Mashayu menahan rasa sakit pada sekujur tubuhnya entah sudah berapa kali pria itu melakukan hal itu pada gadis bertubuh ramping itu, sangat sulit untuk membedakan anatara rasa terbang melayang ke surga dan nyeri begitu bercampur menjadi satu. Karena merasa tenaganya sudah terkuras habis akibat harus mengimbangi sang suami membuat gadis itu pun terlelap, Mashayu sudah tak perduli lagi pada Albiru yang masih melanjutkan kegiatannya pada tubuhnya. Keesokan harinya Seorang maid memasukki kamar itu, membersekan semua kekacauan yang tercipta, termasuk noda-noda merah tanda hilangnya kesucian gadis itu, merasa seseorang sedang berada di kamar itu, Mashayu pun terbangun, membuuka matanya perlahan. Meskipun sebenarnya ia masih sangat ingin memjamkan matanya akibat tubuhnya yang remuk redam. “Selamat pagi nyonya,” sapa maid tersebut sambil membantu Mashayu untu bangkit. “Pagi,” balas Mashayu sambil menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya yang nasih polos tanpa sehelai benang sedikitpun.
Albiru POVSejak malam itu aku merasa jika aku benar-benar telah memiliki Mashayu seutuhnya, bayangan tentang setiap inci tubuh itu kembali membuatku tidak bisa berfikir dengan jernih, sayangnya aku harus meninggalkan istriku itu sendirian di mansion sebab mama meneleponku dan memberitahukan jika keadaan opa memburuk, belakangan ini kondisi kesehatan kakekku memang cukup membuat kami khawatir.Tanpa sempat berpamitan pada Shayu, aku pun berangkat ke London saat itu juga, di pagi buta saat Shayu belum terbangun dari tidurnya setelah kegiatan panas kami semalam. Kupandangi tubuuh yang masih terlelap itu dan kukecup keningnya, entah mengapa melihatnya setenang itu membuatku sedikit melupakan dendam di antara kami.Hearthrow LondonDi sinilah aku sekarang, di sebuah rumah sakit ternama di kota London. Kupandangi tubuh renta yang telah terbaring selama lima tahun ini, di sebuah ruang ICU dengan beberapa selang yang terpasang pada tubuhnya.Opa, jika saja saat itu Opa tidak mengalami kecela
Tiga hari tanpa Albiru membuat Mashayu sedikit tak tenang, ia begitu mengkhawatirkan suami gilanya itu, beberapa kali gadis itu memeriksa polselnya, namun sama sekalii tidak ada tanda-tanda sang suami menghubungi dirinya, meskipun Mashayu belum mengganti nomor itu tetapi ia ingat jik ia telah menyimpan nomor Albiru pada kontaknya, sebab selama ini Albiru cukup kerap menelepon gadis itu untuk membayar hutangnya. Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan Mashayu selain makan, tidur, menonton film atau sekedar mengobrol dengan para maid yang sangat setia padanya itu. “Nila, apakah sudah ada kabar dari tuan?” tanya Mashayu. “Belum nyonya, tetapi tuan telah meminta saya untuk melapor tentang keadaan nyonya satu jam sekali secara berkala,” ucap Nila. Ah menyebalkan sekali, ia bebas tau tentang keadaanku, tetapi aku sama sekali tidak tau tentang keadaannya, gumam gadis cantik itu. “Nila, apa aku boleh berjalan-jalan hari ini? aku ingin keluar sebentar,” tanya Mashayu pada wanita yang kini t
Albiru membuka pintu itu perlahan, dini hari ini saat sang surya belum menampakkan dirinya, pria itu telah tiba di Indonesia, setibanya di bandara Soetta ia segera melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Tak sabar untuk bertemu dengan Mashayu, gadis yang telah ia nikahi seminggu yang lalu itu. Mashayu POV Aku terbangun dari tidur panjangku saat tubuhku merasa tertindih oleh sesuatu yang berat dan kokoh, rasa kantuk yang masih menyiksa membuatku tidak ingin membuka mataku dan melanjutkan tidurku dengan nyenyak. “Albiru?” tanyaku, akibat rasa sesak tindihan makhluk itu akupun terpaksa membuka mataku, yang ternyata adalah suamiku sendiri. “Sudah kuduga kau hanya pura-pura tidur Shayu,” ucap Albiru mengecup bibir ranum itu. “Aku tidak berpura-pura!” jawabku. Namun Albiru terlihat seperti seekor singa kelaparan yang ingin segera menerkamku, jujur saja aku cukup merindukan wajah tampan itu, jika kemarin aku mengkhawatirkan dirinya, tidak dengan saat ini, karena aku lebih mengkhawatir
Aku kembali lagi ke London untuk menemui kakekku, sebab ibuku berkata jika detak jantung opa telah membaik, dengan penuh semangat akupun terbang ke sana saat itu juga dan kembali meninggalkan istriku sendirian tanpa penjelasan apapun. "Opa. cepatlah sadar dan katakan apa yang sebenarnya terjadi saat itu," "Benarkah Tangguh yang telah bersalah dalam kematian papa? dan penanganan kasus itu?" "Tolong sadarlah opa, Albiru bahkan telah menikahi putri Tangguh hanya untuk pembalasan dendam ini!" ucap Albiiru pada tubuh sang kakek yang masih terbaring tanpa kesadaran. Karena merasa tak ada yang bisa ia lakukan akhirnya pria itupun kembali ke apartemen sang ibu. “Hey, kapan kau akan membawa Mashayu datang kemari? Mama sangat ingin bertemu dengannya,” pinta ibuku. “Apa sudah ada tanda-tanda kehamilan,Biru?” Akupun terkejut saat pertanyaan itu keluar dari mulut ibuku, hari ini usia pernikahanku dengan Shayu telah genap dua minggu. Selama dua minggu inipun aku dan Mashayu tidak saling ber
“Papa!” teriak Albiru dalam tidurnya, membuat Mashayu yang sedang tertidur di sebelahnya segera tersadar dan menatap pria itu. “Biru!” “Biru! Apa yang terjadi?” tanya Mashayu sambil mengelap keringat pada dahi suaminya itu. “Shayu, aku mimpi buruk!” ucap Albiru menggenggam erat tangan istrinya, “Tenanglah! Aku akan mengambilkan minum untukmu,” ucap Mashayu tetapi dengan tiba-tiba pria itu menahan tangannya. “Shayu jangan!” pinta Albiru. “Jangan tinggalkan aku! Tetaplah berada di sini, aku takut!” bibir merah itu bergetar dan membuat Mashayu semakin tidak tega, akhirnya Mashayu bertahan dalam posisi itu, memeluk sang suami dengan tulus. Albiru, ada apa denganmu? Di balik sosokmu yang begitu kuat ternyata kau juga memiliki kerapuhanmu tersendiri. Pria itu tertidur dalam pelukan Mashayu, membuat sang gadis semakin salah tingkah, ini pertama kalinya bagi Mashayu untuk melihat sang suami layaknya sorang pria yang normal, tanpa kekerasan ataupun pemaksaan padanya. “Albiru, ini sud
Mashayu tidak dapat memjamkan matanya, bayangan tentang gadis yang sedang bersama Albiru itu terus terngiang di kepalanya, beberapa kali ia mengintip keluar kamar, untuk memastikan jika suaminya masih bersama wanita itu atau tidak, sementara waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi Albiru belum juga kembali ke kamar mereka.Mashayu merasa haus dan berniat untuk mengambil minuman di dapur, tak sengaja ia melewati ruang keluarga, dan di sana telah duduk seorang pria bersama gadisnya, Mashayu tak dapat menahan perasaan itu, ia semakin tak tenang, cubitan di hatinya itu kian menjadi-jadi saat melihat sang suami tengah bercanda gurau bersama gadis itu.PranggGelas dalam genggaman Mashayu terjatuh hingga pecah dan mengenai kakinya. Albiru dan gadis di sampingnya tersebut seketika melihat apa yang sedang terjadi.“Shayu?” ucap Albiru saat mengetahui sang gadis telah berlari dan menaikki tangga tanpa menyapa dirinya.Albiru segera mengejar Mashayu dan tak mengerti mengapa istrinya
ALBIRU SHAYU“Berhenti menatapku seperti itu Biru!” bentak Mashayu sambil menutupi wajahnya dengan bantal.“Kau sungguh jatuh hati padaku Shayu?”“Apa maksudmu? Jatuh hati bagaimana! Aku tak mungkin mencintai lintah darat sepertimu Biru!” Mashayu mulai merasakan hawa panas di area wajahnya, menahan rasa malu yang saat ini sedang menyerang.“Jangan bohong! Tak ada satupun wanita yang tidak jatuh cinta kepadaku Mashayu!” pria itu semakin menyunggingkan senyuman di bibirnya.“Kau terlalu percaya diri Biru! Aku mencintai orang lain!” ucap Mashayu dengan pasti.“Benarkah?” Albiru mulai merasakan rasa mengganjal itu lagi, sebuah perasaan yang telah lama hilang.“Siapa dia Mashayu?”“Kau tak mungkin mengenalnya!” jawab gadis itu.“Bagus! Jangan sampai aku mengenalnya ataupun mengetahui siapa dirinya, karena jika sampai aku tau, akan kupastikan dia akan musnah dari muka Bumi ini!” ucap Albiru dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya.“Dan kau, jika memang tidak memiliki orang lain di hi