Share

Bab 38

Penulis: Adelia tpn
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 22:10:47

Pagi itu dimulai... dengan keheningan. Terlalu hening, hingga burung pun malas berkicau, dan matahari yang biasanya cerah seolah tahu: akan ada kekacauan besar sebentar lagi.

Tepat pukul 07.39 pagi, seluruh penjuru rumah mewah bergaya klasik itu masih tenang. Para pelayan tengah sibuk menyiapkan sarapan seperti biasa. Cokelat panas untuk Nona Livia, roti panggang dengan olesan stroberi, dan tentu saja, susu dingin karena Livia kadang berubah pikiran di detik terakhir.

Tapi detik berikutnya…

“AAAAAAAAAAKKKKKHHHHHH!!! AKU TELAT!!! AKU TELAAAAAATTTT!!”

Teriakan nyaring membelah pagi dengan dramatis. Seisi rumah langsung berhenti. Sendok terjatuh dari tangan salah satu pelayan, penjaga pintu hampir menjatuhkan earphone-nya, bahkan kucing peliharaan keluarga kabur ke bawah sofa karena trauma suara.

Dari lantai dua, seorang gadis dengan piyama penuh gambar kesukanya tergesa-gesa keluar kamar dengan rambut acak-acakan yang menjulang seperti sarang burung. Livia Everleigh si polos, si manja,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 39

    Pintu lift terbuka dengan bunyi khas yang menggema di seluruh lorong lantai paling atas kantor megah milik Zayn Vanderbilt. Aroma khas kopi dan parfum mahal menyambut kehadirannya saat Zayn melangkah keluar, diiringi Axel yang berjalan di sampingnya dengan ekspresi tegang. Tak seperti biasanya, Axel yang dikenal tenang dan rapi kali ini terlihat sedikit urakan dasinya longgar, rambutnya sedikit berantakan, dan wajahnya menunjukkan beban besar yang tengah ia pendam. Zayn masuk ke ruangannya yang penuh dengan kaca dan rak berisi dokumen rahasia. Begitu duduk di kursi kerjanya yang menghadap jendela besar dengan pemandangan kota, ia langsung melepas jas dan membuka dua kancing kemejanya. Tatapannya tajam mengarah pada Axel yang berdiri di seberang meja. Di ruangan penuh cahaya lampu putih dingin dan aroma kopi hitam yang mulai dingin, Zayn berdiri membelakangi jendela, memandangi lalu lintas padat kota yang mulai menggeliat menjelang siang. Tangannya menyelip di saku celana, dan wajahn

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   bab 40

    Langit sore mulai berganti warna. Mentari yang tadi terik kini mulai tenggelam perlahan di balik cakrawala, memancarkan semburat jingga yang lembut dan menenangkan. Di tengah keramaian kampus yang mulai sepi, Livia berdiri di depan gerbang utama dengan tas selempangnya yang lucu, menggantung manis di bahu mungilnya. Rambutnya yang dikuncir dua tampak sedikit berantakan, dan wajahnya… tetap dengan ekspresi polos yang lucu, meski terlihat sedikit kelelahan setelah seharian dikerjai tugas dan dibully oleh senior perempuan tadi siang. Ia mengedarkan pandangan, menunggu mobil Zayn yang katanya hari ini akan menjemput. Dalam hati, Livia masih sedikit ngambek atas kejadian kemarin ketika Zayn datang malam-malam dengan muka lempeng dan cuek seolah tidak ada apa-apa. Tapi hari ini, pria itu janji mau jemput… dan ternyata, dia beneran datang. Suara klakson singkat membuat kepala Livia menoleh. Mobil hitam mewah Zayn berhenti di depan gerbang, dengan jendela yang perlahan diturunkan. Wajah din

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 41

    Suasana dalam mobil malam itu terasa jauh berbeda dari biasanya. Tidak ada celoteh lucu Livia, tidak ada rengekan manja atau ocehan tentang cokelat panas dan permen yang ingin ia beli setelah pulang. Yang terdengar hanya suara AC mobil dan deru mesin yang berjalan stabil. Lampu-lampu kota menari-nari di kaca jendela, menciptakan bayangan yang silih berganti menyapu wajah Livia yang tampak termenung, memalingkan wajah ke arah luar jendela. Zayn mencuri pandang dari sisi kemudinya. Gadis itu duduk diam, kedua tangannya memeluk boneka kecil yang tadi ia menangkan dari mesin capit. Boneka itu meski tampak konyol menurutnya menjadi satu-satunya hal yang masih Livia genggam seolah sebagai pelindung dari kesedihan yang ia simpan. Zayn mengeratkan genggaman pada kemudi. Sesuatu di dalam dadanya terasa sesak. Ucapan dingin dan tajamnya tadi yang sempat dia ucapkan di depan umum, hanya karena Livia memaksanya memakai kostum couple, kini menggema kembali di kepalanya seperti hantaman ombak ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 42

    Sebuah mobil hitam elegan berhenti perlahan di depan gerbang rumah keluarga Everleigh. Lampu-lampu taman sudah menyala, menerangi jalur menuju teras utama. Livia yang duduk di samping Zayn tampak berbinar, sedangkan Zayn—seperti biasa—wajahnya datar, tanpa ekspresi berlebih.“Sudah yakin ingin menginap di sini?” tanya Zayn, nada suaranya tenang dan pelan, hampir tanpa intonasi.Livia meliriknya sambil mengangkat alis. “Yakin. Aku sudah kangen Mama. Dan lagipula, kamu sendiri yang nyuruh aku pergi.”Zayn menoleh sekilas, lalu tanpa banyak bicara, turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Livia. Ia mengikuti gadis itu ke depan pintu rumah, tangannya tetap dalam saku celana.Tak lama setelah bel ditekan, terdengarlah suara langkah cepat dari dalam rumah. Pintu terbuka lebar, menampakkan sosok wanita setengah baya dengan daster warna cerah dan rambut yang disanggul asal-asalan.“LIVIAAAA!” seru Mama Livia dramatis, langsung menyerbu anak gadisnya dan memeluknya erat. “Ya ampun, Mama pik

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 43

    Di sisi lain kota, di apartemen mewahnya yang sepi, Zayn duduk di ruang kerja, laptop terbuka tapi tak tersentuh. Matanya menatap kosong ke layar, namun pikirannya penuh—tentang Livia.Tentang ekspresi kecewanya tadi.Tentang cara gadis itu menahan senyum di depan mamanya. Tentang tawa kecilnya di sofa. Tentang suara rengeknya yang manja, bahkan tentang keributan kecil mereka di Timezone siang tadi.Zayn menghela napas panjang.“Aku payah,” gumamnya lirih.Di meja, ia mengambil ponselnya, membuka galeri foto. Foto-foto diam-diam yang ia ambil saat Livia tertidur, saat dia mengerucutkan bibir karena kesal, bahkan saat dia mengenakan hoodie kelinci kesayangannya.Semua hal kecil yang kini diam-diam membuat Zayn merasa... tenang.Tapi sekarang gadis itu tak bersamanya. Ia tidur di rumah orang tuanya, mungkin memeluk bantal, mungkin masih marah.Dan Zayn?Ia sudah mulai merencanakan kejutan esok hari.Bukan hanya untuk minta maaf. Tapi karena dia... merindukannya.Pagi itu, sinar matahari

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 44

    Mobil melaju pelan di bawah cahaya lampu jalanan yang temaram. Dari balik kaca jendela, bayangan pepohonan dan langit malam terlihat samar, memberikan kesan tenang yang anehnya membuat jantung Livia berdetak lebih cepat.Di kursi penumpang, Livia sibuk memainkan kalung bintang yang baru saja diberikan Zayn. Matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan kesayangan. Ia senyum-senyum sendiri, kadang menggigit bibir bawah, kadang menoleh ke arah Zayn yang tetap fokus menyetir dengan wajah seriusnya.“Zayn…” panggilnya pelan, suaranya seperti angin malam yang lembut.“Hm?”“Kalung ini... mahal gak?” tanyanya polos, menatap Zayn dengan mata bulat penuh rasa ingin tahu.Zayn menghela napas, melirik sebentar ke arah Livia lalu kembali menatap jalan. “Kenapa nanyanya itu?”“Soalnya kalau mahal... aku harus nyimpen di brankas, kan? Tapi aku gak punya brankas. Jadi aku taruh di kulkas aja ya, biar dingin dan aman?” ucapnya dengan polos dan yakin.Zayn nyaris menginjak rem sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 45

    Pagi itu, suasana rumah Zayn yang biasanya sunyi dan berkelas seperti galeri seni, mendadak berubah jadi medan perang kecil. Tentu saja, ini semua berkat satu makhluk mungil yang sedang panik Livia.“Aaaaaaaaak! Zayn, jam berapa ini?! Kenapa kamu nggak bangunin aku?! Aku telat! Aku bisa ketinggalan kelas, dan dosenku itu kayak Voldemort, tau nggak? Bisa kutuk nilai orang dari jauh!”Zayn yang baru keluar dari kamar mandi hanya melirik sekilas sambil menyeka rambutnya dengan handuk. “Kau tidur seperti orang koma, Livia. Aku sudah coba panggil tiga kali. Bahkan aku nyalain lagu dangdut, tapi kamu cuma guling-guling sambil ngelantur minta bakso.”Livia berhenti panik sejenak. “Hah? Aku ngomong minta bakso?”Zayn mengangkat alis. “Dengan kuah pedas level tujuh dan kerupuk dua.”Livia menampar jidatnya sendiri. “Aduh, malu banget.”Dengan gaya terburu-buru, Livia menyambar seragam kampusnya, salah pakai kaus kaki, lalu teriak-teriak sendiri karena paku rambut hilang. Zayn, dengan sabar dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-02
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM    Bab 46

    “Kamu yakin ini jalan ke kantin?” tanya Aisha datar, menatap Livia yang sibuk memegang peta kampus yang dicetak dari Google dua minggu lalu.Livia mengangguk mantap. “Yakin dong! Nih, katanya belok kanan, terus lurus sampai lihat pohon besar.”Aisha menghela napas panjang. “Itu pohon besar udah dari tadi kita lewatin, Liv. Kita muter-muter dari tadi. Kamu bawa peta yang zaman kerajaan mana sih?”Livia menatap peta dengan ekspresi bingung, lalu senyum malu-malu. “Ups, kayaknya aku salah print yang dari kampus sebelah...”Aisha memutar bola matanya, namun sudut bibirnya hampir tersenyum. Hampir. “Aduh, ya udahlah, ikut aku aja.”Mereka berjalan berdampingan, Livia sesekali bercerita asal-asalan soal bunga yang dilihatnya tumbuh di depan kelas, atau tentang mimpi anehnya semalam di mana Zayn berubah jadi gorila yang suka es krim.Aisha kadang hanya mengangguk, tapi matanya yang awalnya dingin mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan.“Eh, Sha, kamu suka kucing nggak?” tanya Livia tiba-tib

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03

Bab terbaru

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 60

    Di sudut kota tua Milan yang penuh arsitektur klasik, cahaya lampu malam menyinari bangunan kuno yang kini telah disulap menjadi sebuah aula pelelangan mewah. Di sinilah, di antara tamu-tamu berdasi dan gaun gemerlap, dunia bawah tanah bertemu dengan kemewahan permukaan.Zayn Vanderbilt berdiri tegak di antara kerumunan elite. Mengenakan setelan hitam Armani yang membentuk tubuh tegapnya dengan sempurna, tatapannya tajam menelusuri suasana. Di sampingnya, Axel berdiri dengan kedua tangan disilangkan di depan dada, waspada terhadap segala gerak-gerik mencurigakan.“Target kita adalah peti nomor 17,” bisik Axel, suaranya nyaris tak terdengar. “Isinya senjata prototipe yang hanya muncul sekali di pasar gelap dalam dua dekade.”Zayn mengangguk tanpa memalingkan wajah. Ia menyapu ruangan dengan matanya—dan saat itulah, langkah seorang wanita menarik perhatian banyak mata.Wanita itu melangkah anggun, dengan gaun merah menyala membelah ruangan yang dipenuhi dominasi hitam dan emas. Rambut p

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 59

    Pintu gerbang rumah Vanderbilt terbuka perlahan, menampakkan halaman luas dan bangunan megah bercat putih bersih. Mobil merah mewah itu melaju pelan, seperti pangeran yang baru pulang dari medan perang—tapi isinya justru dua wanita cerewet dan satu bocah super heboh.Begitu mobil berhenti, Finnian langsung membuka pintu belakang.“Yesss! Aku duluan yang sampe!” serunya sambil berlari ke dalam rumah seperti sedang lomba lari estafet.“FINNIAN! Sepatunya lepas! Eh—YA AMPUN, dia bawa boneka kucingnya masuk juga!” Serenity turun dengan rambut sedikit berantakan karena tertiup AC mobil, lalu menoleh ke Livia yang masih tertawa di dalam mobil.“Welcome to my chaotic life, sayang,” ujarnya dramatis.Livia menutup pintu dan berjalan beriringan dengan Serenity.Begitu masuk, suasana rumah yang biasanya hening karena aura misterius Zayn, kini berubah. Suara tawa Finnian menggema, disusul dengan suara Serenity yang berteriak, “Jangan lompat di sofa, Nak! Itu harganya bisa bayar SPP kuliah kamu s

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 58

    Sore itu, mentari mulai condong ke barat, membentuk bayangan panjang di sepanjang terminal penjemputan. Livia berdiri dengan ransel mungilnya, topi bulat berwarna pastel menutupi sebagian rambutnya yang terurai manis. Dia memandangi layar ponselnya yang, entah sudah berapa kali, dicek untuk melihat apakah ada kabar dari Zayn."Nggak ada juga… dia bener-bener lupa, ya?" gumam Livia sambil mengerucutkan bibir. Meski wajahnya tampak cemberut, ada seulas manis yang tetap membuat siapa pun yang melihatnya ingin menyubit pipinya. Ia berdiri kikuk, sendiri, seperti anak ayam kehilangan induk.Namun tiba-tiba—"BRAAAAK!" suara pintu mobil mewah yang terbuka dari arah jalan mengagetkannya. Mobil berwarna merah menyala, dengan velg hitam elegan dan jendela kaca gelap yang baru saja menepi, benar-benar menarik perhatian banyak pasang mata.Livia melongo. Matanya melebar.“Eh? Itu… Lamborghini?” gumamnya, ragu. Tapi sebelum sempat dia memastikan, jendela di bagian penumpang depan turun perlahan.

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 57

    Setelah keluar dari kantin dengan perut kenyang dan hati riang, Livia berjalan sambil bersenandung kecil menuju taman kampus. Di sebelahnya, Aisha melangkah santai dengan tangan dimasukkan ke dalam saku jaket. Angin siang yang sejuk menyapu rambut mereka, sementara cahaya matahari menerobos sela dedaunan, menciptakan bayangan teduh di sepanjang jalur setapak.“Dosen nggak masuk, tumben banget ya,” ucap Livia riang, tangannya mengayun ke depan dan ke belakang seperti anak kecil.Aisha hanya mengangguk malas. “Mungkin beliau sakit kepala lihat tugas-tugasmu,” gumamnya pelan.Livia melotot pelan, tapi hanya beberapa detik sebelum ia tertawa. “Kau jahat, tahu nggak?”Ketika mereka tiba di taman, Livia langsung mengenali sosok yang sedang duduk di bangku panjang, tak jauh dari kolam. Mahasiswa itu tengah membuka novel dengan tatapan serius, namun senyumnya langsung muncul ketika melihat Livia datang.“Reyhan!” seru Livia sembari melambai, seperti anak TK yang baru melihat teman TK-nya juga

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 56

    Langit siang di atas gedung Vanderbilt Corporation tampak mendung, seakan meramalkan badai yang tak hanya akan melanda kota, tetapi juga dunia bisnis kelam yang selama ini Zayn sembunyikan rapat-rapat di balik jas dan dasi mahalnya.Zayn Vanderbilt tengah duduk di ruang kerjanya yang luas dan minimalis. Layar laptop di depannya menampilkan laporan proyek dari salah satu anak perusahaan di luar negeri, namun pikirannya jelas tidak sepenuhnya tertambat pada angka-angka itu. Sejak pagi, rasa gelisah samar mengganggu fokusnya. Perasaan yang tak bisa ia jelaskan, tetapi cukup kuat untuk membuat alisnya terus berkerut.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan. Zayn tak perlu menoleh untuk mengetahui siapa pelakunya. Hanya ada satu orang yang cukup berani dan cukup penting untuk melanggar etika formal seperti itu.Axel Reinhardt. Tangan kanan sekaligus sahabat lamanya, yang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia bawah tanah dibanding ruang rapat."Sudah kuduga kau belum meninggalk

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 55

    Finnian duduk di kursi dengan kaki yang belum menyentuh lantai, sibuk memindahkan telur ke atas pancake dan menyebutnya "roket makanan ke bulan."Livia duduk di sebelahnya, tertawa kecil sambil membantu Finnian mengoleskan madu. Ia terlihat lebih segar pagi ini. Luka di lengannya sudah mulai mengering, dan semangatnya mulai kembali setelah beberapa hari rehat dari kampus.Serenity duduk di seberang Zayn sambil menyeruput kopi, lalu membuka suara, “Jadi, hari ini aku mau nganter Finnian ke sekolah Montessori yang kamu rekomendasikan itu. Semoga anak ini bisa duduk tenang lebih dari dua menit.”Finnian langsung protes, “Aku bisa duduk! Tapi kalau kursinya empuk!”Semua tertawa.Zayn yang sejak tadi diam, akhirnya bicara, “Aku sudah kirim berkasnya ke kepala sekolah. Mereka akan bantu proses pendaftaran hari ini.”Serenity mengangkat dua jempol. “Good. Aku nggak tahu mesti mulai dari mana. Banyak sekolah lihat aku sebelah mata. Ya, you know… single mom dengan sejarah drama.”Livia yang d

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 54

    Zayn memasuki rumahnya dengan langkah tegap dan ekspresi kaku yang sudah menjadi ciri khasnya. Setelah seharian dikejar rapat dan laporan dari jaringan bawah tanah yang mencurigakan, ia hanya ingin memeriksa kondisi Livia, memastikan luka gadis itu tidak kambuh dan pikirannya tetap aman.Namun baru saja membuka pintu utama, alisnya langsung bertaut saat mendengar…“TEMBAK DINO KUNINGNYA, FINN! TEMBAKKK!!”Suara Livia.“BUNYI SIRINEEE!! DINONYA LEMES!! AAAAKK!”Dan... suara kakaknya?Zayn mendecak pelan dan mempercepat langkahnya. Sampai akhirnya ia berhenti di ambang ruang keluarga.Pemandangan yang ia lihat sukses membuatnya nyaris kehilangan kata.Di tengah ruangan mewah bergaya modern itu, Livia duduk bersila di lantai, memakai bando kelinci, sambil memegang joystick mainan game dinosaurus yang diproyeksikan ke layar besar. Di sebelahnya, Finnian berdiri di atas meja kopi, berteriak heboh sambil menggenggam boneka t-rex yang matanya menyala.Dan di ujung sofa, Serenity—kakaknya yan

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 53

    Pagi hari itu, matahari bersinar malu-malu dari balik tirai kamar yang setengah terbuka. Udara masih segar, sedikit dingin, dan aroma harum dari diffuser lavender masih melayang di udara. Namun, alih-alih disambut dengan ceria seperti biasa, pagi ini Livia terbangun dengan nyut-nyutan di pergelangan tangannya yang masih dibebat perban.“Ugh… kenapa rasanya kayak habis tinju sama Iron Man…” gumamnya pelan, memeluk guling dengan ekspresi meringis.Sebenarnya, lukanya tidak terlalu parah—cuma sedikit memar dan tergores karena kecelakaan kecil di lab praktek kemarin. Tapi tentu saja, bagi seorang Zayn Vanderbilt, itu sudah sama saja seperti Livia baru saja selamat dari kecelakaan pesawat.Belum sempat Livia bangkit dari tempat tidur, pintu kamarnya terbuka pelan. Zayn masuk, membawa nampan sarapan dengan ekspresi datar—yang artinya dia sedang menahan marah dalam kadar medium. Seperti biasa, gaya CEO-nya tetap terpancar dari rambut sampai ujung kaki, padahal cuma pakai kaus lengan panjang

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 52

    Keesokan HarinyaLivia kembali menjalani rutinitasnya di kampus. Kali ini dengan dua pengawal tambahan yang dikirim oleh Zayn. Meski awalnya sempat protes, akhirnya ia menyerah karena takut Zayn benar-benar memasang CCTV di tiap sudut kampus.Di kampus, Aisha kembali muncul. Luka di bahunya tertutup perban, dan senyumnya sedikit dipaksakan.“Akudenger cowok kamu ngamuk ya kemarin?” tanya Aisha ketus saat menyusul Livia ke taman belakang kampus tempat mereka biasa duduk saat istirahat.Livia menggigit roti sandwich-nya perlahan, cengengesan. “Hehe... iya, agak serem sih... tapi dia baik kok. Kamu nggak apa-apa kan? Bahumu gimana?”Aisha menyipitkan mata.“Lucu ya kamu... masih bisa nanyain aku padahal udah jelas-jelas aku bikin kamu luka waktu praktik.”Livia langsung menegakkan duduknya. “Itu nggak sengaja kan? Aku tahu kok. Nggak usah merasa bersalah... aku juga sering jatuh sendiri, saking cerobohnya.”Aisha hanya mendecih kecil, kemudian menghela napas.“Kadang aku bingung deh... k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status