meski ia sudah menandatangani perjanjian, tapi bukan tidak mungkin pria itu tidak melakukan apapun yang dia suka.

"Tidak, dia tak boleh menyakiti adikku," gumam Evelyn.

Gadis itu terus mondar-mandir di kamarnya. Rasa lapar yang tadi dia rasakan menguap begitu saja.

"Aku harus kembali memohon kepadanya agar tak melukai Gery. Aku akan melakukan apa saja asal Gery bisa selamat."

Evelyn lantas keluar dari kamar menuju ruang kerja Moskov. Meskipun tubuhnya menggigil ketakutan, tapi dia sudah membulatkan tekadnya agar Moskov tak pernah menyentuh Gery.

Tok tok.

Di dalam ruangan, Moskov yang sudah siap untuk pergi, mengerutkan keningnya.

Pria itu membuka pintu itu dengan cepat, matanya menatap nyalang ke arah Evelyn yang berdiri kaku di hadapannya.

Ekspresinya yang mengeras menunjukkan bahwa ia tak suka dengan Evelyn yang lancang menemuinya tanpa perintah.

"Apa yang kau lakukan di sini?" suara bariton Moskov terdengar.

Evelyn menelan ludah gugup, kepalanya menunduk tak berani melihat ke arah Moskov.

Lalu tiba-tiba ia berlutut di kaki pria itu. "Tuan, aku ingin meminta sesuatu kepadamu."

Mata Moskov menajam, tapi ia tidak mengatakan apapun dan menunggu apa yang ingin Evelyn katakan kepadanya.

"Tolong jangan sakiti adikku, Tuan. Hanya dia yang aku punya di dunia ini," mohon Evelyn dengan suara bergetar.

Moskov tiba-tiba menarik lengan Evelyn dan melemparnya masuk ke dalam ruang kerjanya.

Tubuh Evelyn berbenturan dengan lantai yang membuatnya meringis. Moskov berjongkok di hadapannya, lalu meraih dagunya dan mencengkeram dengan erat.

"Berani sekali seorang budak meminta sesuatu pada tuannya?"

Evelyn memejamkan matanya karena cengkeraman tangan Moskov yang membuatnya kesakitan.

"Jika itu demi adikku, aku akan melakukan apapun," cicit Evelyn dengan suara bergetar.

Moskov menghempaskan wajah Evelyn. Tubuh gadis itu gemetar, tapi tak ada yang lebih penting daripada keselamatan adiknya saat ini.

"Apa yang kau berikan padaku jika aku mengabulkan permintaanmu? Kau tak punya apapun selain tubuhmu, bukan?"

Deg.

Lagi-lagi tubuh Evelyn membeku. Dia baru sadar jika apa yang dikatakan Moskov adalah kebenaran.

Evelyn masih terus melihat ke arah Moskov yang tengah menikmati sebatang rokok. Sementara di depannya, Moskov diam-diam meliriknya, seolah menunggu sejauh mana keberanian Evelyn untuk sebuah permintaan.

Permintaan yang sebenarnya bisa dikabulkan Moskov dengan mudah.

Pikiran Evelyn kosong, dia tak bisa berpikir apapun karena selama ini sudah terlalu lama pasrah dengan semua keadaan yang menimpanya.

Setetes air mata jatuh kembali dari kedua matanya. Perlahan dengan tubuh gemetar Evelyn mencoba bangkit dari posisi berlututnya. Dia meremas kedua ujung gaunnya yang lusuh.

"Ya, Tuan benar. Aku hanya punya tubuhku saja,” katanya dengan suara tercekat. “Ji-jika Tuan memang mau mengambilnya, aku tak keberatan.”

Dengan tangan gemetar, Evelyn membuka gaun yang dia kenakan sambil memejamkan mata. Dia takut, sangat takut. Tapi saat ini, hanya ini yang bisa dia lakukan untuk melindungi adiknya yang tidak bersalah.

Bukankah sudah kepalang tanggung? Dia sendiri sudah dijual oleh ayahnya. Jadi dia tak akan berharap apapun lagi di dunia ini.

Tangan Moskov bergerak lambat dan membuang rokok yang dia hisap tadi. Matanya terus terpaku pada Evelyn. Tubuh putih pucat itu kurus kering. Seolah belum cukup mengenaskan, ada beberapa luka yang belum kering.

Moskov juga baru memperhatikan jika sudut bibir Evelyn juga sobek, ada bekas darah yang mengering di sana.

Evelyn masih memejamkan matanya saat ini, dia mengepalkan kedua tangannya menahan semua perasaannya yang ingin meledak.

Moskov berjalan mengitari tubuh Evelyn. Dia terkejut saat melihat punggung Evelyn yang terdapat bekas cambukan. Tak hanya satu, bahkan di bagian pundaknya juga ada bekas jahitan yang sudah lama.

Sepasang mata hitam legam itu berkilat. Ada amarah yang berusaha ditahan. Namun, suaranya tetap terdengar tenang ketika berbicara.

"Jadi tubuh seperti ini yang ingin kau tawarkan kepadaku?" katanya.

Suara bariton Moskov yang masuk ke telinga Evelyn terdengar seperti ejekan.

Evelyn membuka matanya perlahan. Dia bisa melihat dari pantulan kaca jendela jika saat ini Moskov sedang berdiri di belakangnya.

“Ya, Tuan... hanya ini yang tersisa dariku.”

Moskov menyeringai, perlahan tangannya mengusap punggung Evelyn yang penuh luka itu.

Seketika mata Evelyn kembali memejam, berusaha menahan ringisan karena Moskov mengusap bagian luka yang belum kering, bekas hukuman yang diberikan Roni kepadanya.

"Jika aku memintamu untuk membuka semuanya, apa kau akan melakukannya juga?" tantang Moskov.

Namun, tanpa pria itu duga, tangan Evelyn bergerak membuka bra yang dikenakannya. Benda penutup itu terjatuh begitu saja di lantai. Tak berhenti di sana, tangan Evelyn bergerak ke bawah untuk meraih benda segitiga itu.

Evelyn menggigit bibir bawahnya, menahan semua rasa takut, malu, marah dan semuanya yang tak bisa dia ungkapkan saat ini.

"Bukankah tanggung sekali jika hanya telanjang di depanku?” Suara Moskov kembali terdengar, membuat Evelyn gemetar di tempatnya.

“Bukankah kau berniat menjadi jalang dengan melakukan ini semua? Dan berharap jika aku akan memberikan apa yang kau mau?”

Semua perkataan Moskov benar-benar melukai harga diri Evelyn. Saat ini, ia sudah tak memakai sehelai benang pun. Semua pakaiannya sudah tergeletak mengenaskan di dekat kakinya.

Perlahan, gadis itu membuka matanya dan berbalik ke arah Moskov.

Sepasang mata Moskov melihat tubuh Evelyn dengan tenang, sementara Evelyn melangkah pelan ke arah pria itu. Dia memberanikan diri untuk memegang Moskov.

Tapi belum sempat Evelyn menyentuhnya, tangan Moskov mencengkeram erat leher Evelyn.

Gadis itu tersentak. Matanya membelalak ngeri karena tindakan tidak terduga itu.

Tubuh Evelyn sedikit terangkat ke atas, membuatnya hampir kehabisan napas. Wajahnya memerah karena cengkeraman Moskov.

“Le-lepas ….” Evelyn berusaha melepaskan tangan Moskov.

“Aku tak tertarik dengan tubuhmu itu,” ujar Moskov. “Pakai bajumu dan kembali ke kamarmu. Kau benar-benar membuatku muak!"

Setelah mengatakan itu, Moskov melepaskan cengkeramannya, membiarkan tubuh Evelyn jatuh lemas ke lantai.

Kening Evelyn terbentur sudut meja kerja Moskov. Dia meringis kesakitan, memegang keningnya yang terluka.

"Pergi dari sini!" usir Moskov dingin.

Evelyn meraih gaunnya yang teronggok di lantai, lalu melihat Moskov masuk ke dalam sebuah ruangan lain yang ada di sana.

Tangannya yang pucat terasa dingin dan kebas. Evelyn menahan isak saat mengenakan kembali pakaiannya.

Sungguh … rasanya ia ingin ikut ibunya pergi dari dunia.

Sementara itu, di dalam ruangan pribadinya, Moskov mengumpat kasar, lalu meninju cermin di depannya hingga buku-buku jarinya berdarah ….

to be continued

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 9

    Moskov terdiam, dia terjebak dengan permainannya sendiri kali ini. Niat hati dia ingin menggoda Evelyn, tapi Evelyn berhasil memutar balik kata katanya. Moskov mencengkeram dagu Evelyn sampai Evelyn meringis. Dia mendekatkan wajahnya pada Evelyn yang membuat Evelyn reflek menutup matanya cepat. Moskov berhenti tepat di depan wajah Evelyn. Dia tersenyum samar. "Apa yang ada di otakmu? Kau berpikir aku akan menciummu?" Evelyn langsung membuka matanya dan melihatnya Moskov yang berwajah datar menjauh dari nya. Evelyn merutuki dirinya sendiri karena melakukan hal bodoh seperti itu. Dia juga baru tahu jika Moskov bisa mempermainkannya seperti itu. "Tidak tuan, bukan begitu..." "Keluarlah dan siapkan aku makanan." Sebelum Evelyn membela dirinya suara Moskov sudah kembali terdengar. Setelah itu, Moskov memilih mengguyur badannya dengan air dingin. Evelyn terpaku di tempatnya, tapi tak lama dia segera pergi ke luar kamar mandi. Evelyn memegang dadanya yang sejak tadi ber

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 8

    Moskov yang mendapat laporan tentang kejadian di mall tadi hanya diam. Dia juga sudah mendapatkan rekaman video dari salah satu anak buahnya. Senyum samar terbit di bibir Moskov. "Heh, dia benar benar penuh kejutan ternyata." gumam Moskov lirih. Ronald yang sejak tadi menunggu Moskov di ruangannya menatap tuan mudanya itu bingung. Tapi dia tak berani bertanya mengingat hukuman yang di berikan kepadanya tadi cukup kejam. "Kita pulang sekarang!" Ronald yang sejak tadi melamun tentu saja gelagapan dan menyusul Moskov yang sudah melangkah pergi ke luar ruangan. Moskov tentu saja selama dalam perjalanan memeriksa CCTV yang ada di mansion nya. Dia mencari keberadaan Evelyn saat ini. Moskov menemukan Evelyn sedang membersihkan kamarnya. "Dia sejak tadi tak mau diem, apa dia tak lelah?" batin Moskov. Tapi Evelyn tak lama di kamar Moskov, semua sudah di bersihkan dan di rapikan sesuai instruksi bibi pelayan. # Evelyn berkali kali menarik napas panjang serta melihat ke arah ja

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 7

    Evelyn sudah selesai di obati oleh Bibi pelayan. Lalu dia menunggu Bibi pelayan menyelesaikan pekerjaan rumah yang tersisa. "Nona, setelah ini nona ikut aku untuk belanja keperluan dapur. Aku sudah meminta ijin pada tuan muda Moskov untuk mengajak nona pergi." Evelyn yang dari tadi membantu bibi pelayan menghentikan aktifitasnya. "Apa boleh?" tanya Evelyn ragu. Evelyn hanya takut jika membuat Moskov kembali murka dan dia akan lebih kesusahan untuk bertemu dengan adiknya. Sebisa mungkin dia menjaga sikap agar tak sampai membuat Moskov marah kepadanya. Bibi pelayan itu tersenyum, dia mendekati Evelyn lalu mengusap pundaknya pelan. Menenangkan Evelyn jika semua akan baik baik saja. "Tentu saja boleh, aku hanya mengajakmu berbelanja dan bukan membantumu kabur dari sini. Jadi jangan terlalu berpikir berlebihan,Ev." "Lagi pula kita pergi tetap bersama dengan beberapa anak buah Tuan muda Moskov. Jadi semua yang kita lakukan tetap akan sampai ke tuan. Dia hanya berpesan untuk t

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 6

    Evelyn masih diam di tempatnya saat Moskov menyuruhnya untuk kembali ke mansion. "Ck! Apa kau tuli?" Evelyn yang kembali mendengar suara berat Moskov sedikit berjingkat. Dia lalu menundukkan kepalanya dan ingin melangkah pergi dari ruangan itu. "Ronald, awasi wanita sialan itu. Jangan sampai dia membuat ulah!" Ronald masih sedikit bingung, wanita yang mana yang dimaksud oleh tuannya. "Ehm, anu, Tuan Muda. Wanita mana yang Tuan maksud?" tanya Ronald takut. Brak! Moskov menendang kursi yang ada di depannya sampai kuris itu melayang mengenai dinding yang ada di sebelah Ronald. Ronald meneguk ludahnya kasar melihat tuannya murka seperti itu. "Rose," kata pria itu kemudian. "Apa kau buta sampai tak bisa melihat dia lancang seperti itu? Apa gunanya kau jadi asistenku sampai tak bisa menahan wanita gila itu berbuat seenaknya di perusahaanku?" Moskov benar-benar marah kepada Ronald, sedangkan Ronald tak berani menyela sedikit pun semua omongan sang tuan. "Pergi dari

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 5

    Setelah mengobati luka Moskov, Evelyn memilih kembali ke dalam kamarnya dan membersihkan dirinya sendiri. Setelah mandi, dia mencoba membuka lemari yang ada di sana. Sepasang matanya membola saat melihat beberapa pakaian sederhana yang berjejer rapi di dalam lemari itu."Baju milik siapa? Apa boleh aku pakai?" gumam Evelyn.Dia lantas mengambil salah satu baju yang paling tertutup, yang ternyata pas di tubuh mungilnya. Beberapa luka di badannya mulai mengering meskipun masih terasa perih, tapi Evelyn tak peduli dengan itu.Tepat saat selesai berganti pakaian, Evelyn mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya."Nona Evelyn?" Evelyn membuka pintu dan melihat seorang pelayan berdiri di hadapannya."Maaf, Bibi... kenapa Bibi memanggilku dengan panggilan nona? Aku sama dengan kalian," ucap Evelyn sopan.Evelyn menunduk karena takut jika pelayan itu akan marah kepadanya karena terlalu lancang memakai pakaian yang ada di kamar itu."Tidak apa-apa, Nona, aku ke sini hanya ingin menyampaik

  • GADIS LUGU TAWANAN SANG TIRAN   Bab 4

    Moskov sudah menahan diri agar tak melukai Evelyn, tapi ternyata dia tetap melakukannya.Melihat luka-luka di tubuh kurus gadis itu membuatnya gelap mata.Tidak bisakah Evelyn melindungi dirinya sendiri?! “Apa saja yang dia lakukan selama ini?!” Moskov mendesis. Tangannya masih terkepal kuat di sisi meja. “Roni … si berengsek itu!” geram Moskov, lalu ….Pyar!Lagi-lagi, kaca yang ada di dekat Moskov pecah berkeping-keping.Napas pria itu tersengal. Dadanya naik turun menahan semua amarah yang berkecamuk di hatinya.Bayangan Evelyn yang begitu pasrah seolah tak punya semangat hidup—selain melindungi adiknya—kembali membayangi benak Moskov. Padahal, ia sudah melakukan banyak hal untuk membawa gadis itu ke sini. Sejak awal, Moskov tahu, Evelyn lah yang akan dikorbankan oleh Roni karena ia hanya anak tiri. Sementara Adeline, adalah anak kandung Roni bersama istrinya yang sekarang.Dengan kata lain, Roni sudah lama berselingkuh di belakang Evelyn dan ibunya. Mereka benar-benar sudah di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status