Share

BERBOHONG DEMI KEBAIKAN

  1. BERBOHONG DEMI KEBAIKAN

“Katakan sultan. Dosa apa yang telah kau lakukan? Aku takkan pernah memaafkanmu kalau kau sudah menyentuh wanita lain. Aku tidak rela!” Istriku berteriak histeris. Dengan sigap kupeluk tubuhnya dan berusaha menenangkan. Namun tak kusangka dia menolak dan mendorong tubuhku.

“Lepaskan aku! Kau ....” Marina memegangi dada sebelah kiri. Nafasnya naik turun tak beraturan.

“Marina, kau tak kenapa? Ayo kita ke rumah sakit.” Berusaha meraih tubuh istriku ke dalam pelukan. Namun dia kembali menepis tanganku. Otakku berusaha untuk berpikir keras untuk menolongnya. Tak mungkin membiarkannya menderita seperti ini.

Obat. Ya, kenapa bisa sampai lupa  Segera mencari di laci nakas dimana istriku terbiasa menyimpan obat yang rutin di minum di sana. Aku harus segera mengambil obat untuk mengurangi rasa sakit.

Mengambil segelas air putih yang terletak di atas nakas, lalu memberikannya beserta obat yang berada di tanganku. Marina segera mengambil dan meminum obat untuk jantungnya. Penyakit diabetes yang di derita menyebabkan pembuluh darah jantungnya tersumbat hingga dia harus selalu meminum obat pengencer darah setiap hari sesuai dengan petunjuk dokter..

“Kau sudah lebih baik?” tanyaku kepadanya.

“Bagaimana bisa kau bertanya keadaanku lebih baik. Kau sudah melakukan kesalahan yang fatal. Kau sudah menghianatiku!” kembali dia memegangi dadanya. Emosi yang memuncak, membuat dia terus memegangi dada sebelah kiri yang terasa sakit. Kalau dibiarkan berlarut, bisa-bisa nyawa istriku terancam.  Aku tak mau kehilangan dia. Mau tidak mau aku harus berbohong demi kebaikannya.

“Kejadiannya tidak seperti yang kau pikirkan.” Aku menyentuh jemarinya. Kembali ditepis dengan kasar.

“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!” teriaknya histeris.

“Bukan aku yang melakukannya. Aku membayar orang lain untuk menodai wanita itu!” Kalimat itu terlontar begitu saja tanpa bisa di cegah. Sungguh tak mengerti kenapa bisa  mengatakan sebuah kebohongan besar. Mungkin caraku ini salah. Namun aku tak punya pilihan selain berbohong demi kebaikan.

Marina seketika menghentikan pemberontakkannya. Lalu  menatap mataku dengan sangat tajam dan serius.

“Kau bilang apa?!”

“Iya. Apa yang kau dengar tadi, itu benar adanya.” Jawabku dengan gemetar. Sepanjang perjalanan pernikahan kami, baru kali ini aku membohongi istriku. Ini semua kulakukan demi kebaikannya.

Plaak. Satu tamparan keras mendarat di pipi. Tak menyangka, Marina akan melakukannya. Seumur menikah dengannya, baru kali ini aku merasakan pedasnya jemari istriku.

“Kau sangat jahat. Aku tak menyangka kau tega melakukan hal sekeji itu, Sultan!”

“Marina tapi aku ....”

“Apa kau tidak pernah berpikir sebelum bertindak dan memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini dengannya?! Bagaimana traumanya gadis itu. Dia tidak bersalah, tapi karena ambisimu, dia menjadi korbannya! Kalau sampai Danisa tahu, belum tentu dia juga akan menyukai caramu membalas dendam. Kau benar-benar manusia jahat dan tak berperasaan. Aku membencimu!” Kembali Marina mendorong tubuhku.

“Maafkan aku.”

“Aku takkan pernah memaafkanmu! Bagaimana kalau kita punya anak perempuan dan hal itu terjadi dengannya? Kau pasti akan membunuh pria itu!” Marina memukuli dadaku dengan isak tangis yang memilukan. Wajar saja. Wanita mana yang tega mendengar kisah memilukan seperti ini. Apa yang terjadi kalau dia tahu yang sebenarnya.

‘Tolong. Apa yang harus kulakukan untuk mendapat maaf darimu?” tanyaku kepadanya dengan penuh pengharapan.

“Kau harus menyuruh pria itu untuk bertanggungjawab!”

“Maksudmu?!” Tiba-tiba tenggorokan terasa menyempit. Sangat sulit walau hanya sekedar untuk menelan ludah. Bagaimana bisa aku memenuhi persyaratannya. Seandainya Marina tahu yang sebenarnya, dia pasti akan mencabut persyaratan yang dia ajukan.

“Dia harus menikahi gadis itu. Baru aku akan memaafkanmu.”

Akku terpaku. Hanya bisa terdiam saat mendengar persyaratan yang tak mungkin kulakukan. Namun istriku juga tak pernah main-main dengan ucapannya. Kalau aku tak memenuhi keinginannya, pasti dia akan pergi dan menjauh dariku.

 “Sultan! Jangan diam saja!” Marina mengguncang tubuhku yang kaku. Rasanya raga ini sulit untuk bergerak  Apa yang harus kulakukan. Satu kebohongan harus kembali ditutup dengan kebohongan baru. Ya Tuhan, kenapa hidupku bisa jadi kacau seperti ini.

Apapun yang terjadi, aku harus menolak persyaratan darinya dan akan meminta syarat lain sebagai gantinya.

‘Tidak mungkin, Marina. Pria itu sudah beristri dan dia sangat mencintai istrinya. Tak mungkin aku menikahinya.” Ups, aku menutup mulutku yang melebar sempurna. Tanpa sengaja aku justru mengungkap kebenaran. Sial. Bagaimana ini bisa terjadi. Tiba-tiba jantungku berdegup sangat kencang.

“Aku?! Apa maksudmu?!” Pertanyaaan yang membuatku terpojok. Dia bertanya dengan penuh selidik. Sorot matanya tajam seolah siap membelah dada yang penuh dengan kebohongan hingga membuatku ketakutan. Keringat dingin tiba-tiba muncul dan membasahi wajah.

“Sultan! Katakan padaku apa kau yang melakukannya?!” kembali Marina mengguncang tubuhku dengan kasar. Sesaat kemudian, dia memegangi dadanya sembari meringis kesakitan.

‘Ti ... tidak. Maksudku bukan aku.. tapi temanku. Kau mungkin salah dengar.” Jawabku gugup sembari mengusap peluh yang membasahi wajah.

“Aku mengenalmu Sultan. Kau pasti sedang berbohong!”

‘Tidak. Aku berkata jujur. Bahkan aku bisa menelponnya sekarang kalau kau mau.” Jawabku masih tak bisa menyembunyikan kegugupanku.

‘Tidak perlu! Dengar. Kalau ternyata kau yang menodai gadis itu, aku akan pergi meninggalkanmu. Aku tidak main-main!” ancamnya dengan berapi-api.

“Percayalah. Aku jujur kepadamu.”

Menyentuh bahu Marina dengan lembut. Kini dia mulai terlihat tenang. Aku merengkuh tubuhnya dan berjanji takkan menghianatinya. Tak lupa pula berjanji akan menyuruh pria fiktif itu  bertanggungjawab. Janji yang takkan mungkin bisa kupenuhi.

Maafkan aku Marina. Maafkan aku gadis yang bahkan takku ketahui namanya. Aku hanya melihat fotonya saat masih memakai seragam abu-abu bersama Danisa dan juga lelaki pengecut itu.

Dari situlah aku mulai melakukan pengembangan dalam pencarian dua orang tersebut. Walau Danisa tidak pernah mengatakan bahwa pria itu adalah orangnya. Namun dari cerita bahwa setelah kekasihnya mereguk madu, dia berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Tanpa ragu aku sudah bisa memastikan bahwa mereka berdualah orangnya walau tak ada pernyataan pasti dari Danisa. Aku yakin sekali bahwa aku tak salah target.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status