Beranda / Rumah Tangga / GADIS LUMPUH KESAYANGAN CEO / KESEMPATAN KERJA YANG MERAGUKAN

Share

KESEMPATAN KERJA YANG MERAGUKAN

Penulis: bonanzalalala
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-09 20:31:11

Reta menunggui kliennya di rumah sakit. Kliennya itu sudah ditangani oleh dokter sepenuhnya. Kini Reta tinggal menunggu kedatangan pihak keluarga dari kliennya itu.

"Ret, udah kamu hubungi kan keluarganya?" tanya Ninda mengecek. Ninda menoleh ke arah lorong di mana orang-orang biasanya datang membesuk pasien. Tak tampak kedatangan seorang pun di sana.

“Tunggu bentar lagi. Aku udah kirim pesan sama ttelepon ke alamat kantornya Bu Rumi kok," balas Reta.

Pandangan Reta kembali mengarah ke kartu nama milik Rumi. Dia kembali menelepon kantornya dan memberitahu bahwa Rumi sedang di rumah sakit.

“Iya, terima kasih informasinya. Sekarang anak Bu Rumi sudah ke rumah sakit,” jawab bagian administrasi perusahaan Rumi.

Reta menghela napas lega. Setidaknya sudah ada anak Rumi yang datang ke rumah sakit.

“Nin, kita balik duluan aja. Kamu kan ada acara habis ini. Kalau mepet berangkatnya nanti kena macet,” tutur Reta.

“Nggak apa-apa nih kita tinggal?”

“Tadi anaknya udah jalan ke sini kok. Kita balik aja. Ketemunya kalau Bu Rumi udah sembuh,” terang Reta. Dia menggerakkan kursi rodanya ke arah Ninda.

Ninda meraih pegangan kursi roda Reta. Dia mendorongnya keluar dari kamar pasien.

“Ngeri juga ya kena hipertensi itu,” ujar Ninda.

“Iya. Katanya hipertensi yang parah, bisa bikin kena serangan di otak. Pendarahan gitu dan bikin mati juga,” timpal Reta. Dia setuju dengan ucapan Ninda.

“Wah, padahal ya, Bu Rumi itu nggak kelihatan kayak orang yang kena hipertensi lho.”

“Masih muda ya? Kelihatan kayak masih lima puluh tahun awal.”

“Mungkin emang segitu usianya, Ret,” ucap Ninda. Mereka masuk ke dalam mobil Ninda.

“Ah, aku seneng banget kalau pergi sama kamu, Nin,” ujar Reta sambil menata posisi duduknya.

“Kenapa gitu?” kekeh Ninda. Dia membantu Reta menggunakan sabuk pengaman.

“Soalnya kamu punya mobil. Kan mobil itu kendaraan yang nyaman buat orang cacat kaki sepertiku,” jelas Reta.

“Nah, kan. Sekarang kamu sadar kan kalau aku ini berguna buat kamu,” hidung Ninda mulai kembang kempis membesar karena perasaannya sangat bangga. “Sekarang kamu harus kabari aku kalau mau pergi kemanapun, Ret. Nanti aku temenin kamu. Cuma antar jemput kamu doang. Nggak bakal bikin aku sakit.”

“Tetep aja, Ninda. Aku tuh nggak mau ganggu kamu. Kan kamu ada kafe tuh. Harus ngurusin kafe dan belum lagi orang tuamu minta dijenguk seminggu sekali, kan?” timpal Reta mengingatkan sahabatnya itu.

“Eits, santai. Orang tuaku sekarang kan rumahnya sampingan sama rumah kakakku,” kekeh Ninda. “Kak Doni masih naksir kamu lho, Ret.”

“Eh, kok malah bahas gituan,” Reta terkaget dengan ucapan Ninda. “Lagian nih aku tuh lumpuh, Ninda. Malah jadi beban pasangan. Emang dasar nasibku kayaknya. Ditakdirkan jomlo seumur hidup.”

“Jangan patah semangat, Ret. Jodoh itu nggak ada yang tahu. Kalau emang beneran ada yang tulus sama kamu gimana? Rugi kan kalau nggak kamu balas cintanya,” nasihat Ninda sebijak yang dia bisa. “Aku aja nih tiap ada kesempatan kencan buta ya ikut aja. Mungkin kan ada yang lolos sebiji gitu.”

Tawa Ninda kembali memenuhi mobil. Suara tawanya berbalapan dengan suara musik radio yang barusan dia nyalakan.

Reta hanya mengulas senyuman simpul saja. Dia tidak ingin membandingkan dirinya dengan Ninda. Tentu karena dia tahu persis seperti apa keluarga Ninda.

Ninda memiliki seorang kakak laki-laki bernama Doni. Usianya terpaut 5 tahun lebih tua dari Ninda. Kedua orang tua Ninda adalah orang kaya. Ibu Ninda adalah dosen jurusan di fakultas Reta berkuliah dulu. Sementara itu, ayah Ninda memiliki bisnis perkebunan buah dan mengajar sebagai dosen di kampus khusus pertanian.

Meskipun Ninda pernah terjebak dalam pergaulan bebas dan terjerat narkoba saat kuliah, kini hidup Ninda sudah menginjak masa-masa stabilnya. Memang kafe Ninda tak melejit dengan cepat. Namun, Ninda bisa menikmati hasilnya dan memperkerjakan satu hingga lima orang karyawan. Cukup menyenangkan untuk ukuran seorang perempuan yang sudah lelah dengan kehidupan seperti Ninda.

Ponsel Reta berdering. Dia terbangun dari lamunannya. Ada nomor tak dikenal memanggil.

“Siapa, Ret?” tanya Ninda. Dia menghentikan mobil karena sekarang sedang lampu merah.

“Nggak tahu. Nggak kenal.”

“Angkat aja. Siapa tahu anaknya klienmu itu,” suruh Ninda. “Kalau ganteng dan jomlo, coba aja digebet. Siapa tahu kan jodoh.”

“Dih, Ninda. Apaan sih kamu,” Reta menekan tombol hijau untuk menerima panggilan itu.

Sayangnya, baterai ponsel Reta lowbat. Belum sempat percakapan dimulai, telepon sudah mati duluan.

“Duh, mati hapeku,” ucap Reta sedikit kesal.

Tawa Ninda terdengar kembali. “Ya udah. Besok ke rumah sakit lagi aja, Ret. Sekalian bawa buah,” ujar Ninda.

“Apaan sih. Besok aku tes wawancara kerja ya,” ujar Reta penuh semangat. “Aku harap besok aku beneran bisa lolos wawancara itu. Aku beneran butuh duit nih. Udah setahun nganggur. Duitku beneran tinggal recehan. Obat ibuku juga harus terus jalan.”

“Amin. Aku doain lolos, Ret. Kamu pasti bisa,” timpal Ninda dengan sangat tulus.

Lampu rambu lalu lintas kembali menghijau. Ninda mengemudikan mobilnya lagi menuju rumahnya.

***

Reta mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tampak deretan pelamar yang lolos tes wawancara.

Semua peserta tampak sehat. Hanya dirinya yang cacat dan menggunakan kursi roda.

Reta menghela napas gusar. Memang ada peraturan UU Ketenagakerjaan yang mewajibkan perusahaan swasta untuk tetap memberikan kuota pekerjaan untuk orang cacat. Namun, Reta tak yakin jika dirinya akan diterima. Mengingat perusahaan ini termasuk perusahaan besar di Bandung.

"Apa aku pulang aja ya?" desis Reta. Dia mulai gugup dan rasa tak percaya dirinya mulai timbul.

Menjadi arsitek tak hanya sekadar menggambar. Dia tetap harus mengecek ke lokasi pembangunan dan menyamakan desain dengan rumus bangunan agar harmonis. Dia tak mau menjadi seorang arsitek yang dianggap hanya sekadar untuk melukis keindahan. Dia tetap ingin menghasilkan desain yang mudah dibangun bagi para pembangun bangunan dan tentunya aman untuk keselamatan para pengguna bangunan saat gedung atau rumah sudah selesai dibangun.

Namun, dengan kondisinya yang cacat begini, pasti dia akan mendapatkan cercaan dari tim pewawancara. Reta yakin sekali akan hal itu.

Dan, keyakinan Reta memang terbukti benar. Tepat ketika dirinya sudah berada di dalam ruangan wawancara, salah satu pewawancara mulai menanyai Reta tentang kondisi fisik Reta yang cacat itu.

"Proyek yang kami buat selalu proyek bangunan besar. Anda harus bisa mengecek ke lapangan juga. Dengan kondisi seperti ini, apa Anda yakin bisa melakukannya?"

Reta menelan ludahnya. Jika ditanya seperti itu, Reta juga merasa gamang. Sedari tadi dia pun sudah memprediksi pertanyaan seperti ini akan terlontar untuknya.

"Iya, saya bisa," sahut Reta mantap.

Dia tak bisa menyerah begitu saja. Walaupun ragu, Reta tetap harus berjuang. Dia butuh uang. Dia harus bekerja. Menjadi perempuan single yang cacat dan pengangguran adalah hal terburuk dalam hidup Reta. Dia ingin mengubahnya. Minimal meskipun cacat, dia tetap harus bekerja agar bisa bertahan hidup dan punya kesempatan untuk berobat.

"Saya sudah mengikuti workshop untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan dan pekerjaan. Saya yakin bisa bekerja di lapangan untuk melakukan pengecekan langsung," terang Reta.

Pewawancara sebanyak tiga orang hanya saling tukar pandangan. Mereka tak lagi berkomentar dan melanjutkan ke pertanyaan berikutnya.

Selang satu jam, wawancara selesai. Reta mendekati pewawancara dan bertanya. "Kapan pengumuman berikutnya diumumkan?"

"Kami akan segera menghubungi. Maksimal dua minggu dari sekarang."

"Terima kasih," ujar Reta dengan anggukan kepala.

Dua minggu lagi dia akan tahu hasil pengumuman tes wawancaranya. Dia berharap hasilnya positif.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • GADIS LUMPUH KESAYANGAN CEO   MENDADAK INGIN KE SINGAPURA

    Melihat interaksi Reta dan Doni membuat hati Rumi terasa tentam, ini yang sebenarnya ingin ia rasakan ketika melihat Reta bersama dengan Dirga.Dirga bukan suami yang buruk, namun dari beberapa sisi tak disadari justru itulah yang membuat siapapun sakit termasuk Reta sendiri.Lihat kedekatan Reta dan Doni saat ini tanpa sadar sekelebat ide gila muncul dalam otak Rumi, dan entah setan apa yang merasukinya saat ini ia mulai mengeluarkannya ponsel miliknya.‘Dirga harus tahu, aku juga perlu menguji rasa cintanya pada Reta,’ ucap Rumi dalam hati.Jprettt.Rumi menangkap gambar Reta dan Doni secara diam-diam.Dari tangkapan gambarnya Rumi berhasil menangkap potret Reta dan Doni yang nampak sangat dekat, lalu tanpa ragu ia langsung mengirim foto itu ke nomor Dirga.‘Sesekali Dirga memang pantas dapatkan hal ini,’ ucap Rumi dalam hati.Pesan singkat berisi beberapa foto bahkan video kedekatan Reta dan Doni telah terkirim namun belum dibaca oleh CEO kaya raya itu.‘Mungkin dia masih sibuk, ta

  • GADIS LUMPUH KESAYANGAN CEO   HADIAH UNTUK ISTRIKU

    Dirga berdecak usai menonton video kiriman sang mama. Dia masih berada di Jepang sekarang. Selain memang ingin lari dari situasi pernikahan yang tidak dia inginkan sejak awal, dia memang memiliki beberapa tender proyek pembangunan gedung milik orang Indonesia yang dikembangkan di Jepang.Tentu saja Dirga tak bisa semudah itu bepergian. Dia harus bertanggung jawab mengecek harian proses pembangunannya dan mengawasi rancang bangunan sesuai dengan desain dan kekokohan bangunan atau tidak.“Dia terlihat lebih sehat,” gumam Dirga. Telunjuknya mengusap tepat di bagian wajah Reta tampak di layar ponselnya. Dalam hati, Dirga turut berbahagia karena Reta menunjukkan hasil pengobatan yang positif.Sebuah ketukan terdengar dari luar ruang kerja Dirga. Segera Dirga berhenti menatap ponselnya. Dia menaruh ponselnya di meja dan mempersilakan tamunya masuk.Tampak asistennya datang dengan setumpuk laporan progres pembangunan yang memang Dirga inginkan. Dirga termasuk tipe orang yang ketat dalam hal

  • GADIS LUMPUH KESAYANGAN CEO   BULAN PENUH COBAAN

    Reta mengikuti pemeriksaan awal ke rumah sakit untuk melihat saraf kaki dan punggungnya. Dia mengikuti rangkaian pemeriksaan dan hasilnya keluar sekitar satu jam kemudian.“Dok, bagaimana dengan kondisi saya? Apa masih ada kemungkinan bagi saya untuk berjalan?” tanya Reta penuh harap. Dia termasuk sudah telat untuk menjalani terapi saraf dan jalan karena tak memiliki biaya. Namun, dia tetap berharap bahwa dia bisa kembali jalan kaki.“Ada beberapa saraf yang terjepit tapi masih bisa dikembalikan ke posisi semula dengan operasi dan terapi,” tutur si dokter. “Setidaknya Anda harus melakukan operasi dan terapi. Butuh waktu lama untuk penyembuhan. Sekitaran satu atau dua tahun.”Reta terkesiap dalam kebingungan. Ada harapan besar bagi dia untuk kembali sembuh. Namun, dia butuh waktu maksimal dua tahun agar bisa sembuh.Sebuah sentuhan lembut jatuh di kedua pundak Reta. Reta tersentak dan tersadar dari lamunan kebingungannya.“Reta, Mama nggak masalah soal biaya pengobatanmu kok,” bisik Ru

  • GADIS LUMPUH KESAYANGAN CEO   ADA HARAPAN ATAU TIDAK?

    “Ga, mau ke mana?” tegur Zidan saat acara makan siang untuk merayakan pernikahan Dirga dan Reta selesai digelar.Langkah Dirga terhenti sebentar. Dia menoleh ke arah papanya yang sedang mengobrol bersama dengan adik-adik Dirga.“Ke kantor. Ada rapat dan sore nanti aku harus ke Jepang,” jawab Dirga. Dia menunjukkan koper biru tua yang ada di tangannya itu.“Ini hari pertama pernikahanmu, Ga. Di rumah dulu saja,” suruh Zidan. “Kamu nggak menghargai Reta sebagai istrimu.”“Aku sudah menuruti keinginan Papa dan Mama buat menikah. Sekarang terserah aku dong mau ngapain. Yang penting aku udah nikah, kan?” timpal Dirga. Dia mengingatkan kembali perjanjiannya dengan Zidan dulu. “Udah ya, Pa. Aku ada kerjaan menumpuk dan belum aku urusi gara-gara sibuk menyiapkan pernikahan ini.”“Reta bagaimana?” tanya Zidan. Dia mencoba bersabar menghadapi anak sulungnya yang memang terlampau bandel sejak kecil itu.“Reta kan harus pengobatan. Mendingan langsung bawa ke Singapura aja,” tutur Dirga. “Aku suda

  • GADIS LUMPUH KESAYANGAN CEO   AKHIRNYA SAH!

    Hari pernikahan yang dinanti telah tiba. Reta sudah mengenakan gaun pernikahan dengan model simpel sesuai dengan pilihannya.Wajah gadis itu tampak sangat cantik usai didandani oleh seorang make up artist ternama. Semua orang terkagum akan kecantikannya.“Wah, aku harus banyak ambil foto sama kamu, Ret,” Ninda tampak agresif dan mulai mengambil foto-foto bersama dengan Reta. “Kak Doni pasti seneng banget deh lihat foto-fotomu.”Reta mengulas senyuman simpul. Dia meladeni keinginan Ninda untuk foto bersama.“Kak Doni kan bukan suamiku, Ninda. Kamu harus bisa jaga kakakmu. Biar dia nggak dapet cap buruk,” tutur Reta. Dia sangat menghargai Doni sebagai seorang kakak. Dia tak mau orang lain berkata buruk tentang pria itu.“Santai aja. Kalaupun kamu cerai, Kak Doni kayaknya mau ajak nikahin kamu,” canda Ninda. Derai tawanya terdengar renyah. “Nanti malem kabarin aku ya? Kalau misal Dirga lakuin hal buruk ke kamu, kamu langsung sembunyi ke kamar mandi dan telepon aku. Janji ya?”Ninda menga

  • GADIS LUMPUH KESAYANGAN CEO   KALAU DIA SUKA BDSM, GIMANA?

    “Eh? Kenapa pipimu ada cap lima jari kayak ijazah sekolah, Ga?” celetuk Rumi saat bertemu dengan anak laki-lakinya di parkiran.Dirga mendengkus sebal. Tangannya masih mengusap-usap pipinya yang memanas gara-gara ditampar oleh Reta saat jatuh tepat di pangkuan Reta. Sebuah kesalahan besar karena tangan Dirga malah bergerak memegang dada kiri Reta untuk mendapatkan pijakan. Alhasil, cap lima jari melekat di pipinya.“Nggak tahu ah. Aku mau cabut dulu,” balas Dirga. Dia tak mungkin membuka aibnya dengan menceritakan ulang kejadian memalukan itu.Dirga melangkah duluan menuju mobilnya. Dia masuk ke dalam mobil dan langsung mengendarainya meninggalkan lokasi.Rumi menatap ke arah Reta. Dia yakin pasti terjadi sesuatu antara Reta dan Dirga. “Reta, kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Rumi. “Dirga nggak bikin kamu kesal, kan?”Sebelumnya Reta agak takut pada Rumi. Bagaimanapun, Dirga adalah anak sulung Rumi dan status Reta masih bertunangan dengan Dirga. Dia belum resmi menjadi istri Dirga.“Maa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status