Share

Bab 8

Author: Adelia tpn
last update Huling Na-update: 2025-03-24 07:20:35

Zayn menghela napas panjang saat duduk di dalam mobilnya.

Ia pikir setelah meninggalkan rumah, ia bisa mendapatkan kedamaian sementara.

Tapi ternyata tidak.

Karena bahkan saat mobilnya melaju di jalanan kota, suara gadis polos itu masih terngiang di kepalanya.

"Zayn! Aku mau HP-ku balik!"

"Aku harus kirim emoji peluk!"

"Kenapa kau tidak punya nomor Mamaku?!"

Zayn memijat pelipisnya dengan frustrasi.

Baru satu hari bersama Livia, dan ia sudah ingin menyerah.

Ketika akhirnya sampai di gedung kantornya, para karyawan yang melihatnya langsung merasakan hawa dingin.

Tuan Vanderbilt tampak lebih mengerikan dari biasanya.

Tanpa sepatah kata pun, Zayn berjalan menuju ruangannya dengan langkah panjang.

Namun, baru saja ia duduk dan membuka laptop, ponselnya bergetar.

Melihat nama yang muncul di layar, Zayn langsung menegang.

Eleanor Everleigh.

Ibunya Livia.

Astaga.

Dengan sedikit enggan, Zayn mengangkat panggilan itu.

"Ya?"

Dan detik berikutnya....

"ZAYN VANDERBILT! DI MANA PUTRIKU?!"

Telinganya langsung sakit.

Zayn menjauhkan ponselnya dari telinga, membiarkan suara Eleanor menggema di seluruh ruangan.

"Bagaimana bisa kau membawa Livia begitu saja?! Dia itu masih kecil! Dia tidak bisa hidup tanpa permen dan coklat panas!"

Zayn mengerjapkan mata.

Tunggu, apa?

"Dia bahkan tidak bisa tidur kalau tidak ada boneka kesayangannya! Apa kau sudah memberinya coklat hangat sebelum tidur?! Apa kau memastikan dia makan dengan benar?! DIA SANGAT RAPUH, ZAYN!"

Zayn nyaris kehilangan akal sehatnya.

Jadi, bukan hanya Livia yang aneh.

Ibunya juga sama saja.

"Zayn! Jawab aku!" teriak Eleanor di telepon.

Zayn menghela napas panjang. "Dia baik-baik saja."

"BENARKAH?!"

"Ya. Dia masih hidup."

"ITU JAWABAN APA?!"

Zayn menarik napas dalam, menahan keinginan untuk menutup telepon ini sekarang juga.

"Apa kau ingin aku mengirimkan bukti bahwa putrimu masih hidup?" tanyanya dengan nada datar.

"YA! Aku ingin video call sekarang juga!"

Zayn melirik jam di tangannya. Baru pukul sembilan pagi, dan ia sudah harus menghadapi dua perempuan Everleigh yang membuat kepalanya pening.

"Livia pasti sedang tidur," katanya, berharap itu cukup untuk menghentikan kegilaan ini.

"TIDUR?! Bukankah sekarang sudah pagi?! Kau menyuruhnya bekerja rodi?!"

Zayn mengerang frustrasi. "Aku tidak—"

"Astagaaa, Zayn! Dia itu gadis kecil! Apa kau tahu kalau dia tidak bisa tidur tanpa boneka kelincinya?!"

"Dia sudah dua puluh satu tahun, Eleanor," balas Zayn dengan suara dingin.

"Dia masih bayiku!"

Zayn benar-benar ingin melempar ponselnya sekarang.

"Dengar, Zayn. Aku tidak peduli kau CEO, mafia, atau bahkan raja dunia! Jika kau membuat putriku menangis, aku akan datang ke rumahmu dan menyeretnya kembali! Kau mengerti?!"

Klik.

Sambungan langsung terputus.

Zayn menatap ponselnya dengan ekspresi kosong.

Apa yang baru saja terjadi?

Baru pertama kali dalam hidupnya seseorang berani membentaknya seperti itu.

Dan anehnya, ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Zayn menghela napas panjang.

Ia harus bersiap.

Karena jika putri ajaib itu benar-benar menangis sepanjang hari, ibunya mungkin akan datang membawa pasukan dan senjata lengkap.

*********

Di rumah megah Vanderbilt, Livia sedang berbaring tengkurap di sofa dengan ekspresi super sengsara.

Hari ini benar-benar buruk.

Pertama, dia dipaksa tinggal di rumah CEO iblis.

Kedua, Caca boneka kelinci kesayangannya tidak bersamanya

Ketiga, ia belum mengirimkan emoji peluk untuk mamanya

"Apa hidupku sudah berakhir?" gumamnya dramatik.

Salah satu pelayan yang lewat hanya bisa menatapnya bingung.

Livia berguling ke samping, memeluk bantal sofa dengan ekspresi penuh penderitaan.

Aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak bisa terus seperti ini!

Tiba-tiba, sebuah ide brilian muncul di kepalanya.

"AHA!"

Livia melompat berdiri.

Kalau Zayn tidak mengembalikan HP-nya, maka dia akan melakukan cara lain!

Livia bergegas menuju meja telepon rumah.

Ini rumah Zayn, kan? Seharusnya ada telepon!

Benar saja.

Di sudut ruangan, ia melihat sebuah telepon kabel klasik.

YES!

Dengan penuh semangat, Livia mengangkat gagang telepon dan mulai menekan nomor yang sudah dihafalnya sejak kecil.

Nomor Mama!

Namun, begitu ia menempelkan telepon ke telinga—

Tut tut tut.

Livia mengerutkan kening.

Dia mencoba lagi.

Tut tut tut.

"Apa-apaan ini?"

Livia menekan nomor lain, kali ini mencoba menelepon Restoran Pizza favoritnya.

Tut tut tut.

"APA?! Kenapa tidak bisa?!"

Livia menatap telepon itu dengan horor.

Jangan bilang…

Jangan bilang Zayn sudah memutuskan akses telepon juga?!

"DASAR CEO IBLIS!" teriaknya sambil menggebrak meja.

"Livia?"

Livia tersentak dan menoleh cepat.

Di ambang pintu, seorang pria berjas hitam berdiri dengan ekspresi tajam.

Livia mengerjap.

Siapa ini?

"Oh, maaf, aku belum kenalan!" katanya polos. "Halo, namaku Livia Everleigh!"

Pria itu berkedip. "…Aku sudah tahu."

Livia mengangguk paham.

"Oh, oke! Kalau begitu, aku mau tanya… Kau tahu di mana HP-ku?"

Pria itu terdiam.

Lalu dengan suara datar, ia menjawab, "Maaf, Nona. Saya hanya ditugaskan menjaga rumah ini. Jika Anda ingin sesuatu, tanyakan langsung kepada Tuan Zayn."

Livia mengembungkan pipinya kesal.

"Apa-apaan, sih! Semua orang di rumah ini tunduk pada Zayn!"

Livia mendengus, lalu kembali duduk di sofa dengan pose terpuruk.

"Aku benar-benar diculik ke penjara CEO," gumamnya dramatis.

Pelayan di sampingnya hanya bisa menghela napas.

Mereka sudah bekerja di rumah ini selama bertahun-tahun, tapi baru kali ini ada yang membuat suasana jadi segila ini.

Livia menggulingkan tubuhnya di sofa dengan ekspresi sangat bosan.

Sudah dua puluh menit sejak kegagalannya menelepon Mama, dan ia kehabisan ide.

Mau apa lagi dia di rumah ini?

Tidak ada HP.

Tidak ada caca.

Tidak ada kebebasan.

Mungkin aku harus melarikan diri?!

Livia menepuk pipinya sendiri.

Gila! Aku kan bukan buronan!

Tapi… kalau dia tidak melakukan sesuatu, dia akan mati karena kebosanan.

"Huh…"

Ia bangkit dan mulai berjalan mengelilingi rumah.

Mungkin ada sesuatu yang bisa menghiburnya.

TAPI.

Livia baru sadar kalau rumah ini terlalu sepi.

Jangankan TV menyala, suara pelayan berbicara pun nyaris tidak ada.

Rumah ini benar-benar membosankan!

Bagaimana Zayn bisa tinggal di tempat seperti ini?!

Saat itulah, matanya berkilat.

"Ah-ha! Mungkin ada ruang hiburan!"

Dengan semangat, Livia mulai membuka satu per satu pintu di rumah itu.

Pintu pertama…

Ruangan kantor Zayn.

"Eh, bukan ini!"

Ia buru-buru menutup pintu dan lanjut ke yang lain.

Pintu kedua…

Ruang rapat dengan meja panjang dan kursi-kursi mahal.

"Siapa yang butuh ruang rapat di rumah?!"

Livia menggerutu.

Pintu ketiga…

Ruangan penuh buku-buku tebal dan serius.

"Perpustakaan? Ugh, bukan ini juga!"

Pintu keempat…

Ruangan kosong.

"Kenapa ada ruangan nggak kepake?"

Livia mengerutkan kening.

Ia beralih ke pintu lain.

Pintu kelima…

Matanya berbinar.

Ada TV super besar!

Ada sofa empuk!

Ada kulkas mini di sudut ruangan!

YES, KETEMU!

Dengan cepat, Livia melompat ke sofa dan meraih remote TV.

"Akhirnya ada hiburan!"

Tapi begitu dia menekan tombol…

TV itu tidak menyala.

Livia berkedip.

Dia mencoba lagi.

Tidak menyala.

"Hah?"

Livia memeriksa colokan listrik.

Tersambung.

Dia mencoba remote lain.

Tidak berfungsi.

Matanya menyipit.

"Jangan bilang… Zayn sengaja mematikan listriknya?"

Makin curiga, Livia segera menuju kulkas mini.

Ketika ia membukanya…

Kosong.

Benar-benar tidak ada apa-apa.

"ZAYN VANDERBILT, KAU PSIKOPAT?!" teriaknya frustrasi.

Livia jatuh terduduk di lantai.

Tidak ada TV.

Tidak ada hiburan.

Tidak ada caca.

AKU TERKURUNG DI NERAKA!

Pelayan yang kebetulan lewat hanya bisa menunduk diam, pura-pura tidak mendengar.

Sementara itu, Livia hanya bisa meratap di lantai.

Hidupnya benar-benar sengsara tetapi ada permen yang menjadi kekuatan seorang Livia.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 9

    Langit malam tampak kelam, tanpa bintang yang berani menampakkan diri. Di sebuah gudang tua di pinggiran kota, suasana begitu mencekam. Bau besi dari darah yang mengering memenuhi udara. Sebuah kursi di tengah ruangan menjadi saksi bisu dari permainan kematian yang akan segera dimulai. Seseorang duduk di sana terikat, tubuhnya penuh luka, wajahnya lebam hingga sulit dikenali. Vincent Morelli. Pria yang cukup gila untuk menantang seorang Zayn Vanderbilt. Vincent pernah berpikir bahwa dia bisa menjatuhkan Zayn, mengambil bisnisnya, dan menguasai yang menjadi milik Zayn tapi sekarang? Dia hanya seseorang yang menunggu ajalnya datang. Pintu gudang terbuka. Zayn masuk. Dibalut setelan hitam sempurna, wajahnya tanpa ekspresi, matanya kosong seperti iblis tanpa hati. Di belakangnya, dua pria bertubuh besar mengikutinya, salah satunya membawa pisau kecil, yang lainnya membawa pistol. Vincent mendongak dengan sisa tenaga yang ia miliki, menatap Zayn dengan kebencian. "Bajingan..." sua

    Huling Na-update : 2025-03-24
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 10

    Zayn menatap Livia yang masih duduk di lantai dengan wajah penuh harapan, matanya yang berbinar seperti anak kecil yang baru saja dijanjikan permen. Dia benar-benar tidak habis pikir. Dari semua masalah yang bisa terjadi dalam hidupnya, kini dia harus menangani seorang gadis dewasa yang menangis hanya karena boneka kelinci bernama Caca.Ponsel masih melekat di telinganya saat ia menghela napas panjang. "Ambil boneka kelinci di rumah keluarga Everleigh. Jangan ada yang melihatmu," ucapnya kepada orang di seberang telepon.Livia langsung bertepuk tangan girang. "Yay! Caca akan kembali!" Zayn menutup teleponnya lalu menatap Livia dengan tatapan datar. "Tapi semalam kau tidur baik-baik saja tanpa Caca sialanmu itu."Seharusnya itu pernyataan biasa. Seharusnya Livia hanya akan mengangguk atau mengucapkan terima kasih. Tapi tidak.Sebaliknya, Livia malah terdiam sesaat, sebelum wajahnya berubah merah padam seperti kepiting rebus. "A-Aku tidak tidur!" Livia buru-buru bangkit dari lantai,

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 11

    Zayn Vanderbilt selalu menganggap dirinya pria yang memiliki kendali penuh atas segala hal. Bisnisnya berjalan lancar, musuh-musuhnya berakhir di bawah kakinya, dan hidupnya terorganisir tanpa cela.Tapi sejak kedatangan Livia Everleigh, semua prinsip itu seolah ditampar lalu dilempar keluar jendela.Seperti pagi ini.Alih-alih menikmati ketenangan sebelum bekerja, dia justru harus berhadapan dengan suara berisik yang menggema di seluruh rumah.BRAK!Zayn yang sedang mengenakan jasnya berhenti sejenak. Alisnya bertaut. Suara itu datang dari lantai bawah.BRAK!Lagi. Dan kali ini diikuti oleh suara seorang gadis yang memekik panik."Oh, tidak! Tidak! Kenapa bisa begini?!"Zayn menutup matanya sesaat, menarik napas panjang sebelum akhirnya berjalan keluar kamar dengan langkah penuh ketidaksabaran. Begitu mencapai ruang tengah, matanya langsung menangkap pemandangan yang hampir membuatnya kehilangan kesabaran.Livia.Gadis itu berdiri di tengah ruangan dengan ekspresi bersalah.Dan di se

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 12

    Livia melangkah ringan di belakang Zayn, memasuki gedung Vanderbilt Corp. yang megah. Matanya berbinar saat melihat sekeliling. Dinding kaca yang tinggi, lantai marmer yang licin berkilau, dan para karyawan yang berpakaian rapi membuat tempat ini terlihat seperti dunia yang berbeda bagi Livia. Ia berjalan dengan lincah, mengamati segala sesuatu dengan penuh rasa ingin tahu, sampai tiba-tiba matanya tertuju pada seorang wanita yang baru keluar dari lift. Wanita itu mengenakan gaun ketat berwarna merah mencolok dengan sepatu hak tinggi yang berbunyi setiap kali melangkah. Riasannya begitu tebal hingga wajahnya hampir seperti boneka porselen yang dipoles berlebihan. Livia berhenti dan menatapnya dengan mulut sedikit terbuka. Matanya berkedip beberapa kali, memastikan apa yang ia lihat benar-benar nyata. Kemudian, ia menyenggol lengan Zayn yang berjalan di sampingnya. "Zayn..." bisiknya pelan, tapi suaranya cukup terdengar. Zayn hanya melirik sekilas tanpa mengurangi kecepatannya.

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 13

    Belum juga jantung Livia kembali berdetak normal setelah adegan barusan, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dengan kasar. BRUK! Seorang pria bertubuh tinggi besar melangkah masuk. Kulitnya hitam pekat, otot-otot lengannya terlihat kokoh di balik kemeja hitam yang dikenakannya. Wajahnya penuh garis tegas dengan ekspresi datar yang dingin. Matanya tajam, nyaris tanpa emosi, membuat auranya terasa begitu mengintimidasi. Livia yang masih berdiri di depan meja Zayn langsung meloncat kecil dan bersembunyi di belakang kursi sang CEO. Tangannya mencengkram sandaran kursi dengan erat, sementara matanya menatap pria sangar itu dengan penuh ketakutan. “Bos,” suara pria itu berat dan dalam. “Saya sudah mengurus laporan yang Anda minta.” Zayn mendongak dengan santai, “Letakkan di meja.” Pria itu melangkah lebih dekat, meletakkan map tebal di atas meja kerja Zayn dengan gerakan yang begitu terukur dan tegas. Livia menelan ludah. Ia benar-benar terlihat seperti pembunuh bayaran yang baru pulang

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 14

    Restoran mewah yang mereka datangi memiliki suasana elegan dengan lampu gantung kristal berkilauan di langit-langit. Para pelanggan yang datang kebanyakan adalah eksekutif kelas atas yang berbicara dengan nada rendah dan anggun, menambah kesan eksklusif tempat itu. Namun, di salah satu sudut ruangan, duduklah seorang gadis polos yang tampak bersemangat seperti anak kecil yang baru saja dilepas di toko permen. Livia menggoyang-goyangkan kakinya di kursi, matanya berbinar saat membaca menu di tangannya. "Wow! Zayn! Lihat ini! Ada steak wagyu, ada lobster, ada sushi premium, ada pasta dengan keju yang meleleh! Wah, aku harus coba semua!" Zayn, yang sedang menuangkan air mineral ke gelasnya, hanya melirik sekilas. "Pesan yang wajar saja. Kau tidak mungkin menghabiskan semuanya." Livia mendengus. "Mana tahu kau? Perutku mungkin kecil, tapi kemampuannya besar!" Pelayan datang dengan senyum ramah. "Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" Zayn menyerahkan menunya. "Steak medium rare dan salad

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 15

    Livia menatap piring-piring di depannya dengan ekspresi horor. Steaknya masih tersisa setengah, lobster yang tadi ia perjuangkan baru termakan sedikit, dan pasta creamy-nya masih hampir utuh. Sementara itu, sushi yang tadi ia makan dengan penuh semangat ternyata baru berkurang tiga potong. Zayn, yang sudah selesai makan, duduk bersandar sambil melipat tangan di dada. "Aku sudah menduga ini akan terjadi." Livia menggigit bibirnya, merasa bersalah. "Aku pikir aku bisa menghabiskan semuanya… Tapi perutku sudah penuh." "Tentu saja penuh. Kau memesan makanan seperti sedang menyiapkan pesta ulang tahun." Zayn menatapnya tajam. "Sekarang apa yang akan kau lakukan? Kau tahu, membuang makanan itu namanya pemborosan." Livia menggembungkan pipinya. "Aku tidak berniat membuangnya! Mungkin aku bisa membawanya pulang?" Zayn mengangkat alis. "Kau yakin akan memakannya nanti?" Livia mengangguk mantap. "Tentu! Aku tidak akan membiarkan makanan seenak ini terbuang sia-sia!" Zayn mendesah, lalu m

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 16

    Mobil melaju dengan kecepatan stabil di bawah langit senja. Livia duduk di kursi penumpang dengan wajah berbinar, memeluk boneka kelinci kesayangannya yang baru saja kembali ke pelukannya. Tangannya dengan lembut membelai bulu lembut boneka itu, senyum lebarnya tidak luntur sejak Zayn menyerahkan boneka itu padanya."Tuan Kelinci Vanderbilt!" seru Livia penuh semangat, mengangkat bonekanya tinggi-tinggi seolah sedang memperkenalkannya ke dunia. "Kau akhirnya kembali ke rumah! Aku sangat senang!"Zayn meliriknya sekilas, sebelah alisnya terangkat. "Aku tidak tahu kalau kau tipe gadis yang memberi nama belakang pada boneka."Livia menoleh padanya dengan tatapan serius. "Tentu saja! Aku harus memberikan nama yang sesuai dengan status sosialnya!""Status sosial?" Zayn menahan tawa. "Jadi boneka ini berasal dari keluarga terpandang juga?"Livia mengangguk cepat. "Tentu! Dia adalah bangsawan kelinci yang sangat terhormat. Dan sekarang, dia akan menjadi teman dekat Caca!"Zayn menghela napas

    Huling Na-update : 2025-03-25

Pinakabagong kabanata

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 60

    Di sudut kota tua Milan yang penuh arsitektur klasik, cahaya lampu malam menyinari bangunan kuno yang kini telah disulap menjadi sebuah aula pelelangan mewah. Di sinilah, di antara tamu-tamu berdasi dan gaun gemerlap, dunia bawah tanah bertemu dengan kemewahan permukaan.Zayn Vanderbilt berdiri tegak di antara kerumunan elite. Mengenakan setelan hitam Armani yang membentuk tubuh tegapnya dengan sempurna, tatapannya tajam menelusuri suasana. Di sampingnya, Axel berdiri dengan kedua tangan disilangkan di depan dada, waspada terhadap segala gerak-gerik mencurigakan.“Target kita adalah peti nomor 17,” bisik Axel, suaranya nyaris tak terdengar. “Isinya senjata prototipe yang hanya muncul sekali di pasar gelap dalam dua dekade.”Zayn mengangguk tanpa memalingkan wajah. Ia menyapu ruangan dengan matanya—dan saat itulah, langkah seorang wanita menarik perhatian banyak mata.Wanita itu melangkah anggun, dengan gaun merah menyala membelah ruangan yang dipenuhi dominasi hitam dan emas. Rambut p

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 59

    Pintu gerbang rumah Vanderbilt terbuka perlahan, menampakkan halaman luas dan bangunan megah bercat putih bersih. Mobil merah mewah itu melaju pelan, seperti pangeran yang baru pulang dari medan perang—tapi isinya justru dua wanita cerewet dan satu bocah super heboh.Begitu mobil berhenti, Finnian langsung membuka pintu belakang.“Yesss! Aku duluan yang sampe!” serunya sambil berlari ke dalam rumah seperti sedang lomba lari estafet.“FINNIAN! Sepatunya lepas! Eh—YA AMPUN, dia bawa boneka kucingnya masuk juga!” Serenity turun dengan rambut sedikit berantakan karena tertiup AC mobil, lalu menoleh ke Livia yang masih tertawa di dalam mobil.“Welcome to my chaotic life, sayang,” ujarnya dramatis.Livia menutup pintu dan berjalan beriringan dengan Serenity.Begitu masuk, suasana rumah yang biasanya hening karena aura misterius Zayn, kini berubah. Suara tawa Finnian menggema, disusul dengan suara Serenity yang berteriak, “Jangan lompat di sofa, Nak! Itu harganya bisa bayar SPP kuliah kamu s

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 58

    Sore itu, mentari mulai condong ke barat, membentuk bayangan panjang di sepanjang terminal penjemputan. Livia berdiri dengan ransel mungilnya, topi bulat berwarna pastel menutupi sebagian rambutnya yang terurai manis. Dia memandangi layar ponselnya yang, entah sudah berapa kali, dicek untuk melihat apakah ada kabar dari Zayn."Nggak ada juga… dia bener-bener lupa, ya?" gumam Livia sambil mengerucutkan bibir. Meski wajahnya tampak cemberut, ada seulas manis yang tetap membuat siapa pun yang melihatnya ingin menyubit pipinya. Ia berdiri kikuk, sendiri, seperti anak ayam kehilangan induk.Namun tiba-tiba—"BRAAAAK!" suara pintu mobil mewah yang terbuka dari arah jalan mengagetkannya. Mobil berwarna merah menyala, dengan velg hitam elegan dan jendela kaca gelap yang baru saja menepi, benar-benar menarik perhatian banyak pasang mata.Livia melongo. Matanya melebar.“Eh? Itu… Lamborghini?” gumamnya, ragu. Tapi sebelum sempat dia memastikan, jendela di bagian penumpang depan turun perlahan.

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 57

    Setelah keluar dari kantin dengan perut kenyang dan hati riang, Livia berjalan sambil bersenandung kecil menuju taman kampus. Di sebelahnya, Aisha melangkah santai dengan tangan dimasukkan ke dalam saku jaket. Angin siang yang sejuk menyapu rambut mereka, sementara cahaya matahari menerobos sela dedaunan, menciptakan bayangan teduh di sepanjang jalur setapak.“Dosen nggak masuk, tumben banget ya,” ucap Livia riang, tangannya mengayun ke depan dan ke belakang seperti anak kecil.Aisha hanya mengangguk malas. “Mungkin beliau sakit kepala lihat tugas-tugasmu,” gumamnya pelan.Livia melotot pelan, tapi hanya beberapa detik sebelum ia tertawa. “Kau jahat, tahu nggak?”Ketika mereka tiba di taman, Livia langsung mengenali sosok yang sedang duduk di bangku panjang, tak jauh dari kolam. Mahasiswa itu tengah membuka novel dengan tatapan serius, namun senyumnya langsung muncul ketika melihat Livia datang.“Reyhan!” seru Livia sembari melambai, seperti anak TK yang baru melihat teman TK-nya juga

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 56

    Langit siang di atas gedung Vanderbilt Corporation tampak mendung, seakan meramalkan badai yang tak hanya akan melanda kota, tetapi juga dunia bisnis kelam yang selama ini Zayn sembunyikan rapat-rapat di balik jas dan dasi mahalnya.Zayn Vanderbilt tengah duduk di ruang kerjanya yang luas dan minimalis. Layar laptop di depannya menampilkan laporan proyek dari salah satu anak perusahaan di luar negeri, namun pikirannya jelas tidak sepenuhnya tertambat pada angka-angka itu. Sejak pagi, rasa gelisah samar mengganggu fokusnya. Perasaan yang tak bisa ia jelaskan, tetapi cukup kuat untuk membuat alisnya terus berkerut.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan. Zayn tak perlu menoleh untuk mengetahui siapa pelakunya. Hanya ada satu orang yang cukup berani dan cukup penting untuk melanggar etika formal seperti itu.Axel Reinhardt. Tangan kanan sekaligus sahabat lamanya, yang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia bawah tanah dibanding ruang rapat."Sudah kuduga kau belum meninggalk

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 55

    Finnian duduk di kursi dengan kaki yang belum menyentuh lantai, sibuk memindahkan telur ke atas pancake dan menyebutnya "roket makanan ke bulan."Livia duduk di sebelahnya, tertawa kecil sambil membantu Finnian mengoleskan madu. Ia terlihat lebih segar pagi ini. Luka di lengannya sudah mulai mengering, dan semangatnya mulai kembali setelah beberapa hari rehat dari kampus.Serenity duduk di seberang Zayn sambil menyeruput kopi, lalu membuka suara, “Jadi, hari ini aku mau nganter Finnian ke sekolah Montessori yang kamu rekomendasikan itu. Semoga anak ini bisa duduk tenang lebih dari dua menit.”Finnian langsung protes, “Aku bisa duduk! Tapi kalau kursinya empuk!”Semua tertawa.Zayn yang sejak tadi diam, akhirnya bicara, “Aku sudah kirim berkasnya ke kepala sekolah. Mereka akan bantu proses pendaftaran hari ini.”Serenity mengangkat dua jempol. “Good. Aku nggak tahu mesti mulai dari mana. Banyak sekolah lihat aku sebelah mata. Ya, you know… single mom dengan sejarah drama.”Livia yang d

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 54

    Zayn memasuki rumahnya dengan langkah tegap dan ekspresi kaku yang sudah menjadi ciri khasnya. Setelah seharian dikejar rapat dan laporan dari jaringan bawah tanah yang mencurigakan, ia hanya ingin memeriksa kondisi Livia, memastikan luka gadis itu tidak kambuh dan pikirannya tetap aman.Namun baru saja membuka pintu utama, alisnya langsung bertaut saat mendengar…“TEMBAK DINO KUNINGNYA, FINN! TEMBAKKK!!”Suara Livia.“BUNYI SIRINEEE!! DINONYA LEMES!! AAAAKK!”Dan... suara kakaknya?Zayn mendecak pelan dan mempercepat langkahnya. Sampai akhirnya ia berhenti di ambang ruang keluarga.Pemandangan yang ia lihat sukses membuatnya nyaris kehilangan kata.Di tengah ruangan mewah bergaya modern itu, Livia duduk bersila di lantai, memakai bando kelinci, sambil memegang joystick mainan game dinosaurus yang diproyeksikan ke layar besar. Di sebelahnya, Finnian berdiri di atas meja kopi, berteriak heboh sambil menggenggam boneka t-rex yang matanya menyala.Dan di ujung sofa, Serenity—kakaknya yan

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 53

    Pagi hari itu, matahari bersinar malu-malu dari balik tirai kamar yang setengah terbuka. Udara masih segar, sedikit dingin, dan aroma harum dari diffuser lavender masih melayang di udara. Namun, alih-alih disambut dengan ceria seperti biasa, pagi ini Livia terbangun dengan nyut-nyutan di pergelangan tangannya yang masih dibebat perban.“Ugh… kenapa rasanya kayak habis tinju sama Iron Man…” gumamnya pelan, memeluk guling dengan ekspresi meringis.Sebenarnya, lukanya tidak terlalu parah—cuma sedikit memar dan tergores karena kecelakaan kecil di lab praktek kemarin. Tapi tentu saja, bagi seorang Zayn Vanderbilt, itu sudah sama saja seperti Livia baru saja selamat dari kecelakaan pesawat.Belum sempat Livia bangkit dari tempat tidur, pintu kamarnya terbuka pelan. Zayn masuk, membawa nampan sarapan dengan ekspresi datar—yang artinya dia sedang menahan marah dalam kadar medium. Seperti biasa, gaya CEO-nya tetap terpancar dari rambut sampai ujung kaki, padahal cuma pakai kaus lengan panjang

  • GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM   Bab 52

    Keesokan HarinyaLivia kembali menjalani rutinitasnya di kampus. Kali ini dengan dua pengawal tambahan yang dikirim oleh Zayn. Meski awalnya sempat protes, akhirnya ia menyerah karena takut Zayn benar-benar memasang CCTV di tiap sudut kampus.Di kampus, Aisha kembali muncul. Luka di bahunya tertutup perban, dan senyumnya sedikit dipaksakan.“Akudenger cowok kamu ngamuk ya kemarin?” tanya Aisha ketus saat menyusul Livia ke taman belakang kampus tempat mereka biasa duduk saat istirahat.Livia menggigit roti sandwich-nya perlahan, cengengesan. “Hehe... iya, agak serem sih... tapi dia baik kok. Kamu nggak apa-apa kan? Bahumu gimana?”Aisha menyipitkan mata.“Lucu ya kamu... masih bisa nanyain aku padahal udah jelas-jelas aku bikin kamu luka waktu praktik.”Livia langsung menegakkan duduknya. “Itu nggak sengaja kan? Aku tahu kok. Nggak usah merasa bersalah... aku juga sering jatuh sendiri, saking cerobohnya.”Aisha hanya mendecih kecil, kemudian menghela napas.“Kadang aku bingung deh... k

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status