Share

Part 6

Setelah Heru mendapatkan alamat David dari teman dekatnya, Olivia pamit.

Olivia sangat berterima kasih pada Heru karena telah berbaik hati mengizinkannya menginap tanpa berbuat yang macam-macam padanya. Olivia sangat menghargai itu. Ditambah lagi, Heru dengan tenang meminjaminya uang, meski mereka baru kenal tiga hari ini.

"Setelah urusanku selesai, aku berjanji akan membayarmu kembali." Olivia bersungguh-sungguh.

Setelah mendapatkan jawaban dari Silvia, dia akan kembali menemui pria yang dipukulnya waktu itu. Lalu kembali membayar Heru. Dia bahkan tak bisa meminta gajinya bulan ini ke restoran. Orang-orang itu pasti masih mengawasi. Hingga dia tidak bisa bebas kembali ke mana pun. Baik ke tempat kerja, ataupun tempat tinggalnya.

 

Olivia memesan tiket kereta untuk keberangkatan pagi ini. Air matanya tak berhenti mengalir memikirkan nasibnya saat ini. Bahkan ketakutannya pada pria bernama Ronan dapat dikalahkan oleh pengkhianat saudara dan juga kekasihnya.

Dan Olivia menangis karena itu. 

David yang dia kenal selama ini begitu dewasa dan sangat baik terhadapnya. Tak ada sedikit pun pernah membuat hatinya terluka. Tapi kini, bukan hanya luka. David menancapkan belati tepat di jantungnya. Membuatnya sesak dan hampir mati.

David berjanji, suatu hari akan membawa Olivia ke kampung halamannya. Mengenalkannya pada keluarga,  dan membuatnya menjadi bagian dari mereka. Tapi lihatlah sekarang, Olivia seperti tak mengenal pria itu.

Lalu dengan Silvia? Entah apa maksud Silvia melakukan semua ini. Olivia kembali memikirkan kejadian yang sudah-sudah. Silvia memang kerap kali menginginkan apa yang Olivia miliki. Dengan wajah sendunya, dia mampu membuat Olivia selalu mengalah hingga tak tega melihatnya. 

Silvia sering kali meminjam barang-barang milik Olivia. Dan Olivia sama sekali tidak keberatan dengan itu. Mulai dari baju, tas, sepatu, bahkan saat ini, barang yang paling berharga miliknya masih berada bersamanya.

Olivia rela kehilangan apa pun asal jangan yang satu itu. Olivia begitu menyayanginya.

Dan soal prostitusi itu, Olivia tak perlu lagi merasa heran. Bahkan kini dia percaya, bahwa Silvia punya pekerjaan sambilan sebagai wanita penghibur. Pria bernama Ronan di hotel itu, pasti salah satu pria hidung belang yang memesannya.

Melihat dari sikapnya yang mampu menggoda David, Silvia benar-benar pemain profesional. Sayangnya Olivia baru saja menyadarinya.

Satu lagi yang Olivia tak habis pikir, kenapa Silvia melibatkan dirinya dengan semua ini. Mungkinkan dia ingin Olivia juga terlihat buruk, sama sepertinya?

Perjalanan selama empat jam, cukup membuat Olivia akhirnya tertidur. Gadis itu terbangun setelah mendengar suara nyaring berbunyi. Menandakan kereta akan berhenti, dan tujuannya telah sampai.

Kota itu begitu asing bagi Olivia. Namun gadis bertubuh mungil itu tetap memberanikan diri melangkah. Dia tidak akan tinggal diam begitu tahu orang-orang yang dia percaya lari darinya, dan membawa miliknya yang paling berharga.

*

Olivia turun dari angkutan yang membawanya menuju alamat di secarik kertas. Rumah sederhana yang penuh dengan pernak-pernik pesta. Olivia menarik sudut bibir. 

'Mereka benar-benar menikah, rupanya.' Olivia bergumam.

Matanya sedikit menghangat. Tapi dia tidak akan menunjukkannya. Sepasang pengkhianat itu pasti akan menertawakannya jika menangis di hadapan mereka.

Olivia berjalan pelan memasuki halaman yang telah ramai. Orang-orang melirik penampilannya yang sama sekali tidak cocok jika dipakai pada acara resmi seperti itu.

Olivia tak menanggapi. Dia bukan tamu undangan yang harus mengikuti aturan. Bahkan dia sadar, kehadirannya sama sekali tak diharapkan.

Olivia melihat kursi pelaminan yang sedang kosong. Orang-orang berbisik, akad nikah belum dilaksanakan karena penghulu mengalami kecelakaan saat menuju ke tempat itu.

Akad yang harusnya dilakukan siang tadi, terpaksa ditunda menunggu penghulu pengganti. Bagaimanapun, pernikahan harus terjadi.

Tak lama suara riuh terdengar. Penghulu akhirnya datang. Para tamu berbondong-bondong masuk untuk menyaksikan acara sakral. Termasuk Olivia di antaranya.

Saat penghulu menjabat tangan David, seketika mata pria berkulit sawo matang itu terpaku. Hingga tak menghiraukan apa yang diucapkan bapak tua yang ada di hadapannya.

"Kau kenapa, David? Orang-orang menunggu." Wanita di sebelah David menatapnya. 

Namun setelah melihat apa yang membuat calon suaminya seperti itu, gadis itu juga sama terkejutnya. 

"O_Olivia?" Silvia menyebut pelan nama gadis yang kini berdiri di hadapan mereka.

                             ~~~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status