Share

Tamu Tak Diundang

“Herlina apa benar di sini hotelnya?” tanya Diksa yang sudah berdiri di depan hotel megah di Kute, Bali itu.

“Aku pastikan informasi yang aku dapatkan adalah benar. Aku meminta orang untuk memata-matainya dan telah mengirim lokasi hotel berikut nomor kamarnya,” jawab Herlina.

Herlina memberikan sejumlah uang kepada teman kerja Amanda agar mau membantunya. Dia meminta orang itu untuk mengajak Amanda minum-minum setelah pulang kerja. Dia juga meminta teman Amanda untuk menambahkan obat perangsang diminuman Amanda lalu meninggalkan dia sendirian di bar.

“Setelah ini apa kamu akan langsung mempublikasikan hubungan kita? Aku sudah lelah menjadi simpananmu. Kamu bilang mencintaiku dan akan segera putus dengan Amanda jika ketahuan selingkuh, bukan?” tanya Herlina dengan tidak sabar.

“Aku berjanji padamu. Jika Amanda yang telah menemaniku selama hampir tujuh tahun itu berkhianat, aku akan meminta putus padanya,” jawab Diksa.

Mendengar jawaban Diksa, hati Herlina berbunga-bunga. Akhirnya setelah ini dia tidak lagi menyandang status kekasih simpanan lagi melainkan kekasih resmi.

Sampai di depan kamar itu, mereka mendengar suara rintihan kenikmatan dari lelaki dan perempuan yang tengah menikmati indahnya dunia ini.

Diksa mengepalkan tangannya. Selama tujuh tahun ini dia tidak pernah bisa menyentuh Amanda, Herlina Lah yang selalu menghangatkan ranjangnya. Tapi hari ini kenapa bisa Amanda menikmati sebuah permainan yang menggairahkan itu.

“Suara ini sungguh menjijikkan, dia sok polos di depan kekasihnya sendiri tapi begitu ganas di bawah kendali pria tua yang banyak uangnya,” ucap Herlina menambah panas hati Diksa.

Ingin rasanya ia mendobrak kamar ini tapi tidak mungkin dia bisa mendobraknya karena ini adalah tipe kamar president suite. Kemudian dia meminta salah satu manager hotel yang merupakan kenalannya untuk memberikan akses membuka kamar tersebut.

“Pak Diksa, sebenarnya ini menyalahi aturan hotel kami. Tapi karena kamu berkata yang berada di dalam kamar itu adalah kekasihmu, jadi aku membantu untuk memastikan wanita itu tidak pantas untukmu lagi,” ucap Manager Riani.

Manager Riani menempelkan kartu pada pintu kamar tersebut lalu membuka pintu dan masuk ke kamar hotel. Dua orang berbeda jenis kelamin sedang berpelukan dengan peluh yang bercucuran di tubuh mereka menandakan sesuatu baru saja selesai terjadi di antara keduanya.

“Amanda!” Diksa berteriak, membuat Amanda cepat-cepat menjauh dari kungkungan pria yang baru saja memuaskannya lagi.

“Dasar jalang! Tujuh tahun tidak pernah aku sentuh, ternyata kamu diam-diam bermain gila di belakangku?!” lanjut Diksa lagi.

“Diksa, aku bisa jelasin,” ucap Amanda yang tidak bisa menyembunyikan wajah paniknya.

“Amanda … Amanda. Aku tidak menyangka kamu yang terlihat polos bisa berperilaku seliar ini,” ucap Herlina berpura-pura kaget padahal dia yang merencanakan semua ini.

Dalam hati Herlina sangat senang karena sebentar lagi dia akan berdiri di samping Diksa dengan bangga. Mempunyai kekasih calon penerus hotel yang cukup terkenal di Kute Bali membuatnya semakin besar kepala, apalagi berhasil menyingkirkan kekasih yang sah.

“President suite, huh? Sememuaskan apa service-mu sampai dia memberikanmu fasilitas mewah begini?”

Wanita mana yang tidak kesal jika direndahkan seperti ini oleh sahabatnya sendiri. Mulut Herlina memang pedas sehingga membuat Amanda ingin menamparnya. Tiba-tiba Amanda tersadar akan sesuatu.

“Tunggu? Kenapa mereka datang tiba-tiba dan sudah tahu ada dimana aku sekarang?” Amanda seketika punya pikiran buruk.

Herlina terus mencecar pertanyaan pada Amanda, “Kamu juga bisa menyewa sebuah kamar president suite, apakah kamu selama ini dipelihara oleh seorang pria kaya dan mencari daun muda untuk memuaskan hasratmu? Kamu sungguh bisa menyembunyikan semua ini dengan rapi di belakang kami yang mengenalmu sebagai wanita yang baik selama ini, tapi ternyata kamu lebih hina dari seorang pelacur!”

Plak! Amanda menampar Herlina yang tidak berhenti membicarakan keburukannya!

“Kamu tidak pantas menceramahiku. Aku rasa kamu lebih tahu kenapa aku bisa berada dalam pelukan lelaki ini semalaman dan melanjutkan adegan panjang pagi ini dengan luar biasa, aku suka kekuatannya di ranjang. Terima kasih telah mengirim lelaki perkasa untukku!” seru Amanda sambil duduk di tepi ranjang.

“Apa yang kamu maksud aku lebih tahu? Kamu yang bermain gila dengan pria yang tak jelas asal-usulnya, kenapa aku yang lebih tahu! Apa kamu memfitnahku menjebakmu? Konyol sekali!” bentak Herlina.

Carlos tersenyum melihat Amanda yang tidak sedih tapi justru melawan orang yang sudah membuatnya seolah berkelakuan buruk di belakang mereka. Bahkan wanita yang baru datang itu mencemooh dan mencacinya sedemikian rupa. Kalau wanita biasa mungkin akan menangis dan meminta maaf tapi kenapa Amanda tidak takut sama sekali. Carlos semakin penasaran dengan kepribadian Amanda.

“Lebih baik aku diam dulu, dan melihat pertunjukan ini. Aku ingin lihat apa lagi yang bisa dilakukan oleh perempuan ini untuk membela dirinya!” ucap Carlos dalam hati.

“Kalau kamu tidak bersalah, kenapa raut wajahmu menjadi pucat dan tubuhmu gemetaran saat aku mengatakan kamu lebih tahu kenapa aku berada di hotel ini? Oh iya darimana kalian tahu aku ada di hotel ini, lalu kalian juga bisa masuk padahal ini adalah presiden suite? Aku bisa melaporkan pegawai hotel karena tidak bisa menjaga privasi dan kalian juga bisa terseret olehnya!” seru Amanda.

“Kamu tidak punya bukti Amanda,” bela Diksa.

“Aku memang belum punya bukti karena aku mabuk berat semalam!” Amanda bersikukuh.

“Lalu kalau kamu mengaku mabuk, pagi ini kamu sudah tidak mabuk. Kenapa juga masih bermain gila dengan lelaki ini?!” bentak Diksa.

Amanda mengatakan dia ingin pergi pagi ini. Tapi lelaki di sampingnya itu tidak mengijinkannya pergi, dia sudah mencoba melawan tapi tenaganya terlalu kuat. Lagipula kekasihnya selalu sibuk setiap akhir pekan tiba. Entah dengan wanita jalang mana dia menghabiskan setiap akhir pekan. Lebih baik dia melepaskan rasa kesepiannya bersama seorang pria.

“Sekarang aku sudah tahu kemana kekasihku pergi menghabiskan waktu setiap akhir pekan selama beberapa bulan ini sehingga tidak punya waktu untukku. Ternyata dia sibuk menghabiskan waktu bersama sahabat baikku!” ucap Amanda bersemangat sambil menunjuk Herlina.

“Kamu jangan asal bicara jika tidak ada bukti. Aku sibuk belajar mengelola hotel selama ini agar menjadi seorang pewaris, kalau tidak punya bukti aku laporkan sebagai pencemaran nama baik,” ucap Diksa.

Amanda tersenyum melihat wajah panik Diksa dan Herlina.

“Sekarang aku memang tidak memiliki bukti yang kuat. Tapi cepat atau lambat aku akan menemukan bukti itu!” seru Amanda.

“Sudahlah aku tidak akan basa-basi lagi. Herlina jauh lebih baik darimu. Dia selalu ada saat aku membutuhkan dia. Kamu wanita liar yang berpura-pura polos. Mulai hari ini, kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jangan pernah cari aku lagi!” hardik Diksa lalu pergi meninggalkan Amanda yang sebenarnya hatinya terpukul karena ini.

Sebelum pergi, Herlina menatap sinis wajah Amanda seakan mengejeknya kalau dia berhasil merebut hati Diksa. Mereka sudah pergi air mata Amanda tidak dapat dibendung lagi. Ia menangis sejadi-jadinya karena merasa hidupnya tidak adil. Dia diputuskan lelaki yang sudah dicintainya selama tujuh tahun dengan cara yang menjijikkan seperti ini. Bermalam dengan Carlos adalah sebuah kecelakaan tapi dia diperlakukan seolah dia memang selingkuh dari Diksa.

“Kenapa kamu sedih? Apa kamu tidak rela lelaki bajingan itu mencampakanmu demi wanita lain yang ada di sampingnya tadi? Amanda, bagaimana jika kita bekerja sama mulai sekarang!” bisik Carlos sambil mengusap air mata Amanda.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Maiymuna
tambah seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status