Home / Romansa / GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM: Chapter 1 - Chapter 10

60 Chapters

Bab 1

Ruang rapat dipenuhi hawa mencekam. Di ujung meja panjang dari kayu mahoni, seorang pria duduk dengan ekspresi dingin. Matanya yang gelap dan tajam menatap pria tua di hadapannya Richard Everleigh, seorang pengusaha terhormat yang kini tak lebih dari seorang terdakwa di pengadilan pribadi milik Zayn Vanderbilt. “Berani sekali kau menggelapkan uangku,” suara Zayn terdengar begitu pelan, namun penuh ancaman. Ia mengetuk ngetukkan jemarinya di atas meja, matanya menatap Richard seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Richard menelan ludah, tubuhnya bergetar hebat. "A-aku... bisa menjelaskan, Tuan Vanderbilt... aku—" “Diam.” Satu kata itu cukup untuk membuat Richard membisu seketika. Keringat dingin membanjiri pelipisnya. Di sekitar ruangan, para pengawal berdiri dengan ekspresi tak terbaca. Mereka semua tahu, Zayn tidak pernah memberi kesempatan kedua kepada siapa pun yang mengkhianatinya. Zayn mengangkat tangan, dan layar besar di ruangan itu menyala. Sebuah siaran langs
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 2

Livia masih berdiri di ambang pintu, terpaku menatap pria asing yang kini berdiri di hadapannya. Pria itu tinggi, lebih tinggi dari ayahnya, dengan bahu lebar dan aura dingin yang mengintimidasi. Matanya sehitam malam, menusuk ke dalam jiwanya seolah mencoba menelanjangi setiap sisi dirinya. Rahangnya tegas, dan wajahnya tanpa ekspresi, kecuali bibir tipis yang sedikit tertarik ke samping bukan senyuman, lebih seperti ejekan. Livia tidak mengenalnya. Tapi firasatnya mengatakan, pria ini bukan orang baik. “Siapa—” “Apa dia?” suara bariton pria itu memotong kata-kata Livia, mengabaikan keberadaannya seakan ia tak lebih dari sekadar barang. Richard menegang. Tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. “Zayn,” katanya dengan suara pelan, nyaris seperti bisikan penuh beban. Livia mengernyit. Zayn? Nama itu terdengar familiar, seakan ia pernah mendengarnya di suatu tempat. Zayn melangkah masuk tanpa izin, gerakannya santai namun penuh otoritas, seolah rum
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 3

Setelah beberapa jam kepergian Zayn dan Livia. Dalam rumah keluarga Everleigh yang megah, suasana mencekam menggantung di udara. Eleanor Everleigh duduk di ruang tamu dengan wajah penuh tanda tanya, jari-jarinya mengetuk meja dengan gelisah karena tidak melihat putrinya sejak tadi.Suaminya, Richard Everleigh, yang kini duduk di hadapannya kini terlihat mencoba mengungkapkan sesuatu.Namun ada sesuatu yang berbeda.“Richard, kenapa kau terlihat seperti itu?” tanyanya curiga.Richard tidak langsung menjawab. Pria itu menghela napas berat, seolah sedang mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan sesuatu yang tak sanggup diungkapkan.“Ada masalah…” suaranya lirih.Dada Eleanor mulai terasa sesak. “Masalah apa?”Richard menggigit bibirnya, ragu-ragu. Namun, akhirnya ia berkata dengan suara yang bergetar,“Livia… dia…”Eleanor menegang."Apa yang terjadi dengan Livia?"Richard menundukkan kepalanya. “Aku… aku tidak bisa berbuat apa-apa… Aku sudah mencoba segalanya…”BRAK!Eleanor menampar m
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 4

Mobil mewah itu berhenti di depan mansion megah yang menjulang tinggi, terpencil dari dunia luar. Gerbang hitam raksasa perlahan terbuka, seolah menyambut kedatangan mereka dengan kesan dingin dan angkuh. Di dalamnya, taman yang luas membentang, dihiasi dengan lampu-lampu taman berkilauan yang seharusnya terlihat indah, tetapi di mata Livia, tempat ini lebih menyerupai istana iblis yang mengerikan. Dia masih mengenakan gaun tidurnya, kaki telanjangnya menyentuh permukaan lantai mobil yang dingin. Air mata masih mengalir di pipinya, sesekali ia mengusapnya dengan lengan baju yang sudah basah karena tangisan yang tak kunjung berhenti sejak mereka meninggalkan rumah. “Aku ingin pulang…” suaranya lirih, hampir tak terdengar. Tidak ada jawaban. Pria di sebelahnya, Zayn Vanderbilt, tetap diam. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan simpati, apalagi rasa kasihan. Livia menggigit bibirnya, berusaha menahan isakan yang semakin memenuhi dadanya. “Tolong…” suara itu kembali keluar, lebih
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 5

Livia menyesap coklat panasnya dengan penuh kebahagiaan, seolah dunia di sekitarnya tidak lagi penting. Aroma manis yang menguar dari cangkir di tangannya langsung membawa kehangatan ke dalam tubuhnya yang lelah.Ia menatap Zayn yang masih berdiri dengan ekspresi datar di seberang meja dapur. Pria itu tampak tidak terganggu dengan keberadaannya, meskipun sebenarnya dialah penyebab utama Livia ada di tempat ini sekarang.Merasa cukup puas, Livia menghela napas panjang dan berbalik, siap kembali ke kamar dan mencoba tidur.Namun…"GROOOOK!"Livia membeku.Zayn juga ikut membeku.Suasana yang semula tenang berubah hening total.Livia menunduk perlahan dan menatap perutnya sendiri yang baru saja mengeluarkan suara memalukan itu.Tidak… tidak mungkin!Muka Livia langsung memerah. Ia menggigit bibirnya, berharap bumi bisa membelah diri dan menelannya sekarang juga.Zayn, yang menyaksikan semuanya, menatapnya tanpa ekspresi. Namun, sudut bibir pria itu tampak sedikit terangkat."Perutmu baru
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 6

Setelah selesai mandi, Livia berjalan ke ruang makan dengan langkah ringan. Rambutnya yang masih sedikit basah menjuntai di punggung, dan wajahnya terlihat lebih segar setelah air hangat membasuh kantuknya.Begitu sampai di ruang makan, matanya langsung berbinar melihat meja yang penuh dengan makanan. Ada roti panggang, telur, bacon, sosis, jus jeruk, dan berbagai menu sarapan mewah lainnya.Dan tentu saja, di ujung meja duduk seorang pria dengan ekspresi dingin dan tajam Zayn Vanderbilt.Livia mendengus dalam hati.Kenapa pria ini selalu terlihat seperti ingin membunuh seseorang?Tapi ah, itu bukan urusannya.Yang lebih penting sekarang adalah makan!Dengan semangat, Livia duduk di kursi di seberang Zayn dan mengambil piringnya sendiri. Matanya berbinar melihat makanan yang tampak lezat di depannya.Tapi saat ia hendak meraih sendok, tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang aneh.Atau lebih tepatnya… tidak menangkap sesuatu.Livia mengerutkan kening dan mulai mencari-cari ke sekelili
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 7

Livia menempelkan ponsel Zayn ke telinganya dengan penuh semangat, jari kakinya berjinjit-jinjit tak sabar menunggu suara Eleanor di ujung sana.Tuuut… Tuuut…Tak lama kemudian, suara seorang wanita terdengar."Halo?""MAMA!" Livia langsung berteriak seperti anak hilang yang baru ketemu orang tuanya. "INI LIVIA! AKU BAIK-BAIK SAJA! JANGAN KHAWATIR!"Di seberang sana, Eleanor jelas hampir kena serangan jantung."Livia?! Sayang, kamu di mana?! Kamu kenapa pakai nomor orang lain?!"Livia menoleh ke Zayn dengan ekspresi dramatis. "Mama bertanya kenapa aku pakai nomor orang lain," bisiknya pelan, seolah sedang membisikkan rahasia negara.Zayn menatapnya malas. "Bilang saja ponselmu aku sita."Livia menempelkan ponsel lagi. "Mama, HP Livi disita!"Zayn nyaris tersedak napasnya sendiri."APA?! SIAPA YANG BERANI MENYITA PONSEL ANAKKU?! BIAR MAMA GUGAT!"Livia menoleh lagi ke Zayn. "Mama nanya siapa yang berani nyita HP-ku," katanya dengan wajah super polos.Zayn memijit pelipisnya. "Sialan, b
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 8

Zayn menghela napas panjang saat duduk di dalam mobilnya. Ia pikir setelah meninggalkan rumah, ia bisa mendapatkan kedamaian sementara. Tapi ternyata tidak. Karena bahkan saat mobilnya melaju di jalanan kota, suara gadis polos itu masih terngiang di kepalanya. "Zayn! Aku mau HP-ku balik!" "Aku harus kirim emoji peluk!" "Kenapa kau tidak punya nomor Mamaku?!" Zayn memijat pelipisnya dengan frustrasi. Baru satu hari bersama Livia, dan ia sudah ingin menyerah. Ketika akhirnya sampai di gedung kantornya, para karyawan yang melihatnya langsung merasakan hawa dingin. Tuan Vanderbilt tampak lebih mengerikan dari biasanya. Tanpa sepatah kata pun, Zayn berjalan menuju ruangannya dengan langkah panjang. Namun, baru saja ia duduk dan membuka laptop, ponselnya bergetar. Melihat nama yang muncul di layar, Zayn langsung menegang. Eleanor Everleigh. Ibunya Livia. Astaga. Dengan sedikit enggan, Zayn mengangkat panggilan itu. "Ya?" Dan detik berikutnya.... "ZAYN VANDERBILT! DI MANA
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 9

Langit malam tampak kelam, tanpa bintang yang berani menampakkan diri. Di sebuah gudang tua di pinggiran kota, suasana begitu mencekam. Bau besi dari darah yang mengering memenuhi udara. Sebuah kursi di tengah ruangan menjadi saksi bisu dari permainan kematian yang akan segera dimulai. Seseorang duduk di sana terikat, tubuhnya penuh luka, wajahnya lebam hingga sulit dikenali. Vincent Morelli. Pria yang cukup gila untuk menantang seorang Zayn Vanderbilt. Vincent pernah berpikir bahwa dia bisa menjatuhkan Zayn, mengambil bisnisnya, dan menguasai yang menjadi milik Zayn tapi sekarang? Dia hanya seseorang yang menunggu ajalnya datang. Pintu gudang terbuka. Zayn masuk. Dibalut setelan hitam sempurna, wajahnya tanpa ekspresi, matanya kosong seperti iblis tanpa hati. Di belakangnya, dua pria bertubuh besar mengikutinya, salah satunya membawa pisau kecil, yang lainnya membawa pistol. Vincent mendongak dengan sisa tenaga yang ia miliki, menatap Zayn dengan kebencian. "Bajingan..." sua
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

Bab 10

Zayn menatap Livia yang masih duduk di lantai dengan wajah penuh harapan, matanya yang berbinar seperti anak kecil yang baru saja dijanjikan permen. Dia benar-benar tidak habis pikir. Dari semua masalah yang bisa terjadi dalam hidupnya, kini dia harus menangani seorang gadis dewasa yang menangis hanya karena boneka kelinci bernama Caca.Ponsel masih melekat di telinganya saat ia menghela napas panjang. "Ambil boneka kelinci di rumah keluarga Everleigh. Jangan ada yang melihatmu," ucapnya kepada orang di seberang telepon.Livia langsung bertepuk tangan girang. "Yay! Caca akan kembali!" Zayn menutup teleponnya lalu menatap Livia dengan tatapan datar. "Tapi semalam kau tidur baik-baik saja tanpa Caca sialanmu itu."Seharusnya itu pernyataan biasa. Seharusnya Livia hanya akan mengangguk atau mengucapkan terima kasih. Tapi tidak.Sebaliknya, Livia malah terdiam sesaat, sebelum wajahnya berubah merah padam seperti kepiting rebus. "A-Aku tidak tidur!" Livia buru-buru bangkit dari lantai,
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status