Home / Romansa / GADIS TERNODA / RAGU UNTUK BERTERUS TERANG

Share

RAGU UNTUK BERTERUS TERANG

last update Huling Na-update: 2021-09-08 20:04:56

  1. RAGU TUK BERTERUS TERANG

Sultan bima Syailendra

Terpaku di depan pintu kamar. Keraguan menyelimuti hati untuk menemui istri yang sangat kucintai. Walau tak ada celoteh anak dalam pernikahan kami, kehidupan kami diliputi oleh kebahagiaan.

Tigabelas tahun usia pernikahan, tak ada sedikitpun keinginan dalam hati untuk menikah lagi hanya demi mendapatkan momongan. Walau Marina berkali-kali menyuruhku, tak pernah aku memenuhi permintaan gilanya itu.

Dalam kondisinya yang sakit karena beberapa jari di kakinya harus di amputasi, aku tetap setia kepadanya. Penyebabnya adalah penyakit diabetes yang di idapnya. Meskipun usianya sepuluh tahun di atasku, bagiku dia tetap terlihat sempurna.

Sudah dua tahun dia harus beraktifitas dengan kursi roda. Diusianya yang ke empatpuluh delapan tahun, harus menjalani ujian hidup seberat ini. Walau kini bobot tubuhnya mengecil dan tidak proporsional bagiku dia tetap terlihat menarik. Begitu besarnya cintaku kepadanya hingga tak pernah sedikitpun terlintas dalam benak untuk menghianatinya.

Namun kini, kesetiaanku telah lumpuh. Dengan sadar aku sudah menghianatinya. Ya Tuhan, bagaimana bisa aku melakukan perbuatan yang terkutuk. Bagaimana harus menjelaskan kepada istriku. Tak mungkin membohonginya. Selama aku menjadi suaminya, belum pernah sekalipun membohonginya. Kami selalu berbagi suka dan duka bersama. Dan kini, tak mungkin aku berterus terang. Membohonginya juga bukan hal yang mudah. Marina selalu tahu ketika aku tak jujur.

Aku menyandarkan tubuh di pintu. Tak berani untuk masuk ke dalam kamar. Tanpa terasa airmataku luruh. Sekuat mungkin menahan suara tangisan hingga membuat tubuh berguncang.

Aku terdiam dalam kebingungan. Dua dosa dalam satu perbuatan membuat dadaku terasa sesak. Aku memukuli dadaku dengan penuh penyesalan. Kenapa bisa sampai kehilangan kendali. Seharusnya aku tak melakukan hal menjijikkan itu. Otakku benar-benar sudah tidak waras hingga tak bisa berpikir panjang.

“Bodoh. Benar-benar bodoh!” aku memukuli keningku dan tanpa sengaja mengeluarkan suara. Tersadar lalu membekap mulutku. Semoga saja istriku tak mendengar.

“Sayang. Kamu sudah pulang?” terdengar suara istriku. Belum sempat aku menyadari apa yang harus kulakukan, puntu kamar sudah terbuka dari dalam. Istriku sudah berdandan sangat cantik. Dia mengenakan lipstik merah menyala senada dengan dress yang di pakainya. Walau sehari-hari mengandalkan kursi roda, istriku tipe wanita yang mandiri. Selagi mampu mengerjakan sendiri, dia akan melakukannya. Tidak manja dan tak suka dianggap lemah.

Istriku menguntai senyuman manis. Selalu menyejukan. Hilang lelah seketika saat melihat senyumannya. Namun dosa yang kurasa dalam dada ini, tak bisa membuatku membalas senyum manisnya. Sebentar lagi senyum diwajahnya pasti sirna saat melihat wajahku yang bersimbah airmata.

Benar saja, dalam hitungan detik, kedua ujung bibir yang terangkat tinggi, kini di tarik kembali. Kekhawatiran muncul pada wajahnya seketika.

“Sayang, kau kenapa?” tanyanya sembari meraih jemariku.

Bagai anak kecil yang butuh perlindungan,  langsung menangis di pangkuannya. Tak tahu apalagi yang harus kulakukan. Haruskah berterus terang. Aku takut dengan reaksinya. Bagaimana kalau Marina syok dan penyakitnya tambah parah. Atau mungkin dia akan meninggalkanku. Tidak. Aku tak mau ini terjadi. Aku belum siapa. bahkan takkan pernah siap ditinggal oleh wanita yang sangat kucintai.

Tubuhku terasa hangat berada dalam pelukannya. Ada rasa tenang dan damai. Namun gejolak itu muncul kembali. Terus dihantui rasa bersalah.

Rasa bersalah seperti meledak dalam dada. Dengan penuh kelembutan dia mengusap kepala dan berusaha menenangkan lelaki yang sudah menghianati cintanya.

Istriku sangat pengertian. Saat aku ada masalah dan belum mau bercerita, dia tidak akan banyak bertanya. Cukup diam dan menunggu hingga aku memulai pembicaraan. Seperti saat ini. Dia bergeming dan hanya belaian lembutnya yang kurasa di kepala.

“Sayang. Kau baik-baik saja?” tanyanya kepadaku.

‘Tidak, sayang. Aku sedang tidak baik-baik saja. Kau pasti mengerti arti dari tangisanku ini.” Aku mengangkat kepala dan memberanikan diri menatap wajahnya yang masih diliputi kecemasan. Walau dia berusaha tersenyum, tapi guratan kecemasan tergambar jelas pada wajahnya.

“Kau mau bercerita kepadaku?” tanyanya kemudian.

“Marina. Aku ... aku ....”

“Iya. Aku .... ayo tarik nafas panjang, lalu hembuskan perlahan. Supaya keadaanmu lebih baik.” Marina mengelus dadaku.

Aku mengikuti arahannya. Benar saja setelah menarik nafas panjang keadaanku lebih membaik. Setidaknya nafas ini tidak begitu sesak.

“Kau perlu minum atau ....”

‘Tidak. Aku hanya ingin bercerita dengan memelukmu.” Pintaku padanya. Kembali kurebahkan kepala di atas pangkuannya.

“Baiklah. Kita masuk dan aku akan menyangga kepalamu di atas ranjang.” Seperti inilah istriku. Dia selalu bisa membuatku tenang. Seperti seekor kerbau yang di cucuk hidungnya, aku menuruti perkataannya.

Menutup pintu lalu mendorong kursi roda menuju ranjang. Aku bersiap untuk menggendongnya. Namun seperti biasa dia melarangku. Dia tak ingin merepotkan siapapun selagi bisa melakukannya sendiri. Sebenarnya dia masih bisa bertumpu dengan satu kaki. Awalnya hanya tiga jari yang di amputasi, lama kelamaan dua jari lainnya menghitam dan harus kembali di amputasi. Kini dia harus sangat berhati-hati karena telapak kakinya samgat rentan. Itulah kenapa dia harus menggunakan kursi roda.

Untuk jatah malamku. Jangan tanyakan itu. Semenjak Marina sakit aku tak pernah lagi memikirkan tentang hal itu. Tak tega rasanya untuk meminta hakku.

Seperti biasa saat aku akan menggendong tubuhnya naik ke atas ranjang, istriku selalu menolak. Dia berusaha sendiri dengan sangat berhati-hati.

Kurebahkan kepala pada pangkuan istriku. Hati ini terasa tenang. Kembali Marina mengelus kepalaku dengan lembut.

“Ungkapkan apa yang ada di hatimu, sayang. Supaya tenang.”  Ucap Marina dengan lembut.

Dadaku terasa makin sesak. Bukannya mulut yang berbicara, tapi air mata yang memulai pembicaraan. Mengalir deras bagai anak sungai yang tak bermuara. Tak tahu harus memulai darimana. Saat ingin mulai bercerita, tiba-tiba lidahku kelu.

“Sebegitu beratkah beban yang kau tanggung suamiku? Kau tak pernah menangis seperti ini sayang. Kecuali saat kau kehilangan orangtuamu. Apakah ini ....”

“Aku sudah berbuat dosa yang sangat besar, Marina. Bahkan banyaknya air di samudera takkan bisa membersihkan dosa yang telah kulakukan. Ampuni aku, Marina. Ampuni aku.” Aku tak bisa berbohong lagi. Semakin lama menyimpan sendiri, semakin membuatku tersiksa. Dadaku seperti mau meledak.

“Apa maksudmu?!” tanya istriku dengan nada tinggi. Dia bahkan mengangkat kepalaku lalu menggeser tubuhnya. Kini kepalaku bertumpu pada ranjang.

Aku tetap pada posisi semula dan  memejamkan mata. Tak berani melihat gelombang kemarahan pada wajah cantiknya.

“Sultan! Katakan dengan jelas!” tak ada panggilan sayang seperti biasa. Saat istriku hanya memanggil namaku, itu artinya dia benar-benar marah.

Perlahan, aku mengangkat wajah dan memberanikan diri menatap wajah istriku yang terlihat tegang.

“Danisa. Demi adikku, aku sudah berbuat dosa. Aku sudah membalaskan dendam kepada kekasih yang sudah menodai adikku.”

“Apa maksudmu, Sultan?! Apa kau juga melakukan hal yang sama?! Jawab pertanyaanku?!” Marina mengguncang bahuku dengan keras. Ada getaran dalam nada suaranya.  Buliran bening mulai mengalir deras di pipi tirusnya. Bagaimana ini. Belum jujur saja, keadaanya sudah syok seperti ini. Apa yang harus kulakukan. Aku tak ingin terjadi apapun dengannya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • GADIS TERNODA   17. MEMINTA BANTUAN LEO

    “Bu, pria ini adalah ....”‘Rani! Apa saja pekerjaanmu di dalam! Kau tidak tahu apa yang dilakukan wanita ini? dia sudah berani menamparku karena tak sengaja menyentuh dadanya. Aku sudah minta maaf, tapi gadis itu terus memakiku!” aku sedikit berbohong untuk melindungi reputasiku.“Enak saja kau bicara! Kau itu ....”“Rani! Aku tunggu di ruanganku sekarang juga!” mencoba terus memutus pembicaraan Aira supaya dia tak kelepasan bicara.“Baik, pak!”‘Bu, kenapa ibu hormat kepada pria bejat itu?!”“Yang sopan kalau berbicara padanya Aira! Kalau kau tak bisa menjaga lisanmu, kau akan kupecat sebelum Pak Sultan yang memecatku! Kau mengerti?!”Aku mencoba mengamati riak gelombang pada wajah Aira. Wajahnya memucat. Sepertinya dia sangat terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya. Kepalanya menggeleng cepat.‘Tidak! tidak m

  • GADIS TERNODA   16. TERNYATA AIRA SALAH SATU KARYAWANKU

    TERNYATA AIRA SALAH SATU KARYAWANKUSULTANYa. Wanita itu adalah gadis yang membuatku tak nyenyak tidur karena terus memikirkannya. Dan dia kini berada di hadapanku. Apa yang harus kulakukan. Bahkan Aira terlihat sangat ketakutan. Dia menoleh ke arah kanan dan kiri mencoba mencari pertolongan. Apa dia pikir aku akan menyakitinya lagi. Dia salah sangka, aku harus menghilangkan rasa ketakutannya.“Tenang, Aira! Saya tak akan menyakitimu.”“Pergi kamu! kenapa sih kau selalu saja mengganguku?”“Saya tidak mengganggumu, saya hanya ....”“Aku berjanji tak akan menuntutmu! Tapi aku mohon, berjanjilah untuk tidak menemuiku lagi. Aku mohon, pergilah dari kehidupanku selamanya! Biarkan aku dan keluargaku hidup tenang! Aku mohon!” Gadis itu terus memohon. Bahkan dia beringsut ketakutan saat aku sedikit demi sedikit terus mendekatinya. Mungkin rasa trauma itu masih membekas da

  • GADIS TERNODA   15. SUMPAH AIRA

    SUMPAH AIRASULTAN“Marina! Kenpa kau mendorongku?!” tanyaku sambil berusaha kembali menyerangnya lagi. Namun Marina malah menendangku dengan kuat hingga aku terjungkal. Rasa kesal kembali membuatku naik darah.“Marina! Apa-apa an kamu!” hardikku kepadanya.“Mulai sekarang, jangan pernah menyentuhhku!”“Apa maksudmu?”“Aku jijik dengan milikmu yang sudah pernah di pakai untuk wanita lain! Cuih! Menjijikkan!” Marina bergidik jijik melihatku.‘Tapi kau tadi juga menikmatinya! Jangan munafik!”“Iya. Tapi begitu mengingat hal itu, membuatku jijik dan mual!”“Tolonglah, aku sudah tidak bisa menahannya. Untuk kali ini saja,” pintaku kepadanya. Sebagai lelaki sangat tersiksa dengan keadaan seperti ini.“Aku bilang tidak, ya tidak! jangan memaksaku! mengingat saat kau menggerayangi tubuh wanita itu

  • GADIS TERNODA   14. GAIRAH YANG TERTUNDA

    GAIRAH YANG TERTUNDA SULTAN “Sultan! Lepaskan tanganku!” seru istriku sambil berusaha melepaskan tangannya dariku. Aku tak peduli dan terus menarik lengannya dengan kesal. Sesampainya di kamar, aku mendorong istriku hingga terjatuh di atas ranjang. “Beraninya kau melakukan ini padaku, Sultan!” “Kau yang beraninya melakukan tindakan tanpa persetujuanku! Apa kau tak punya perasaan iba sedikit saja kepada mereka. Bagiamana perasaan Aira!” “kenapa kau menyalahkanku?! Apa yang kulakukan salah? Aku hanya ingin membelamu! Kau tahu’kan perbuatan yang kau lakukan itu bisa membuat harga dirimu hancur! Bukan hanya penjara, tapi karier dan nama baikmu juga hancur! Tak berpikirkah kau sejauh itu! Aku melakukannya karena ingin menyelamatkanmu dari kehancuran! Itu karena aku sangat mencintaimu!” “Aku tahu itu dan juga konsekuensinya! Tapi tidak dengan membuat keluarga aira menderita! Kasihan mereka! Kita bisa bicara

  • GADIS TERNODA   13. BANTUAN SULTAN

    13. BANTUAN SULTAN“Berhati-hatilah. Orang seperti mereka bisa melakukan segalanya. Yang benar bisa menjadi salah. Begitu pula sebaliknya.” Nasihat bu amir kepadaku. Beliau mulai menjalankan kendaraannya.“Lalu apa yang harus saya lakukan, bu?” tanyaku kepada bu amir.“Yang terpenting kita buat laporan dulu tentang kejadian keji yang kau alami. Gunakan hal ini untuk menekan mereka. Jangan mau kalah. Walau mereka mengandalkan harta yang mereka miliki, tetap saja tidak ada orang yang kebal hukum. Minimal orang tersebut akan memikirkan reputasinya. Sedikit saja kasus ini diketahui publik, bisa hancur karirnya.”Aku menghela nafas panjang lalu menghembuskan perlahan. Apa yang aku alami benar-benar membuat kepala hampir pecah. Di satu sisi aku tak ingin terjadi apa-apa dengan adikku.Yang dikatakan bu Amir itu benar. Posisiku bisa saja terjepit. Mereka bisa memutarbalikkan fakta. Tapi jika hukum sudah berbicara, tidak

  • GADIS TERNODA   12. PENANGKAPAN RYAN

    12. PENANGKAPAN RYAN“Ada apa ini pak?” tanya ibu ketika membuka pintu dan melihat beberapa orang berseragam warna coklat berdiri di depan pintu. Satu mobil polisi juga terparkir tak jauh dari rumah.Aku yang penasaran juga ikut menemui para petugas.Entah apalagi yang akan menimpa keluargaku. Kami masih dalam suasana duka. Entah siapa yang tidak suka dan pasti memberikan laporan yang tidak sesuai.“Benar ini rumah saudara Ryan Effendi?” tanya salah satu petugas kepolisian.“Benar. Saya ibunya. Ada apa ya pak. Apa anak saya bersalah?” tanya ibu dengan gemetar. Aku mengusap kedua bahunya untuk menenangkannya.“Kami akan membawa anak ibu untuk dimintai keterangan. Ada laporan tentang penganiayaan kepada bapak Sultan bima syailendra. Dugaan sementara dilakukan oleh putra anda.”“Ini salah paham, Pak. Adik saya memang bersalah telah memukulnya. Tapi semua dilakukan karena memang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status