Share

4. PESTA DANSA

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2025-07-15 01:06:26

Leo dan Arnold sedang berdiri di ruang tamu. Keduanya sudah berpakaian rapi dengan tuxedo hitamnya.

Benar, Leo mengajak Arnold untuk ikut serta bersamanya dan Tessa pada undangan koleganya malam ini. Awalnya Tessa melarang Leo untuk mengajak Arnold ikut dengan mereka.

Tessa mengatakan, jika ia hanya ingin pergi berdua'an saja dengan Leo. Namun Leo mengatakan, kalau Arnold akan kesepian di rumah sendirian.

Dia pun membujuk Tessa agar Arnold bisa ikut bersama mereka. Malas berdebat dengan Leo yang keras kepala itu, akhirnya Tessa pun mengizinkannya.

Sebenarnya Tessa tak ingin melihat Arnold lagi di hadapannya. Pikirannya menjadi kacau pasca ciuman itu.

Tessa ingin melupakan hal itu dan merahasiakannya dari Leo, karena akan percuma saja kalau dia mengatakan perbuatan bejat ayah tirinya itu pada Leo. Suaminya itu mungkin takkan percaya.

Di samping itu, Tessa juga tak ingin membuat Leo kecewa pada pria yang selalu ia banggakan itu.

Ayah mertua jahat dan mesum!

Tessa mengumpat sembari berjalan menuruni anak tangga. Dia segera memalingkan pandangan dari tatapan buas Arnold padanya.

Bibir kemerahan Arnold tersenyum smirk melihat Tessa yang sedang berjalan anggun menuruni undakan anak tangga.

Gaun pres body dengan warna hitam begitu pas membalut tubuh proporsional Tessa. Tampak cantik dan seksi. Arnold sampai meneguk liurnya berulang kali. Terlebih wangi parfum Tessa yang membuat hatinya bergetar. Dia tak tahan melihatnya.

"Darling, kamu cantik sekali!" Leo segera menyambut Tessa yang baru saja tiba di hadapannya.

"Terima kasih, Honey."

Tessa tersenyum sangat manis pada Leo. Persetan dengan Arnold yang tak berkedip melihatnya, "dasimu," lanjutnya seraya merapikan dasi kupu-kupu yang melingkar pada kerah kemeja Leo.

"Terima kasih, Sayang." Leo tersenyum gemas padanya.

Ekor mata Tessa melirik pada Arnold yang berdiri di samping Leo. Dengan perasaan acuh, Tessa segera mengangkat kedua tumit lalu mengecup kilas bibir suaminya. Arnold segera memalingkan wajah tampak kesal melihatnya.

Crazy! Tessa berciuman dengan Leo di depan matanya? Awas saja! Arnold mengepalkan buku-buku tangannya.

Tessa pasti sengaja berciuman dengan Leo di depannya. Apa maksud wanita itu? Apakah dia ingin menegaskan, bahwa dirinya hanya milik Leo? Omong kosong! Lihat saja nanti. Tessa pasti akan bertekuk lutut di hadapannya, Arnold bersumpah dalam hati.

"Baiklah, Sayang. Ayo kita berangkat!" Leo segera menggandeng Tessa menuju pintu keluar.

Arnold segera menyusul mereka dengan perasaan geram dalam hati. Namun, tiba-tiba dia melihat seorang wanita berseragam pelayan sedang berdiri di tepi teras.

Lusi?

Arnold membulatkan sepasang matanya melihat ke arah wanita paruh baya di sana. Wanita itu segera pergi setelah melihatnya. Dia tampak ketakutan melihat Arnold menatap tajam. Mau kemana dia? Arnold segera mengejar wanita bernama Lusi itu.

"Tunggu! Sedang apa kamu di sini? Jangan bilang kalau kamu bekerja di rumah ini." Arnold segera bertanya saat dirinya berhasil menghadang Lusi.

"Maaf, Tuan. Sejak Nyonya Scoth tiada, Tuan Muda mengajak saya untuk tinggal dan bekerja di mansion ini," jawab Lusi gemetaran. Jemarinya meremas apron putih yang menjadi lapisan seragamnya.

"Baiklah, tapi kamu ingat. Jangan sampai Leo mengetahui rahasia ku. Kalau kamu berani mengatakan pada Leo, aku akan menculik anak gadis mu itu. Mengerti?" Arnold mencondongkan wajahnya pada Lusi.

"Tidak, Tuan! Saya tidak akan mengatakannya! Tolong jangan apa-apakan putri saya." Lusi hampir menangis ketakutan.

"Sstttt ... diam dan cepat pergi dari hadapanku. Pergi!" Arnold mendorong bahu Lusi dengan kasar.

Lusi pun segera pergi menuju dapur sembari mengusap kedua pipinya yang basah.

"Dad!"

Arnold segera menoleh pada Leo saat pria itu memanggilnya. Dia menyisir rambutnya ke belakang dengan jemari kanannya, lantas menyapu pandangan diam-diam.

Sepertinya Leo tidak melihatnya bicara dengan Lusi tadi. Arnold segera mempercepat langkahnya menuju pada Leo.

"Wow! Ini untukku?" Tessa tampak kaget sekaligus senang saat Leo menunjukkan satu unit mobil sport di pelataran mansion.

"Tentu saja, Darling. Mobil ini hanya untukmu. Untuk istriku yang paling cantik!"

Leo tak kalah bahagianya melihat Tessa begitu senang akan hadiah yang ia berikan. Satu unit mobil sport jenis Lamborghini Huracan dengan warna orange. Sangat cocok untuk Tessa yang menyukai dunia glamour.

"Terima kasih, Sayang!" Tessa segera memeluk Leo sambil tersenyum senang.

Arnold yang baru tiba di sana hanya memalingkan wajahnya melihat kemesraan Tessa dan Leo. Menyebalkan! Hanya satu unit mobil saja apa hebatnya? Sial! Arnold sangat kesal dibuatnya.

"Ah, Dad? Bagaimana menurutmu mobil baru ini? Aku memesannya khusus dari Jerman." Leo melepaskan pelukannya, lantas bertanya pada Arnold yang kini berdiri di sampingnya.

"Bagus! Mobil yang sangat bagus dan mewah!Sesuai kesukaan Tessa," jawab Arnold. Bibirnya tersenyum smirk pada Tessa. Namun, Tessa segera membuang wajahnya jauh-jauh dari tatapan mesum ayah tiri Leo itu.

"Kamu benar, Dad! Tessa memang sangat menyukai sesuatu yang istimewa dan berbeda. Iya kan, Darling?" Leo menoleh pada Tessa setelah bicara pada Arnold.

"Hm, itu benar." Tessa tersenyum gemas pada Leo.

"Baiklah, ayo kita naik mobil ini menuju pesta Tuan Willbowrn! Bagaimana, apa kamu tidak keberatan kalau kita memakai mobil ini sekarang?" Leo menatap Tessa dengan lembut.

Sebenarnya Tessa tak ingin mobil barunya itu ditumpangi juga oleh Arnold, tapi dia tak ingin berdebat dengan Leo. Lagi pula, Leo sangat keras kepala. Daripada terjadi perdebatan antara dirinya dan Leo, akhirnya Tessa pun setuju.

Sungguh menyebalkan harus satu mobil dengan pria bejat itu. Tessa segera memalingkan wajahnya dari Arnold seraya memasuki mobil.

Sepanjang perjalanan Tessa tampak tidak ceria. Dia hanya memalingkan wajahnya pada kaca mobil. Sedangkan Leo dan Arnold yang duduk di bagian depan terus saja mengobrol.

Leo mengemudikan mobil dengan santai sembari mendengarkan cerita Arnold. Sedangkan Arnold diam-diam terus memperhatikan Tessa dari kaca spion di atasnya.

Tessa sangat cantik malam ini. Arnold tersenyum seringai melihatnya.

Tak lama kemudian mereka pun tiba di Hotel Victoria, di mana kolega Leo yang bernama Tuan Willbowrn mengadakan pesta.

Leo segera membukakan pintu mobil untuk Tessa. Dia menyambut sang istri dengan mengulurkan tangannya dengan tubuh agak membungkuk. Tessa menyambutnya dengan tersenyum manis, lantas segera merangkul lengan kiri Leo. Keduanya berjalan menuju lobi hotel.

Arnold yang berjalan di belakang mereka tampak seperti orang bodoh saja. Dia mengepalkan buku-buku tangannya, kesal. Dia sudah tak sabar ingin membalas Tessa dan Leo.

Arnold tidak akan melepaskan Tessa malam ini! Setibanya di wilayah pesta, ia segera membaur dengan para tamu. Tuan Willbowrn sebagai tuan rumah segera menyambut Leo dan Tessa.

"Bagaimana kalau kita berdansa saja?" ajak Tessa pada Leo.

"Ide bagus, Darling. Ayo!" Leo segera menggandeng Tessa menuju lantai dansa.

Arnold hanya berdiri sambil berbincang dengan Tuan Willbowrn. Mereka membicarakan bisnis.

Tuan Willbowrn tertarik untuk menanam saham pada perusahaan Leo yang sedang dikelola oleh Arnold di Austria.

Sial! Leo dan Tessa berdansa begitu mesra. Seolah seluruh Ney York hanya milik mereka. Arnold mencengkeram gelas kokain dalam genggaman.

Ingin rasanya dia maju dan langsung menarik Tessa dari genggaman Leo, lantas melempar wanita itu ke tengah ranjangnya.

Api yang sedang berkobar dalam jiwanya amat sulit untuk dijinakkan. Arnold kepanasan sekaligus kesakitan melihat kemesraan Leo dan Tessa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    13. LELAH BERCINTA

    Setelah merasa lebih tenang, Lusi segera melepaskan pelukannya dari tubuh kekar Leo. Dia memegang kedua bahu pria di hadapannya itu. Matanya yang basah menatap dalam-dalam ke manik-manik birunya yang tampak sendu."Tuan Muda," ucap Lusi dengan lirih. Dia menahan tangisnya mati-matian.Leo mengernyitkan dahi, heran. "Bibi, katakanlah! Kenapa Bibi sampai jatuh ke kolam? Aku rasa Bibi bukan orang yang ceroboh, kan?" Leo memegang kedua tangan Lusi yang masih memegangi kedua bahunya. Matanya mengunci tatapan wanita itu."Tuan Muda, Nyonya Tessa. Dia--"Lusi berusaha sekuat tenaga untuk mengatakan apa yang sudah dilihatnya. Arnold dan Tessa, mereka menjalani hubungan ilegal di belakang Leo."Tessa? Ada apa dengan Tessa? Katakan!" Leo mulai panik karena Lusi menyebut nama istrinya.Dia mencemaskan Tessa."Nyonya Tessa--" Lusi terisak-isak. Kalimatnya tergantung begitu saja.Melihat sikapnya yang aneh, Leo keheranan tak karuan."Leo! Kamu sudah pulang? Hei, apa yang sedang kamu lakukan di tep

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    12. PEMUAS NAFSU

    Tessa dan Leo masih berdiri berhadapan. Keduanya saling bertatapan. Arnold mulai muak melihat semua itu, dia pun ikut berdiri menengahi mereka."Ada apa ini? Kenapa kalian ribut? Ayo kita lanjutkan sarapannya," tukas Arnold dengan wajah tanpa dosa."Tessa, kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku!" Leo menunjuk wajah Tessa dan berlalu meninggalkan meja makan dengan kesal.Tessa segera menyusul. "Leo!""Baiklah, ayo kita sarapan sendiri saja." Arnold kembali duduk dan menikmati sarapannya dengan santai. Persetan dengan Tessa dan Leo yang sedang berseteru itu."Leo, dengarkan aku! Ada apa denganmu? Mengapa kamu marah-marah tak jelas?" Terhuyung-huyung Tessa mengejar langkah panjang Leo yang sudah tiba di teras depan mansion."Leo, kumohon jangan begini. Ada apa denganmu?" Akhirnya Tessa berhasil mengejar Leo. Ia segera mendekap punggung pria itu."Lepaskan, Tessa!" Leo dengan kasar menepis tangan Tessa darinya. Kali ini wajahnya tampak sangat kesal pada wanita di hadapannya itu."L

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    11. AKSI GILA ARNOLD

    Diluar hujan deras malam itu. Petir menyambar-nyambar bangunan megah Mansion Leo. Tessa dan Arnold sedang berdiri berdua di dalam kamar. Arnold tak henti meliarkan bibirnya pada tengkuk leher Tessa hingga menggigit bahunya gemas."Hentikan, Dad--aku tak tahan lagi," racau Tessa dengan matanya yang terpejam tak menentu.Arnold merengkuh tubuh polosnya dari belakang. Memainkan lembah cinta Tessa dengan sentuhan intim."Dad--" Tessa semakin menginginkan lebih. Namun, sepasang matanya tiba-tiba melihat bayangan Leo yang sedang berdiri di luar jendela kamar. Ia membulatkan manik birunya kaget. Kilat petir menegaskan bayangan Leo di sana.Ya, itu Leo!"Leo!" pekik Tessa segera mendorong tubuh Arnold darinya. Dia segera meraih selimut putih guna membalut tubuh polosnya. Dengan langkah cepat ia segera keluar kamar mengejar Leo."Leo, dengarkan penjelasanku dulu! Ini tak seperti yang kamu kira. Aku ..." Tessa hampir gila melihat Leo tampak sangat murka padanya."Leo, katakan sesuatu! Aku sa

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    10. BERMAIN SOLO

    Leo menyapu pandangan di sekitar kamar mencari Tessa. Di mana istrinya itu? Apakah di kamar mandi? Leo segera memutar langkahnya menuju pintu kaca di sudut ruangan. "Darling!" Teriaknya berharap Tessa akan menjawab. Namun sepertinya Tessa memang tak ada di kamar. Brak!Suara apa itu? Leo sangat kaget sekaligus cemas. Dia segera berlari menuju ruang ganti di mana suara gaduh itu berasal. Ya Tuhan ... apa yang terjadi? Leo sangat mencemaskan Tessa. "Tessa?" Leo membulatkan matanya melihat Tessa baru saja mau bangkit dari lantai di ruang walk-in closet. Entah apa yang terjadi. Tessa sepertinya baru saja terjatuh dari sofa. Dengan perasaan cemas luar biasa, Leo segera menghampiri wanita itu. "Darling, apa yang terjadi padamu? Apa kamu baik-baik saja?" Leo membantu Tessa untuk berdiri. Kemudian dia menggiring sang istri menuju pada sofa. "Aku tadi terjatuh dari sofa. Aku baik-baik saja, kok!" Tessa memberikan wajah manja pada suaminya. Dia tahu bagaimana caranya agar Leo luluh pad

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    9. KEGILAAN ARNOLD

    Waktu terus berjalan. Arnold seharusnya sudah kembali lagi ke Austria untuk mengurus kantor Leo di sana. Namun pria penyuka red wine ini menolak saat Leo memintanya untuk kembali ke Austria. Arnold mengatakan, jika di sana ada asistennya yang bisa diandalkan untuk mengurus kantor.Tidak berpikiran buruk pada Arnold, Leo pun setuju saja. Leo pikir Arnold lebih baik berada di sini, karena ada yang menjaga Tessa saat dirinya tak berada di rumah atau sedang tugas di luar kota. Leonil Stratan Scoth! Terbuat dari apa sih hatinya? Kenapa dia tidak mencurigai Arnold yang lebih betah di mansion sepanjang hari daripada membantunya di kantor?Padahal, Leo sangat sibuk akhir-akhir ini karena perusahaannya sedang berkembang pesat. Sedangkan si brengsek Arnold malah sibuk menggarap sawahnya saat dirinya tak ada.Tessa yang malang tak bisa menolak gairah gila Arnold. Pria itu selalu mengancam kalau ia akan membeberkan video laknat itu pada Leo dan orang juga tuanya. Namun, belakangan ini Leo mema

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    8. PEMBALASAN ARNOLD

    Tessa menelan ludah kasar mendengar permintaan Leo. Pria di hadapannya itu adalah suaminya. Suami sah-nya! Dia tak mungkin menolak keinginan Leo akan tubuhnya. Meski sedang sangat letih, akhirnya Tessa pun mengabulkan keinginan Leo.Sungguh luar biasa. Leo mulai ada kemajuan. Sudah hampir satu jam berlalu, tapi Leo masih belum mencapai puncaknya.Tessa mengerang, bahkan meracau. Bercinta dengan pria yang sangat ia cintai memang jauh lebih indah dan bergairah daripada bersama si brengsek Arnold."Bagaimana, Darling? Apa ada perubahan?" bisik Leo sembari menggerakkan pinggangnya perlahan di atas tubuh polos Tessa."Luar biasa, Honey. Aku menyukainya!" pekik Tessa sangat senang karena kini Leo telah kembali."Baiklah, Sayang. Ayo kita selesaikan!" semangat Leo. Dia segera membalik posisi tubuh Tessa. "Leo ..." Tessa mengerang menikmati. Penyatuan itu pun bertahan sampai akhirnya Tessa dan Leo merasa sama-sama terpuaskan.Arnold yang sedang berjalan tak sengaja mendengar suara-suara lak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status