Share

Bab 8

Author: Adelia tpn
last update Last Updated: 2025-03-24 07:20:35

Zayn menghela napas panjang saat duduk di dalam mobilnya.

Ia pikir setelah meninggalkan rumah, ia bisa mendapatkan kedamaian sementara.

Tapi ternyata tidak.

Karena bahkan saat mobilnya melaju di jalanan kota, suara gadis polos itu masih terngiang di kepalanya.

"Zayn! Aku mau HP-ku balik!"

"Aku harus kirim emoji peluk!"

"Kenapa kau tidak punya nomor Mamaku?!"

Zayn memijat pelipisnya dengan frustrasi.

Baru satu hari bersama Livia, dan ia sudah ingin menyerah.

Ketika akhirnya sampai di gedung kantornya, para karyawan yang melihatnya langsung merasakan hawa dingin.

Tuan Vanderbilt tampak lebih mengerikan dari biasanya.

Tanpa sepatah kata pun, Zayn berjalan menuju ruangannya dengan langkah panjang.

Namun, baru saja ia duduk dan membuka laptop, ponselnya bergetar.

Melihat nama yang muncul di layar, Zayn langsung menegang.

Eleanor Everleigh.

Ibunya Livia.

Astaga.

Dengan sedikit enggan, Zayn mengangkat panggilan itu.

"Ya?"

Dan detik berikutnya....

"ZAYN VANDERBILT! DI MANA PUTRIKU?!"

Telinganya langsung sakit.

Zayn menjauhkan ponselnya dari telinga, membiarkan suara Eleanor menggema di seluruh ruangan.

"Bagaimana bisa kau membawa Livia begitu saja?! Dia itu masih kecil! Dia tidak bisa hidup tanpa permen dan coklat panas!"

Zayn mengerjapkan mata.

Tunggu, apa?

"Dia bahkan tidak bisa tidur kalau tidak ada boneka kesayangannya! Apa kau sudah memberinya coklat hangat sebelum tidur?! Apa kau memastikan dia makan dengan benar?! DIA SANGAT RAPUH, ZAYN!"

Zayn nyaris kehilangan akal sehatnya.

Jadi, bukan hanya Livia yang aneh.

Ibunya juga sama saja.

"Zayn! Jawab aku!" teriak Eleanor di telepon.

Zayn menghela napas panjang. "Dia baik-baik saja."

"BENARKAH?!"

"Ya. Dia masih hidup."

"ITU JAWABAN APA?!"

Zayn menarik napas dalam, menahan keinginan untuk menutup telepon ini sekarang juga.

"Apa kau ingin aku mengirimkan bukti bahwa putrimu masih hidup?" tanyanya dengan nada datar.

"YA! Aku ingin video call sekarang juga!"

Zayn melirik jam di tangannya. Baru pukul sembilan pagi, dan ia sudah harus menghadapi dua perempuan Everleigh yang membuat kepalanya pening.

"Livia pasti sedang tidur," katanya, berharap itu cukup untuk menghentikan kegilaan ini.

"TIDUR?! Bukankah sekarang sudah pagi?! Kau menyuruhnya bekerja rodi?!"

Zayn mengerang frustrasi. "Aku tidak—"

"Astagaaa, Zayn! Dia itu gadis kecil! Apa kau tahu kalau dia tidak bisa tidur tanpa boneka kelincinya?!"

"Dia sudah dua puluh satu tahun, Eleanor," balas Zayn dengan suara dingin.

"Dia masih bayiku!"

Zayn benar-benar ingin melempar ponselnya sekarang.

"Dengar, Zayn. Aku tidak peduli kau CEO, mafia, atau bahkan raja dunia! Jika kau membuat putriku menangis, aku akan datang ke rumahmu dan menyeretnya kembali! Kau mengerti?!"

Klik.

Sambungan langsung terputus.

Zayn menatap ponselnya dengan ekspresi kosong.

Apa yang baru saja terjadi?

Baru pertama kali dalam hidupnya seseorang berani membentaknya seperti itu.

Dan anehnya, ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Zayn menghela napas panjang.

Ia harus bersiap.

Karena jika putri ajaib itu benar-benar menangis sepanjang hari, ibunya mungkin akan datang membawa pasukan dan senjata lengkap.

*********

Di rumah megah Vanderbilt, Livia sedang berbaring tengkurap di sofa dengan ekspresi super sengsara.

Hari ini benar-benar buruk.

Pertama, dia dipaksa tinggal di rumah CEO iblis.

Kedua, Caca boneka kelinci kesayangannya tidak bersamanya

Ketiga, ia belum mengirimkan emoji peluk untuk mamanya

"Apa hidupku sudah berakhir?" gumamnya dramatik.

Salah satu pelayan yang lewat hanya bisa menatapnya bingung.

Livia berguling ke samping, memeluk bantal sofa dengan ekspresi penuh penderitaan.

Aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak bisa terus seperti ini!

Tiba-tiba, sebuah ide brilian muncul di kepalanya.

"AHA!"

Livia melompat berdiri.

Kalau Zayn tidak mengembalikan HP-nya, maka dia akan melakukan cara lain!

Livia bergegas menuju meja telepon rumah.

Ini rumah Zayn, kan? Seharusnya ada telepon!

Benar saja.

Di sudut ruangan, ia melihat sebuah telepon kabel klasik.

YES!

Dengan penuh semangat, Livia mengangkat gagang telepon dan mulai menekan nomor yang sudah dihafalnya sejak kecil.

Nomor Mama!

Namun, begitu ia menempelkan telepon ke telinga—

Tut tut tut.

Livia mengerutkan kening.

Dia mencoba lagi.

Tut tut tut.

"Apa-apaan ini?"

Livia menekan nomor lain, kali ini mencoba menelepon Restoran Pizza favoritnya.

Tut tut tut.

"APA?! Kenapa tidak bisa?!"

Livia menatap telepon itu dengan horor.

Jangan bilang…

Jangan bilang Zayn sudah memutuskan akses telepon juga?!

"DASAR CEO IBLIS!" teriaknya sambil menggebrak meja.

"Livia?"

Livia tersentak dan menoleh cepat.

Di ambang pintu, seorang pria berjas hitam berdiri dengan ekspresi tajam.

Livia mengerjap.

Siapa ini?

"Oh, maaf, aku belum kenalan!" katanya polos. "Halo, namaku Livia Everleigh!"

Pria itu berkedip. "…Aku sudah tahu."

Livia mengangguk paham.

"Oh, oke! Kalau begitu, aku mau tanya… Kau tahu di mana HP-ku?"

Pria itu terdiam.

Lalu dengan suara datar, ia menjawab, "Maaf, Nona. Saya hanya ditugaskan menjaga rumah ini. Jika Anda ingin sesuatu, tanyakan langsung kepada Tuan Zayn."

Livia mengembungkan pipinya kesal.

"Apa-apaan, sih! Semua orang di rumah ini tunduk pada Zayn!"

Livia mendengus, lalu kembali duduk di sofa dengan pose terpuruk.

"Aku benar-benar diculik ke penjara CEO," gumamnya dramatis.

Pelayan di sampingnya hanya bisa menghela napas.

Mereka sudah bekerja di rumah ini selama bertahun-tahun, tapi baru kali ini ada yang membuat suasana jadi segila ini.

Livia menggulingkan tubuhnya di sofa dengan ekspresi sangat bosan.

Sudah dua puluh menit sejak kegagalannya menelepon Mama, dan ia kehabisan ide.

Mau apa lagi dia di rumah ini?

Tidak ada HP.

Tidak ada caca.

Tidak ada kebebasan.

Mungkin aku harus melarikan diri?!

Livia menepuk pipinya sendiri.

Gila! Aku kan bukan buronan!

Tapi… kalau dia tidak melakukan sesuatu, dia akan mati karena kebosanan.

"Huh…"

Ia bangkit dan mulai berjalan mengelilingi rumah.

Mungkin ada sesuatu yang bisa menghiburnya.

TAPI.

Livia baru sadar kalau rumah ini terlalu sepi.

Jangankan TV menyala, suara pelayan berbicara pun nyaris tidak ada.

Rumah ini benar-benar membosankan!

Bagaimana Zayn bisa tinggal di tempat seperti ini?!

Saat itulah, matanya berkilat.

"Ah-ha! Mungkin ada ruang hiburan!"

Dengan semangat, Livia mulai membuka satu per satu pintu di rumah itu.

Pintu pertama…

Ruangan kantor Zayn.

"Eh, bukan ini!"

Ia buru-buru menutup pintu dan lanjut ke yang lain.

Pintu kedua…

Ruang rapat dengan meja panjang dan kursi-kursi mahal.

"Siapa yang butuh ruang rapat di rumah?!"

Livia menggerutu.

Pintu ketiga…

Ruangan penuh buku-buku tebal dan serius.

"Perpustakaan? Ugh, bukan ini juga!"

Pintu keempat…

Ruangan kosong.

"Kenapa ada ruangan nggak kepake?"

Livia mengerutkan kening.

Ia beralih ke pintu lain.

Pintu kelima…

Matanya berbinar.

Ada TV super besar!

Ada sofa empuk!

Ada kulkas mini di sudut ruangan!

YES, KETEMU!

Dengan cepat, Livia melompat ke sofa dan meraih remote TV.

"Akhirnya ada hiburan!"

Tapi begitu dia menekan tombol…

TV itu tidak menyala.

Livia berkedip.

Dia mencoba lagi.

Tidak menyala.

"Hah?"

Livia memeriksa colokan listrik.

Tersambung.

Dia mencoba remote lain.

Tidak berfungsi.

Matanya menyipit.

"Jangan bilang… Zayn sengaja mematikan listriknya?"

Makin curiga, Livia segera menuju kulkas mini.

Ketika ia membukanya…

Kosong.

Benar-benar tidak ada apa-apa.

"ZAYN VANDERBILT, KAU PSIKOPAT?!" teriaknya frustrasi.

Livia jatuh terduduk di lantai.

Tidak ada TV.

Tidak ada hiburan.

Tidak ada caca.

AKU TERKURUNG DI NERAKA!

Pelayan yang kebetulan lewat hanya bisa menunduk diam, pura-pura tidak mendengar.

Sementara itu, Livia hanya bisa meratap di lantai.

Hidupnya benar-benar sengsara tetapi ada permen yang menjadi kekuatan seorang Livia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 97

    Mobil hitam mewah itu akhirnya memasuki kawasan perumahan elit tempat tinggal Zayn. Setelah seharian menghabiskan waktu di pantai, senyap perlahan mengambil alih kabin mobil. Finnian yang semula ramai dan penuh celoteh kini tertidur pulas di pangkuan Serenity, dengan pipi merah merona karena terbakar matahari dan jemari mungilnya masih menggenggam ember kecil berisi kerang hasil tangkapannya.Livia duduk tenang di sebelah Zayn. Tidak banyak bicara, tapi dari raut wajahnya terpancar kepuasan dan ketenangan. Angin pantai masih terasa seolah membuntuti mereka, dan aroma laut entah mengapa masih menempel lembut di kulitnya.Zayn menoleh sekilas. Ia melihat Livia sedang menyandarkan kepala ke jendela, tersenyum kecil. “Kamu kelihatan puas banget,” gumamnya sambil menurunkan sedikit kaca jendela agar udara segar masuk.Livia menoleh, mengangguk pelan. “Hari ini kayak mimpi… kayak dunia itu cuma ada aku, kamu, Finnian, dan Serenity.”“Jangan lupa, Aisha juga sempat muncul seperti film horor,

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 96

    Pagi merekah perlahan, menyusup masuk lewat celah tirai resort yang sedikit terbuka. Sinar matahari menyentuh lembut kulit Livia yang masih terlelap, membentuk pola cahaya hangat di pipinya yang merona. Di luar, ombak menyapa pasir pantai dengan suara tenang, seolah ikut menjaga tidur nyenyaknya.Zayn sudah lebih dulu bangun. Ia duduk bersandar di tepi ranjang, mengenakan jubah handuk yang menggantung santai di tubuhnya. Rambutnya masih sedikit basah, dan secangkir kopi hangat mengepul di tangan. Tatapannya tertuju pada Livia yang masih meringkuk seperti anak kucing dalam selimut, bibirnya sedikit terbuka, sesekali bergumam tak jelas dalam tidur.Senyum kecil mengembang di bibir Zayn. Entah sejak kapan gadis polos ini menjadi pusat gravitasi dalam hidupnya. Yang jelas, pagi itu terasa berbeda. Lebih ringan. Lebih hidup. Lebih... berarti.Perlahan, ia membungkuk dan menyibakkan sedikit anak rambut yang menutupi wajah Livia. “Bangun, sleepyhead,” bisiknya lembut di telinga gadis itu.Li

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 95

    Malam menggulung langit dalam gelap yang pekat, hanya dihiasi bintang-bintang kecil yang bertaburan bagai serpihan kristal. Suara ombak masih terdengar dari kejauhan, namun kini terdengar lebih lembut seolah ikut meredakan badai di dada Livia dan Zayn. Mereka memasuki kamar resort yang hangat. Livia masih menggenggam tangan Zayn, namun langkahnya lambat, seolah masih ragu apakah suasana damai ini akan bertahan lama. Zayn tahu itu. Ia bisa merasakannya lewat sentuhan jari Livia yang gemetar halus, seolah masih menimbang apakah ia benar-benar aman bersandar padanya malam ini. Zayn menutup pintu perlahan, kemudian membimbing Livia duduk di tepi ranjang yang empuk. Lampu kamar redup, menciptakan bayangan lembut di dinding. Angin laut masih menyelinap masuk lewat jendela balkon yang sedikit terbuka, membawa aroma asin yang khas, bercampur dengan harum tubuh Livia yang baru mandi. “Aku mau kamu tidur nyenyak malam ini,” ucap Zayn, duduk di sebelah Livia dan menyentuh pelipis gadis itu

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 94

    Senja di pantai telah berlalu. Langit mulai menggelap, dihiasi semburat jingga terakhir yang tergurat di cakrawala. Suara ombak terdengar lebih dalam, bergulung perlahan seolah bernyanyi pelan menyambut malam. Aroma garam dan pasir masih melekat di udara, menyatu dengan suara kicauan jangkrik yang mulai mengambil alih tugas burung-burung siang. duduk sendirian di balkon kamar resort yang menghadap langsung ke laut. Kakinya dilipat di kursi rotan panjang, dengan handuk yang masih tersampir di bahunya. Angin malam membelai rambutnya yang belum sepenuhnya kering, membuat helaian-helaian lembut itu berterbangan membingkai wajahnya yang murung.Pikirannya melayang entah ke mana. Tadi siang terlalu aneh. Kedatangan Aisha yang tiba-tiba, raut wajah Zayn yang terlihat tajam sesaat setelah itu, dan… pertengkaran kecil dengan Serenity di dapur barusan tentang kenapa Livia masih terus bersikap terlalu "baik" pada orang seperti Aisha.Tapi bukan itu yang paling menghantuinya.Yang membuat hatiny

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 93

    Mentari pagi menyapa dengan sinar keemasan yang hangat, memantul lembut di sela tirai kamar Livia dan Zayn. Angin berembus pelan dari jendela yang sengaja dibuka setengah, membawa aroma laut yang samar-samar mulai terasa sejak malam sebelumnya. Hari ini bukan hari kerja, bukan pula hari kuliah. Hari ini adalah hari yang Livia tunggu-tunggu dengan hati berdebar dan wajah berseri—hari Minggu, hari libur yang telah dijanjikan oleh Zayn sejak pertengkaran terakhir mereka.Liburan kecil ini seperti penawar luka, cara Zayn menebus luka-luka kecil yang mungkin belum sembuh sepenuhnya di hati Livia. Dan gadis itu dengan pakaian pantai yang sudah ia siapkan sejak dua hari lalu, lengkap dengan topi bundar lebar dan sunblock yang dibelinya secara impulsif karena "biar mirip cewek-cewek drama Korea" bangun lebih pagi dari biasanya, penuh semangat dan… berisik, seperti biasa."Zayn! Bangun! Kita bisa kena macet kalau telat!" teriak Livia sambil mengguncang-guncang tubuh pria itu yang masih berseli

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 92

    Cahaya lampu tidur yang temaram membuat bayangan wajah Zayn dan Livia membaur di dalam keheningan kamar. Livia menatap lelaki di hadapannya itu dengan sorot mata yang masih menyimpan luka, namun juga penuh keraguan dan harapan. Sementara Zayn, duduk di tepi ranjang seolah menahan jarak agar tak semakin menyakiti gadis yang telah diam-diam mencuri tempat dalam hidupnya."Aku gak ngerti, Zayn…" suara Livia pecah, pelan, nyaris seperti bisikan, namun penuh tekanan batin. "Kadang kamu manis banget, perhatian kayak yang benar-benar peduli… tapi tiba-tiba kamu bisa berubah jadi orang asing yang dingin banget. Aku gak ngerti harus gimana."Zayn terdiam, tak langsung menjawab. Ia menatap jemarinya sendiri, lalu dengan pelan mengusap wajahnya, seakan mencoba menghapus topeng keras yang biasa ia kenakan.“Aku… bukan orang baik, Liv,” katanya akhirnya. “Duniaku bukan tempat yang layak buat seseorang sepertimu. Bahkan kadang aku sendiri takut… takut kamu suatu hari sadar dan pergi…”Livia mendeng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status