Home / Romansa / GADIS YANG TERNODAI / Pemandangan Menyesakkan

Share

Pemandangan Menyesakkan

last update Last Updated: 2025-03-21 23:25:04

🏵️🏵️🏵️

Aku sangat senang setelah melakukan kewajiban sebagai istri. Namun, tiba-tiba bayangan Bimo kembali menghantuiku. Aku mengingat saat dia melakukan perbuatan terkutuk itu.

“Aku mohon, Bimo, jangan lakukan ini padaku. Tolong kasihani aku.” Kala itu, aku memohon kepadanya supaya mengurungkan niatnya untuk tidak menodaiku.

“Kasihani kamu bilang? Selama tiga bulan ini kamu juga tidak pernah kasihan padaku. Kamu selalu menolak setiap aku berusaha menyentuhmu, kamu pikir harga diriku di mana? Seorang Bimo ditolak oleh cewek sepertimu? Aku malu dan marah melihat sikapmu. Kita udah pacaran beberapa bulan, tapi kamu tidak bisa memberikan sesuatu yang berkesan untuk pasangan. Untuk apa kita pacaran kalau kita tidak bisa melakukan sentuhan?” Ternyata tujuannya menjalin hubungan denganku hanya untuk sebuah permainan.

“Pacaran itu tidak harus melakukan semua yang kamu utarakan. Kita menjalin hubungan untuk saling mencintai, menyayangi, dan saling mengerti. Mana janjimu yang mengaku mencintaiku?”

“Cinta itu tidak hanya di mulut, kamu juga mengaku mencintaiku, tapi apa buktinya? Nyatanya hanya sekadar ciuman aja tidak bisa kamu berikan padaku, pacar yang kamu cintai.”

“Bukti cinta tidak harus dilakukan dengan sebuah ciuman. Perhatian dan kasih sayang yang kuberikan padamu selama ini adalah bukti cintaku.”

“Tapi bagiku, bukti seperti itu tidak cukup! Orang yang tidak menjalin hubungan juga bisa memberikan perhatian dan kasih sayang. Hari ini aku akan menunjukkan arti cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya padamu.” Dia merebahkan tubuhku dengan paksa.

“Jangan, Bimo! Aku mohon, tolong aku. Kalau kamu tetap nekat, aku akan berteriak.” Aku mengancamnya.

“Coba aja teriak, nggak akan ada yang mendengar teriakanmu.” Dia memaksa melepaskan semua yang melekat pada tubuhku. “Aku suka barang indah ini, putih dan mulus.”

“Bimooo! Jangaaan!” Aku masih berharap belas kasihannya.

“Ternyata kamu tidak hanya memiliki wajah yang cantik, tapi juga tubuh yang indah.”

“Hentikan, Bimooo!”

“Bagaimana mungkin aku melewatkan barang seindah ini, kamu diam aja dan nikmati apa yang kulakukan.” Aku berusaha meronta, tetapi sia-sia.

Rasanya sangat sakit menyaksikan Bimo melakukan semua itu kepadaku. Sungguh, dengan beringas dia telah merenggut semuanya.

“Ternyata ini rasanya mendapatkan sesuatu yang baru,” ucapnya setelah selesai melakukan hasrat bejatnya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, tangisanku pun memenuhi ruangan.

“Selama ini, aku banyak menemukan barang yang sama, tapi kali ini sangat berbeda. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Makasih karena kamu sudah memberikan keindahan tak terhingga itu padaku, aku sangat menikmatinya. Sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu lagi, hubungan kita cukup sampai di sini. Anggap ini sebuah permainan indah. Aku yakin kamu juga menikmatinya. Selamat tinggal, Kekasihku, kamu yang terbaik.” Dia pun meninggalkanku dengan perasaan tidak bersalah. Sementara aku sangat terluka dan hancur.

“Tiiidaaakkk!” 

“Bangun, Dek. Kamu kenapa?” Mas Revan membangunkanku.

“Aku takut.” Ternyata bayangan masa lalu memasuki alam bawah sadarku.

“Ada apa, Dek?” Dia langsung mendekapku.

“Dia datang lagi.”

“Siapa?”

“Laki-laki terkutuk yang menghancurkan hidupku.”

“Jangan takut, itu hanya mimpi. Ada aku di sini.”

“Jangan tinggalin aku, Mas.”

“Iya, Dek. Aku akan selalu ada untukmu.”

Aku sangat takut membayangkan dan mengingat kejadian itu. Aku sangat bersyukur karena Mas Revan selalu mampu menenangkanku. Dia dikirimkan untuk menjaga dan melindungiku. Di samping itu, hasil perbuatan Bimo juga tidak membuatku hamil. Ini keajaiban bagiku.

🏵️🏵️🏵️

Lima bulan berlalu setelah pernikahanku dan Mas Revan, perlahan-lahan ingatanku tentang masa kelam itu mulai menghilang. Aku menjalani hari-hari indah bersama Mas Revan. Kasih sayang dan perhatian yang dia berikan kepadaku sangat tulus. 

Benih-benih cinta dari dalam hatiku mulai tumbuh, jantungku berdegup kencang jika berada di dekatnya. Aku ingin selalu bersamanya.

“Tumben kamu pulangnya cepet, Mas,” tanyaku saat dia tiba-tiba memelukku dari belakang di dalam kamar kami.

“Aku kangen istriku.” Jawabannya membuat hatiku berbunga-bunga.

“Bohong,” ucapku tidak percaya.

“Kok, bilangnya bohong, sih, Dek?”

“Jadi, harus bilang apa, dong?”

“Bilang romantis gitu, kan, lebih enak didengar.”

“Iya, deh. Kamu romantis, Mas.”

“Terima kasih, Istriku. Aku memang selalu bersikap romantis untukmu.”

“Hm!”

“Oh, yah, Papa dan Mama ke mana?” Dia bertanya.

“Ke rumah Opa, Mas. Tadi mereka juga mengajakku ikut, tapi aku bilang nanti aja ke sananya bareng kamu.”

“Ternyata harus bareng suami, yah. Takut jauh-jauh dariku, ini sepertinya lebih romantis.” Dia melepaskan pelukannya lalu menutup pintu kamar.

“Kenapa pintunya ditutup, Mas?”

“Mumpung sepi. Boleh, nih.” Dia mendekatiku.

“Boleh apa?”

“Masa kamu nggak ngerti, sih, Dek?” Dia makin mendekat.

“Mas ... ini masih sore. Terus, kamu juga baru pulang, kamu masih capek.”

“Apa hubungannya kalau masih sore? Aku juga nggak capek, kok. Masih kuat.”

“Kamu ada-ada aja. Tapi aku belum mandi, Mas.”

“Aku juga belum mandi. Bagaimana kalau kita mandinya bareng. Lebih seru, tuh.”

“Ih ... kamu.” Aku mencubit pinggangnya. Dia tiba-tiba menggendongku ke kamar mandi.

🏵️🏵️🏵️

Sore ini, mama mertua mengajakku berbelanja ke salah satu mal terbesar di kota ini. Kebetulan, Mas Revan hari ini banyak pasien dan lembur hingga malam.

“Udah lama kita nggak shopping bareng, yah, Sayang,” ucap mama mertua setelah kami tiba di dalam mal.

“Iya, Mah,” balasku.

“Kita ke mana dulu, nih. Toko baju, toko sepatu, atau counter kosmetik?”

“Dara ngikut Mama aja. He-he!”

“Iya, deh, kita ke toko baju aja dulu.” Kami pun memasuki toko baju.

“Apa kabar? Makin muda aja sekarang.” Tiba-tiba ibu paruh baya menghampiri mama mertua lalu memeluknya.

“Eh, Bu Susi. Lama, yah, nggak ketemu,” balas mama mertua.

“Iya, nih. Bu Lani sama siapa, nih? Anak, yah?” tanya ibu itu.

“Oh, iya ... kenalin, nih, menantu saya.” Mama mertua meraih tanganku.

“Hai, Tante, saya Dara.” Aku menyalami ibu tersebut.

“Hai juga, Cantik. Saya Susi, panggil aja Tante Susi.”

“Iya, Tante Susi.” 

“Menantumu cantik, yah, masih muda lagi. Istrinya Revan?”

“Iya, dong, Bu Susi. Istri siapa lagi coba, anak semata wayang saya,” jawab mama mertua.

“Oh, iya, hampir lupa. Ternyata Revan anak tunggal, yah.”

“Bener banget.”

Mama mertua dan Tante Susi sangat fokus dengan pembicaraan mereka, sedangkan aku bingung harus berbuat apa. Aku akhirnya meminta izin kepada mama mertua untuk melihat-lihat toko lain.

“Mah ... Dara ke sana dulu, yah, mau lihat-lihat yang lain.” 

“Iya, Sayang, nggak apa-apa. Nanti ke sini lagi kalau udah siap,” ucap beliau.

“Iya, Mah.” Aku pun melangkah keluar dari toko baju.

Aku ingin melihat sepatu terbaru. Aku langsung memasuki tokonya. Setelah masuk, tidak sengaja pandanganku tertuju pada tempat makan tidak jauh dari toko itu. Aku melihat sosok laki-laki yang tidak lain adalah Bimo. Dia sangat mesra memperlakukan wanita di depannya.

Aku sangat terkejut dan ingin menamparnya, tetapi aku mengurungkan niat itu. Jika aku menghampirinya, itu sama saja membuka aib. Aku takut dipermalukan olehnya. Akhirnya, aku memilih pergi dari tempat itu lalu kembali menghampiri mama mertua.

“Kok, cepet banget, Sayang?” tanya beliau yang tampak heran.

“Nggak jadi, Mah. Dara tunggu di sini aja.”

“Oh ... iya, deh.”

Aku tidak pernah menyangka akan bertemu kembali dengan laki-laki terkutuk itu, dadaku terasa sesak. Namun, aku harus bisa mengontrol diri, aku tidak ingin jika mama mertua tahu tentang hal ini.

Sungguh, dengan susah payah aku menghapus bayang-bayang Bimo dari ingatan. Namun, kenapa saat diriku sudah mampu melupakannya dan membuka diri untuk Mas Revan, dia kembali muncul di hadapanku? Dia memaksaku untuk mengingat masa kelam itu.

Aku sangat membencinya dan muak harus melihat wajahnya. Dia laki-laki terkejam yang pernah aku kenal. Aku bersyukur karena tidak ada hasil dari perbuatan terkutuknya itu.

Hari ini, aku benar-benar ingin menangis sejadi-jadinya. Dalam situasi seperti ini, aku sangat merindukan sosok Mas Revan. Aku ingin bersandar dalam pelukannya.

============

Nova Irene Saputra

Apa yang akan Dara lakukan setelah melihat Bimo?

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GADIS YANG TERNODAI    Status Baru (Ending)

    🏵️🏵️🏵️Aku tidak ingin melihat keluarga Mas Revan menanggung malu karena perbuatan Bimo. Aku sudah ikhlas menerima kenyataan kelam yang terjadi di masa lalu. Mungkin peristiwa itu merupakan jalan untuk mempertemukan aku dengan suami dan mertua yang sangat menyayangiku.Mereka selalu memberikan kasih sayang penuh kepadaku hingga membuatku terharu. Aku pun dengan ikhlas telah berhasil memberikan hati dan segenap jiwaku kepada Mas Revan yang sangat mencintaiku. Aku bangga dan bersyukur menjadi wanita yang selalu mengisi hari-harinya. “Kita harus segera ke rumah sakit, Van,” ajak papa mertua.“Auh!” erangku karena tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di bagian perut.“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Mas Revan.“Perutku sakit banget, Mas.” Aku menggenggam tangannya.“Mungkin Dara mau melahirkan, kita harus ke rumah sakit sekarang,” tebak mama mertua lalu segera bersiap-siap.Mas Revan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk persalinanku, setelah itu kami segera menuju rumah sakit.“Sakit

  • GADIS YANG TERNODAI    Hukuman Setimpal

    🏵️🏵️🏵️Hari ini, usia kehamilanku memasuki delapan bulan. Perhatian Mas Revan membuatku ingin selalu berada di sisinya. Dia mengaku kalau aku makin manja dan harus benar-benar disayang sepenuh hati.“Mas, aku pengen makan nasi goreng buatan kamu,” pintaku saat jarum jam telah menunjukkan pukul 23.30 Wib.Mas Revan selalu menyempatkan waktu memasak nasi goreng untukku semenjak usia kandunganku tujuh bulan. Aku juga sangat heran, setelah kandunganku melewati bulan keenam, selera makan makin meningkat, tetapi paling uniknya harus nasi goreng masakan Mas Revan. Dia menyebut keinginanku itu bukan mengidam, tetapi ketagihan.“Ini udah malam, Sayang. Besok aja, yah,” ucapnya memberi alasan.“Tapi aku maunya harus sekarang, titik dan nggak pakai koma!”Aku tetap bersikeras agar Mas Revan memasak nasi goreng. Dia pun segera duduk karena dari jam sembilan malam, kami berbaring sambil berbincang-bincang. Dia kemudian mengusap-usap perutku.“Anak Papa lapar, yah? Sebentar, yah, Papa masak dulu,

  • GADIS YANG TERNODAI    Perbuatan Bimo

    POV BIMO🏵️🏵️🏵️ Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, aku membawa Dara ke tempat yang telah kusiapkan khusus untuk kami berdua. Setelah tiba di depan vila, dia tampak sangat terkejut.“Ini di mana, Bim?” tanya wanita itu sambil melihat sekeliling.“Masuk, yuk, nanti juga kamu pasti akan tahu sendiri,” balasku lalu menggengam tangannya.“Aku bisa sendiri, Bim.” Dia menepiskan tanganku. Sombong banget, nih, cewek.Aku memintanya memasuki kamar yang telah kusiapkan. Awalnya, dia menolak, tetapi dengan niat yang sudah kurencanakan, aku meraih tangannya hingga masuk ke dalam. Pintu segera kututup dan kunci. Dia kembali terkejut dan memintaku untuk membukanya karena sedang berduaan.Aku dengan kasar menolak permintaannya dan mulai melaksanakan aksi dan rencanaku. Dia berusaha memberontak, tetapi sia-sia. Aku dengan semangat akhirnya merenggut sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya.Ini merupakan pengalaman pertamaku melakukannya bersama gadis yang masih benar-benar polos,

  • GADIS YANG TERNODAI    Rencana Jahat Bimo

    POV BIMO🏵️🏵️🏵️Saat itu, aku sedang duduk di bangku kuliah semester dua dan kala itu sangat suka memperhatikan gadis yang hampir setiap hari menunggu angkutan umum di halte. Halte itu tepatnya berada tidak jauh dari salah satu SMA di kota ini. Seiring berjalannya waktu, rasa penasaranku makin bertambah kepadanya. Walaupun hanya melihatnya dari jarak jauh, tetapi aku telah memiliki perasaan lebih untuknya.Akhirnya, tanpa berpikir panjang lagi, aku memberanikan diri berkenalan dengannya, tetapi saat itu dia tidak sendiri, tetapi bersama temannya. Aku tidak menghiraukannya karena tujuanku ingin lebih mengenal gadis yang telah mengisi relung hatiku. Ternyata namanya Dara, nama yang sangat indah persis seperti orangnya.Setelah perkenalan itu, akhirnya kami makin dekat dan sikapnya menunjukkan kalau dia juga tertarik kepadaku. Dia berniat untuk melanjutkan kuliah di kampusku karena saat itu, dia duduk di bangku SMA kelas tiga. Dari niatnya sudah sangat jelas terlihat jika dia ingin sel

  • GADIS YANG TERNODAI    Cemburu

    🏵️🏵️🏵️“Besok kita ke rumah orang tuaku, yah, Mas. Aku kangen mereka,” ajakku kepada Mas Revan. “Iya, Dek, kita perginya dari pagi aja karena aku juga libur.” Aku bahagia mendengar jawabannya.“Kita nginap, yah, Mas, satu malam aja.”“Kenapa harus minta izin? Tinggal nginap aja, nggak apa-apa.” Dia selalu mampu membuatku menjadi istri paling beruntung.“Makasih, Mas. Makin cinta, deh.” Aku membenamkan wajah ke dadanya.“Hm! Istri siapa, sih, manja banget.” Dia mengusap rambutku.“Istri Dokter Revan, dong. He-he!”“Makin hari rasa cintaku makin besar untukmu, Dek. Kamu anugerah terindah dalam hidupku. Kehidupanku jauh lebih berwarna setelah kehadiranmu. Kamu wanita sempurna bagiku.” Dia mencium kepalaku.“Aku jauh dari kata sempurna, Mas. Aku hanya wanita biasa yang sangat beruntung mendapatkan suami sepertimu. Bagiku, kamu pangeran berkuda yang dikirimkan untuk menjaga dan melindungiku.”“Makin dewasa, yah, istriku, nih.”“Harus, dong, Mas. Sebentar lagi akan menjadi seorang ibu ya

  • GADIS YANG TERNODAI    Bimo Kembali Muncul

    🏵️🏵️🏵️Hari ini, usia kehamilanku memasuki tiga bulan. Mas Revan mengajakku ke tempat praktik Dokter Mira.“Gimana bayi kami, Dok?” tanya Mas Revan setelah Dokter Mira selesai memeriksa kondisiku.“Perkembangannya bagus, tapi kalau bisa ibunya harus menambah porsi makannya lagi,” saran Dokter Mira.“Semenjak hamil, selera makan Dara sangat berkurang, Dok. Setiap mencium aroma masakan pasti langsung mual, terus muntah. Saya juga heran karena usianya sudah memasuki tiga bulan, tapi rasa mualnya seperti baru ngidam,” jelas Mas Revan.“Itu biasa, Dok. Ada juga yang mualnya sampai usia kehamilan delapan bulan. Jadi, jangan heran jika Dara mengalami hal yang sama. Kalau selera makannya masih tetap seperti sekarang, coba dialihkan ke makanan lain, yang penting mengandung karbohidrat dan protein.”“Baik, Dok, nanti saya akan cari makanan yang bisa diterima perutnya.”“Mbak Dara, gimana perasaannya sekarang?” tanya Dokter Mira kepadaku.“Sering lemas, sih, Dok. Mungkin karena sering muntah,”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status