Share

Rantai

Crengkk...

Rantai di lempar tepat di bawah kakiku. Mata di balik topeng itu tengah menatapku dengan tajam. Lagi- lagi suasan terasa menakutkan.

"Pakai!" Perintahnya dengan nada datar. Aku tak langsung memakaikan rantai tersebut di kakiku. Mataku masih fokus menatap lelaki  yang hanya berjarak tiga meter di depan ku.

"Tunggu apa lagi?" Suaranya mengalihkan pandanganku ke lantai.

"Apa kau ingin aku membantumu?" Ucapnya sambil berjalan mendekat ke arah ku.

"Ti... dak perlu." Segera ku ambil rantai, dan ku pasangkan di kaki ku. Lelaki itu semakin dekat denganku. Dia membungkuk dan mengunci gembok di kakiku. Di tariknya rantai panjang itu ke arah kaki ranjang.

Usai merantaiku, lelaki itu berjalan memutariku. Apa lagi ini?

"Bagaimana rasanya?" Tanyanya sambil berjalan memblakangiku menuju ranjang.

Aku hanya diam tak mengeluarkan sedikitpun. Memangnya siapa dia? Pikirku yang sedikit penasaran.

"Apa kau mencari Tuan mu Xiloe?" Ku toleh lelaki bertopeng itu. Terlihat dia tersenyum sinis. Hah, apa pentingnya Lelaki Iblis itu, hingga aku mencarinya. Rumah ini benar-benar tempat untuk orang aneh.

Sekalian saja di jadikan RSJ.

Tap... tap... tap, lelaki itu tiba-tiba berjalan ke arahku. Sorot matanya sama mengerikannya seperti Xiloe. Tapi auranya lebih menekutkan lelaki yang ada di depanku. Dia menyentuh daguku. Ku tepis dengan  kasar tangannya. Tamparan yang ku dapatkan. Lebih sakit dari pada tamparan Xiloe.

"Siapa kau berani menyentuhku?!" Ucapku geram penuh amarah.

Lelaki itu hanya diam memandang telapak tangan yang di gunakan untuk menapar pipiku. Aku tidak bisa membaca ekspresinya. Ia menghempaskan tangannya lalu pergi meninggalkanku.

Hiks... hiks... hiks....

***

Siang hari, Rani datang ke kamar ku. Ia menyiapkan makan dan menanyai apa yang aku butuhkan. Aku hanya diam dan pergi ke kamar mandi, lalu memakan makan siangku. Usai makan denting jam kembali berbunyi, yang itu artinya sekarang pukul 12:00 wib.

Teng... teng... teng...,

Balutan kain berwarna putih ini mulai melingkar membalut kedua mataku.

"Dia akan datang." Ucapku pelan.

Sesaat kurasakan Rani berhenti sejenak memperban mataku, lalu ia kembali melanjutkannya.

Cklek

Tap... tap... tap.

"Keluar!" Suara itu menggema di ruangan ini.

Rani segera pergi meninggalkan ku.

Baggg...

Dia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

"Arghh... nyaman." Suara lelaki itu seperti tengah menikmati hidup.

"Hai Lacur, kenapa pipimu?" Tanyanya dengan nada kasar dan angkuh. Aku hanya menyunggingkan bibirku.

"Kau ini tuli dan bisu ya? Dasar manusia tidak bersyukur."

"Hentikan!" Bibirku bergetar menahan amarah saat mengucapkan itu.

"Berani sekali kau memperintahku!" Bentaknya sambil menjambak rambutku.

"Arghh... sakit, lepaskan!" Teriakku tak kalah keras.

BRAKKK...

Tap... tap... tap.

Bugh... bugh... bugh...,

Entah apa yang terjadi? Terdengar suara orang tengah berkelahi.

"Arghh," seseorang mendesih kesakitan.

Siapa orang itu, apa mungkin? Aku berjalan menjauh dari tempatku berdiri.

Brugh,

"Arghhh...," lututku tersandung sesuatu, membuatku terjatuh dan meringis sakit.

Ku dengar seseorang berjalan ke arah ku dengan tergesa. Ia membantuku untuk berdiri, namun aku menepisnya. Tanpa persetujuanku seseorang menggendong tubuhku. Tubuhku seakan melayang. "Lepaskan aku!" Teriakku sambil meronta.

"Diam!" Suaranya tak kalah berteriak.

"Pergi!" Teriak lelaki yang sedang menggendongku. Entah itu Xiloe atau siapa? Suara mereka hampir terdengar sama.

"Shit!" Umpatan lelaki tersebut terdengar jelas.

Entah suasana seperti apa yang sedang terjadi. Yang jelas ini cukup serius, sepertinya.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status