Share

Bab 3

Waktu sudah menunjukan pukul 11.30 malam, namun Candra belum mengantuk juga. Sedari tadi ia berusaha memejamkan matanya namun sia-sia, alih-alih mengantuk justru ia semakin dibuat gelisah. Candra mendudukkan badannya di atas ranjang, meraih kunci mobil yang di letakan di atas meja dan berlalu menuju parkiran.

Ia melajukan mobil menuju ke sebuah bar, yang tidak terlalu jauh dari tempat nya. Ia bermaksud ingin minum, mungkin dengan sedikit minum bisa membuatnya mengantuk.

Setelah sekitar 1 jam menghabiskan waktu dibar itu, Candra yang merasa sudah mengantuk pun berlalu pergi meninggalkan tempat itu. Ia tidak sabar ingin segera sampai ke Villa dan merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.

Jalanan nampak sepi, Candra menginjak pedal gas dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Namun, saat memasuki jalanan gelap, dari arah yang berlawanan seseorang tiba-tiba berada tepat di depan nya. Candra tidak punya waktu untuk menekan rem, namun beruntung dirinya masih bisa membelokan setir. Sedangkan dari arah depan Aleksa seperti tertahan saat sebuah lampu menyoroti dirinya.

"Bruk"

Mobil Candra menabrak pembatas jalan, beruntung ia bisa mengambil kendali dan membanting setir sehingga tidak menabrak wanita didepannya.

"Sialan"

Candra memukul setir mobilnya, melepaskan sabuk pengaman yang masih melingkar di tubuhnya dan berjalan keluar menuju ke arah Aleksa.

Aleksa panik namun kakinya seolah tidak bisa ia gerakan. Ia ingin kabur dan membalikan badan untuk menghindari laki-laki itu, namun dengan cepat suara laki-laki itu menghentikan langkahnya.

"Berhenti, wanita jalang"

kini laki-laki itu sudah berada tepat di hadapannya.

"Tu tuan maafkan aku, aku sangat buru-buru"

Aleksa membalikan badannya lagi bersiap untuk lari dari pria itu. Namun tangan pria yang kuat itu menahannya. Ternyata Candra menyadari bahwa wanita yang sekarang di depannya adalah wanita yang beberapa waktu lalu juga hampir di tabraknya begitu juga dengan Aleksa yang mengingat wajah pria di depannya, itu lah kenapa dirinya ingin menghindari pria itu.

"Apa kau pikir aku akan memaafkan mu setelah hampir membuat ku celaka"

Candra memelankan suaranya tapi iya mengatakan itu tepat di dekat telinga Aleksa.

Seperti berbisik namun penuh arti. Di tambah Candra kini beralih mencekram leher Aleksa dengan sangat kuat.

"Tolong maafkan saya tuan, izinkan saya pergi"

Aleksa memohon, tanpa sadar air matanya yang bening membasahi pipi nya yang mulus.

"Jika aku melepaskanmu lantas siapa yang akan bertanggung jawab atas kerugianku"

Balas Candra sambil memandangi ke arah mobil nya. Lalu ia melanjutkan ucapannya lagi

"Kau merusak mobil ku dan hampir membuat ku mati, lalu kau ingin pergi seolah tidak bersalah, apakah itu pantas"?

"Tapi saya tidak punya uang tuan"

Aleksa terisak sambil menahan sakit akibat cengkraman Candra.

"Aku tidak peduli kau memiliki uang atau tidak, kau bisa membayarnya dengan cara lain"

"Saya bukan wanita murahan"

"Apa kamu pikir aku menginginkan mu, melihatmu saja aku tidak berselera"

Candra mendekat ke arah Aleksa membuat wajah keduanya sangat dekat, Aleksa ingin mundur untuk memberi jarak keduanya namun tangan Candra menahannya. Aleksa nampak canggung dengan situasi seperti ini sehingga Ia menjadi sangat gugup. Candra melihat wajah itu dari jarak yang sangat dekat, lagi-lagi ia melihat wajah wanita itu mirip dengan seseorang di masa lalu namun wajah yang ia lihat kali ini nampak sejuk dan suci. Tanpa Candra sadari kini cengkraman nya semakin kuat sehingga membuat Aleksa meringis kesakitan.

"Tuan lepaskan saya, sakit"

Ucapan Aleksa itu sontak membuat Candra melepaskan tangannya dari tubuh mungil wanita itu.

"Aku tidak pernah mengampuni orang yang melakukan kesalahan, sekarang katakan bagai mana cara nya kamu akan mengganti keriguanku ini"?

Tanya Candra yang seolah memberi hak kepada Aleksa untuk memutuskan.

"Tuan aku tidak memiliki apapun, aku akan bekerja supaya bisa mengganti kerugian tuan, tapi tolong beri kan saya waktu supaya bisa mengumpulkan uangnya"

Pinta Aleksa sedikit memohon berharap Candra memahami kondisi dirinya.

Candra yang mendengar ucapannya itu berbalik memandang ke arah Aleksa. Ia tak menyangka wanita ini begitu polos hingga mempercayai apa yang Candra katakan yang padahal kerugian sebesar apapun tak akan membuat dirinya miskin. Ia bermaksud hanya mengertak wanita itu namun siapa sangka wanita itu begitu percaya.

"Baik lah aku setuju, kita lihat saja apakah kau bisa mengumpulkan uang yg banyak dalam waktu dekat" Ucap Candra menyunggingkan senyum dan berlalu meninggalkan Aleksa seorang diri di tengah kegelapan.

Aleksa menatap mobil pria itu yang melaju meninggalkan dirinya, hingga ia tidak melihat siapapun lagi disana. Aleksa begitu sedih seolah nasib sial tidak pernah berhenti menghampiri nya. Aleksa tidak menyangka bahwa pelariannya dari rumah justru membawanya ke masalah baru.

******

Flashback

Jadi setelah menyelesaikan makan malam nya, Aleksa berniat kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Namun sebelum ia masuk ke kamar, ia mendengar obrolan tantenya dan Yira dari arah ruang tamu.

"Ma emang tabungan mama cukup buat masukin Yira ke Fakultas Kedokteran, kan mahal banget ma"

Yira tahu kondisi keuangan ibunya. setelah ayahnya meninggal, ibunya itu tidak punya cukup tabungan. Dulu sebelum meninggal ayah nya meninggalkan banyak uang di tabungannya dan emua uang itu di serahkan kepada Yira dan mamanya. Namun, uang itu habis dalam sekejap lantaran ia dan ibunya suka menghambur-hamburkan uang untuk membeli kebutuhannya walau pun itu tidak penting.

"Ssstttt.... tenang sayang kamu gak perlu kuatir, mama punya rencana"

Lina memelankan suaranya, namun suara itu masih jelas terdengar oleh Aleksa yang masih meguping pembicaraan ibu dan anak itu.

"Memang mama punya rencana apa"?

Tanya Yira lagi.

Lina melirik ke arah kamar Aleksa sambil tersenyum licik lalu berkata.

"Kamu tau pak Nurdin, mama sudah menghubungi nya bahwa ia sepakat untuk membeli gadis sialan itu dengan harga tinggi"

"Hah maksudnya mama menjual Aleksa ke pak Nurdin si tua jelek itu"?

Yira sedikit tertawa mengejek, namun sangat setuju dengan keputusan ibu nya ini.

"kita sudah merawat nya, dia sudah berhutang Budi pada kita"

Menurut Lina Aleksa pantas mendapatkan itu, lantaran mereka selama ini sudah memberikan makan dan tempat tinggal untuknya. Jadi tidak ada salahnya sebagai ucapan terimakasih Aleksa mau tidak mau harus menerima tawaran itu.

"Kapan pak Nurdin akan ke sini ma"

Tanya Yira seperti tidak sabar berharap Aleksa secepatnya pergi dari rumah itu.

"Besok aku akan meminta anak buah Nurdin datang ke rumah untuk membawa wanita sialan itu, dengan begitu hidup kita akan lebih tenang"

Keduanya tertawa puas, tanpa tahu bahwa percakapan dan rencananya itu sudah di ketahui oleh Aleksa.

Pak Nurdin adalah si tua Bangka kejam. ia menyalah gunakan kekayaan hanya untuk kepuasan semata dengan membeli gadis-gadis muda yang ingin iya tiduri yang padahal jika di lihat dari umur pak Nurdin sebenarnya lebih cocok dengan Lina yang hampir memasuki umur 48 tahun.

Aleksa sendiri mengenal si tua itu dan sangat membencinya. Ia tahu pak Nurdin adalah orang yang sangat nekat, apalagi jika melihat gadis muda, rasa ingin memilikinya akan menggebu-gebu. Bahkan rela melakukan apapun asal dapat meniduri gadis muda, Aleksa tentu saja tidak ingin itu terjadi pada dirinya.

Ia sangat bersedih lantaran Tante nya dan yira adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini tapi tega ingin menjualnya. Aleksa tidak akan membiarkan ini terjadi, ia harus bertindak.

Aleksa diam-diam merencanakan pelariannya.

Sudah hampir pukul 12 malam, Aleksa menunggu seisi rumah tidur pulas. Ia berniat ingin kabur dari rumah itu. Ia lebih siap hidup menjadi gelandangan daripada menyerahkan tubuhnya ke lelaki tua itu.

Aleksa yang sudah berhasil keluar dari rumah itu pun segera menjauh ke arah kota, supaya Tante nya dan Yira tidak menemukannya. Sampai pada akhirnya iya berujung bertemu dengan laki-laki yang hampir saja menabraknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status