“Katakan sultan. Dosa apa yang telah kau lakukan? Aku takkan pernah memaafkanmu kalau kau sudah menyentuh wanita lain. Aku tidak rela!” Istriku berteriak histeris. Dengan sigap kupeluk tubuhnya dan berusaha menenangkan. Namun tak kusangka dia menolak dan mendorong tubuhku.
“Lepaskan aku! Kau ....” Marina memegangi dada sebelah kiri. Nafasnya naik turun tak beraturan.
“Marina, kau tak kenapa? Ayo kita ke rumah sakit.” Berusaha meraih tubuh istriku ke dalam pelukan. Namun dia kembali menepis tanganku. Otakku berusaha untuk berpikir keras untuk menolongnya. Tak mungkin membiarkannya menderita seperti ini.
Obat. Ya, kenapa bisa sampai lupa Segera mencari di laci nakas dimana istriku terbiasa menyimpan obat yang rutin di minum di sana. Aku harus segera mengambil obat untuk mengurangi rasa sakit.
Mengambil segelas air putih yang terletak di atas nakas, lalu memberikannya beserta obat yang berada di tanganku. Marina segera mengambil dan meminum obat untuk jantungnya. Penyakit diabetes yang di derita menyebabkan pembuluh darah jantungnya tersumbat hingga dia harus selalu meminum obat pengencer darah setiap hari sesuai dengan petunjuk dokter..
“Kau sudah lebih baik?” tanyaku kepadanya.
“Bagaimana bisa kau bertanya keadaanku lebih baik. Kau sudah melakukan kesalahan yang fatal. Kau sudah menghianatiku!” kembali dia memegangi dadanya. Emosi yang memuncak, membuat dia terus memegangi dada sebelah kiri yang terasa sakit. Kalau dibiarkan berlarut, bisa-bisa nyawa istriku terancam. Aku tak mau kehilangan dia. Mau tidak mau aku harus berbohong demi kebaikannya.
“Kejadiannya tidak seperti yang kau pikirkan.” Aku menyentuh jemarinya. Kembali ditepis dengan kasar.
“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu!” teriaknya histeris.
“Bukan aku yang melakukannya. Aku membayar orang lain untuk menodai wanita itu!” Kalimat itu terlontar begitu saja tanpa bisa di cegah. Sungguh tak mengerti kenapa bisa mengatakan sebuah kebohongan besar. Mungkin caraku ini salah. Namun aku tak punya pilihan selain berbohong demi kebaikan.
Marina seketika menghentikan pemberontakkannya. Lalu menatap mataku dengan sangat tajam dan serius.
“Kau bilang apa?!”
“Iya. Apa yang kau dengar tadi, itu benar adanya.” Jawabku dengan gemetar. Sepanjang perjalanan pernikahan kami, baru kali ini aku membohongi istriku. Ini semua kulakukan demi kebaikannya.
Plaak. Satu tamparan keras mendarat di pipi. Tak menyangka, Marina akan melakukannya. Seumur menikah dengannya, baru kali ini aku merasakan pedasnya jemari istriku.
“Kau sangat jahat. Aku tak menyangka kau tega melakukan hal sekeji itu, Sultan!”
“Marina tapi aku ....”
“Apa kau tidak pernah berpikir sebelum bertindak dan memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini dengannya?! Bagaimana traumanya gadis itu. Dia tidak bersalah, tapi karena ambisimu, dia menjadi korbannya! Kalau sampai Danisa tahu, belum tentu dia juga akan menyukai caramu membalas dendam. Kau benar-benar manusia jahat dan tak berperasaan. Aku membencimu!” Kembali Marina mendorong tubuhku.
“Maafkan aku.”
“Aku takkan pernah memaafkanmu! Bagaimana kalau kita punya anak perempuan dan hal itu terjadi dengannya? Kau pasti akan membunuh pria itu!” Marina memukuli dadaku dengan isak tangis yang memilukan. Wajar saja. Wanita mana yang tega mendengar kisah memilukan seperti ini. Apa yang terjadi kalau dia tahu yang sebenarnya.
‘Tolong. Apa yang harus kulakukan untuk mendapat maaf darimu?” tanyaku kepadanya dengan penuh pengharapan.
“Kau harus menyuruh pria itu untuk bertanggungjawab!”
“Maksudmu?!” Tiba-tiba tenggorokan terasa menyempit. Sangat sulit walau hanya sekedar untuk menelan ludah. Bagaimana bisa aku memenuhi persyaratannya. Seandainya Marina tahu yang sebenarnya, dia pasti akan mencabut persyaratan yang dia ajukan.
“Dia harus menikahi gadis itu. Baru aku akan memaafkanmu.”
Akku terpaku. Hanya bisa terdiam saat mendengar persyaratan yang tak mungkin kulakukan. Namun istriku juga tak pernah main-main dengan ucapannya. Kalau aku tak memenuhi keinginannya, pasti dia akan pergi dan menjauh dariku.
“Sultan! Jangan diam saja!” Marina mengguncang tubuhku yang kaku. Rasanya raga ini sulit untuk bergerak Apa yang harus kulakukan. Satu kebohongan harus kembali ditutup dengan kebohongan baru. Ya Tuhan, kenapa hidupku bisa jadi kacau seperti ini.
Apapun yang terjadi, aku harus menolak persyaratan darinya dan akan meminta syarat lain sebagai gantinya.
‘Tidak mungkin, Marina. Pria itu sudah beristri dan dia sangat mencintai istrinya. Tak mungkin aku menikahinya.” Ups, aku menutup mulutku yang melebar sempurna. Tanpa sengaja aku justru mengungkap kebenaran. Sial. Bagaimana ini bisa terjadi. Tiba-tiba jantungku berdegup sangat kencang.
“Aku?! Apa maksudmu?!” Pertanyaaan yang membuatku terpojok. Dia bertanya dengan penuh selidik. Sorot matanya tajam seolah siap membelah dada yang penuh dengan kebohongan hingga membuatku ketakutan. Keringat dingin tiba-tiba muncul dan membasahi wajah.
“Sultan! Katakan padaku apa kau yang melakukannya?!” kembali Marina mengguncang tubuhku dengan kasar. Sesaat kemudian, dia memegangi dadanya sembari meringis kesakitan.
‘Ti ... tidak. Maksudku bukan aku.. tapi temanku. Kau mungkin salah dengar.” Jawabku gugup sembari mengusap peluh yang membasahi wajah.
“Aku mengenalmu Sultan. Kau pasti sedang berbohong!”
‘Tidak. Aku berkata jujur. Bahkan aku bisa menelponnya sekarang kalau kau mau.” Jawabku masih tak bisa menyembunyikan kegugupanku.
‘Tidak perlu! Dengar. Kalau ternyata kau yang menodai gadis itu, aku akan pergi meninggalkanmu. Aku tidak main-main!” ancamnya dengan berapi-api.
“Percayalah. Aku jujur kepadamu.”
Menyentuh bahu Marina dengan lembut. Kini dia mulai terlihat tenang. Aku merengkuh tubuhnya dan berjanji takkan menghianatinya. Tak lupa pula berjanji akan menyuruh pria fiktif itu bertanggungjawab. Janji yang takkan mungkin bisa kupenuhi.
Maafkan aku Marina. Maafkan aku gadis yang bahkan takku ketahui namanya. Aku hanya melihat fotonya saat masih memakai seragam abu-abu bersama Danisa dan juga lelaki pengecut itu.
Dari situlah aku mulai melakukan pengembangan dalam pencarian dua orang tersebut. Walau Danisa tidak pernah mengatakan bahwa pria itu adalah orangnya. Namun dari cerita bahwa setelah kekasihnya mereguk madu, dia berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Tanpa ragu aku sudah bisa memastikan bahwa mereka berdualah orangnya walau tak ada pernyataan pasti dari Danisa. Aku yakin sekali bahwa aku tak salah target.
“Bu, pria ini adalah ....”‘Rani! Apa saja pekerjaanmu di dalam! Kau tidak tahu apa yang dilakukan wanita ini? dia sudah berani menamparku karena tak sengaja menyentuh dadanya. Aku sudah minta maaf, tapi gadis itu terus memakiku!” aku sedikit berbohong untuk melindungi reputasiku.“Enak saja kau bicara! Kau itu ....”“Rani! Aku tunggu di ruanganku sekarang juga!” mencoba terus memutus pembicaraan Aira supaya dia tak kelepasan bicara.“Baik, pak!”‘Bu, kenapa ibu hormat kepada pria bejat itu?!”“Yang sopan kalau berbicara padanya Aira! Kalau kau tak bisa menjaga lisanmu, kau akan kupecat sebelum Pak Sultan yang memecatku! Kau mengerti?!”Aku mencoba mengamati riak gelombang pada wajah Aira. Wajahnya memucat. Sepertinya dia sangat terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya. Kepalanya menggeleng cepat.‘Tidak! tidak m
TERNYATA AIRA SALAH SATU KARYAWANKUSULTANYa. Wanita itu adalah gadis yang membuatku tak nyenyak tidur karena terus memikirkannya. Dan dia kini berada di hadapanku. Apa yang harus kulakukan. Bahkan Aira terlihat sangat ketakutan. Dia menoleh ke arah kanan dan kiri mencoba mencari pertolongan. Apa dia pikir aku akan menyakitinya lagi. Dia salah sangka, aku harus menghilangkan rasa ketakutannya.“Tenang, Aira! Saya tak akan menyakitimu.”“Pergi kamu! kenapa sih kau selalu saja mengganguku?”“Saya tidak mengganggumu, saya hanya ....”“Aku berjanji tak akan menuntutmu! Tapi aku mohon, berjanjilah untuk tidak menemuiku lagi. Aku mohon, pergilah dari kehidupanku selamanya! Biarkan aku dan keluargaku hidup tenang! Aku mohon!” Gadis itu terus memohon. Bahkan dia beringsut ketakutan saat aku sedikit demi sedikit terus mendekatinya. Mungkin rasa trauma itu masih membekas da
SUMPAH AIRASULTAN“Marina! Kenpa kau mendorongku?!” tanyaku sambil berusaha kembali menyerangnya lagi. Namun Marina malah menendangku dengan kuat hingga aku terjungkal. Rasa kesal kembali membuatku naik darah.“Marina! Apa-apa an kamu!” hardikku kepadanya.“Mulai sekarang, jangan pernah menyentuhhku!”“Apa maksudmu?”“Aku jijik dengan milikmu yang sudah pernah di pakai untuk wanita lain! Cuih! Menjijikkan!” Marina bergidik jijik melihatku.‘Tapi kau tadi juga menikmatinya! Jangan munafik!”“Iya. Tapi begitu mengingat hal itu, membuatku jijik dan mual!”“Tolonglah, aku sudah tidak bisa menahannya. Untuk kali ini saja,” pintaku kepadanya. Sebagai lelaki sangat tersiksa dengan keadaan seperti ini.“Aku bilang tidak, ya tidak! jangan memaksaku! mengingat saat kau menggerayangi tubuh wanita itu
GAIRAH YANG TERTUNDA SULTAN “Sultan! Lepaskan tanganku!” seru istriku sambil berusaha melepaskan tangannya dariku. Aku tak peduli dan terus menarik lengannya dengan kesal. Sesampainya di kamar, aku mendorong istriku hingga terjatuh di atas ranjang. “Beraninya kau melakukan ini padaku, Sultan!” “Kau yang beraninya melakukan tindakan tanpa persetujuanku! Apa kau tak punya perasaan iba sedikit saja kepada mereka. Bagiamana perasaan Aira!” “kenapa kau menyalahkanku?! Apa yang kulakukan salah? Aku hanya ingin membelamu! Kau tahu’kan perbuatan yang kau lakukan itu bisa membuat harga dirimu hancur! Bukan hanya penjara, tapi karier dan nama baikmu juga hancur! Tak berpikirkah kau sejauh itu! Aku melakukannya karena ingin menyelamatkanmu dari kehancuran! Itu karena aku sangat mencintaimu!” “Aku tahu itu dan juga konsekuensinya! Tapi tidak dengan membuat keluarga aira menderita! Kasihan mereka! Kita bisa bicara
13. BANTUAN SULTAN“Berhati-hatilah. Orang seperti mereka bisa melakukan segalanya. Yang benar bisa menjadi salah. Begitu pula sebaliknya.” Nasihat bu amir kepadaku. Beliau mulai menjalankan kendaraannya.“Lalu apa yang harus saya lakukan, bu?” tanyaku kepada bu amir.“Yang terpenting kita buat laporan dulu tentang kejadian keji yang kau alami. Gunakan hal ini untuk menekan mereka. Jangan mau kalah. Walau mereka mengandalkan harta yang mereka miliki, tetap saja tidak ada orang yang kebal hukum. Minimal orang tersebut akan memikirkan reputasinya. Sedikit saja kasus ini diketahui publik, bisa hancur karirnya.”Aku menghela nafas panjang lalu menghembuskan perlahan. Apa yang aku alami benar-benar membuat kepala hampir pecah. Di satu sisi aku tak ingin terjadi apa-apa dengan adikku.Yang dikatakan bu Amir itu benar. Posisiku bisa saja terjepit. Mereka bisa memutarbalikkan fakta. Tapi jika hukum sudah berbicara, tidak
12. PENANGKAPAN RYAN“Ada apa ini pak?” tanya ibu ketika membuka pintu dan melihat beberapa orang berseragam warna coklat berdiri di depan pintu. Satu mobil polisi juga terparkir tak jauh dari rumah.Aku yang penasaran juga ikut menemui para petugas.Entah apalagi yang akan menimpa keluargaku. Kami masih dalam suasana duka. Entah siapa yang tidak suka dan pasti memberikan laporan yang tidak sesuai.“Benar ini rumah saudara Ryan Effendi?” tanya salah satu petugas kepolisian.“Benar. Saya ibunya. Ada apa ya pak. Apa anak saya bersalah?” tanya ibu dengan gemetar. Aku mengusap kedua bahunya untuk menenangkannya.“Kami akan membawa anak ibu untuk dimintai keterangan. Ada laporan tentang penganiayaan kepada bapak Sultan bima syailendra. Dugaan sementara dilakukan oleh putra anda.”“Ini salah paham, Pak. Adik saya memang bersalah telah memukulnya. Tapi semua dilakukan karena memang