Home / Rumah Tangga / GAIRAH PAPA MERTUAKU / 5. TERBAKAR HASRAT LIAR

Share

5. TERBAKAR HASRAT LIAR

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2025-07-15 01:08:13

Leo dan Tessa masih asyik berdansa. Para tamu mulai membicarakan mereka. Banyak yang mengatakan, jika Tessa dan Leo pasangan yang amat sempurna dari segi fisik maupun finansial.

Bahkan kemesraan mereka itu membuat banyak orang merasa iri karenanya.

Arnold menenggak gelasnya sampai tandas. Ocehan para tamu tentang Tessa dan Leo sungguh membuatnya sangat muak. Ingin rasanya dia menghantam wajah-wajah mereka dengan botol wine yang berbaris pada meja di hadapannya.

Leonil Stratan Scoth! Apa hebatnya dia? Bahkan istrinya itu sering bermain solo di kamarnya. Sudah pasti pria tampan berpostur tinggi itu tak punya kemampuan di atas ranjang. Payah! Arnold kembali menenggak gelas winenya.

"Tuan Scoth, maaf mengganggu. Tuan Willbowrn ingin bicara dengan Anda." seorang pelayan laki-laki tiba-tiba menghampiri Leo dan Tessa yang sedang asyik berdansa.

"Oh, iya? Aku akan menemuinya." Leo tersenyum ramah pada pelayan itu.

Si pelayan sedikit membungkuk lantas pergi.

"Leo, apa ini? Kita baru saja berdansa dan kamu mau pergi begitu saja?" Tessa menatap kesal pada pria di hadapannya.

Leo tersenyum gemas menanggapi, "Darling, jangan marah-marah begitu. Aku dan Tuan Willbowrn sedang ada proyek besar. Baiklah, aku akan membawa Daddy Arnold untuk menemanimu berdansa. Bagaimana?"

Tessa baru saja ingin menahan Leo agar tidak menemui Arnold. Namun Leo tak mendengarkan Tessa, dia hanya tersenyum dan segera menuju pada Arnold yang sedang mengobrol dengan para tamu.

"Leo, astaga?"

Tessa mengerang kesal melihat Leo datang kembali bersama Arnold. Dia tak ingin berdansa dengan Arnold. Yang benar saja!

Tessa melipat kedua tangannya di bawah dada. Tatapan dingin ia lontarkan pada pria yang datang bersama Leo.

"Tessa, Daddy akan menemanimu berdansa. Bersenang-senanglah!" Leo tersenyum pada Arnold lalu menoleh pada Tessa yang berdiri di hadapannya.

Tessa hanya memalingkan wajahnya dari tatapan Arnold akan dirinya. Leo menepuk bahu Arnold, dia tersenyum lantas berlalu.

"Aku sudah pegal menunggu kesempatan ini," bisik Arnold sembari mencondongkan wajahnya pada Tessa.

"Berdansa dengan baik, Dad! Jangan membuatku kesal."

Tessa menepis tangan Arnold yang asyik menggelitik pinggulnya. Gila! Mesum sekali pria tua ini! Tessa segera memalingkan wajahnya dari tatapan liar Arnold.

"Dad?!"

Tessa memekik kaget saat Arnold merengkuh pinggang rampingnya. Kini tubuhnya menempel sempurna pada Arnold.

"Bagaimana, apakah kamu tetap akan menolakku, Tessa?" bisik Arnold. Bibirnya menyeringai tipis saat Tessa menatap.

"Kamu sudah gila, Dad!" Tessa segera mendorong tubuh Arnold darinya, lantas segera berlalu meninggalkan lantai dansa.

"Oh wangi sekali."

Arnold mengendus telapak tangannya sendiri. Telapak tangan yang telah lancang memegang bokong Tessa barusan.

"Dasar pria tidak waras! Aku heran, kenapa Mommy Clara menikahi pria bejat macam itu? Dia bahkan meremas bokong ku di depan banyak orang. Dasar sinting!"

Tessa terus menggerutu sembari duduk pada sofa yang ada di sudut ruangan. Di sana cukup sepi, karena kebanyakan tamu berkumpul di tengah ruangan di mana pesta dansa diadakan.

"Maaf, kalau aku membuatmu kesal, Nona Willson."

Tessa hampir tersedak winenya saat melihat Arnold dengan santai duduk di sampingnya. Matanya segera memindai tempat itu guna menemukan Leo.

Shit! Dimana suaminya itu? Leo tak nampak di mana pun. Tessa mulai ketakutan karena Arnold semakin mendekat padanya.

"Kamu pasti mencari Leo? Sayang sekali, suamimu itu telah pergi bersama Tuan Charlie. Katanya mereka ada urusan bisnis di luar." Ucapan Arnold membuat Tessa membulatkan matanya.

Apa? Leo telah pergi? Pergi meninggalkan dirinya?

Ya Tuhan, kenapa Leo tidak mengatakan apa pun padanya? Tessa sangat kesal saat ini.

"Hei, jangan marah begitu. Aku akan mengemudikan mobil mu menuju pulang. Jangan cemas, Sayang."

Tessa menepis tangan Arnold yang hendak mengusap pipinya. Sial! Kenapa perasaannya sangat tak enak saat ini? Di mana Leo?

Tessa segera menghubungi suaminya itu dengan ponselnya. Sial! Hanya suara operator yang terdengar.

"Ayo Tessa, kita pulang. Daddy akan mengemudikan mobilmu." Arnold tersenyum smirk seraya merangkul bahu Tessa.

"Jangan menyentuh ku!" Tessa menepis tangan Arnold darinya dan memberinya wajah kesal. Dia segera masuk mobil tanpa memadamkan rasa kesalnya.

"Hm, kasar sekali. Lihat saja selanjutnya, kamu pasti akan kecanduan pada sentuhanku, Tessa."

Arnold tersenyum miring, lantas mengendus telapak tangannya. Wangi parfum Tessa. Arnold memejamkan mata menikmati harumnya vanilla. Tidak! Dia tak boleh melewatkan kesempatan ini. Arnold segera berjalan menyusul Tessa.

Tessa segera mengenakan seat belt saat Arnold memasuki mobil. Pria itu menoleh padanya, tapi Tessa segera memalingkan wajah dari tatapan Arnold.

Sinting! Tessa mengumpat dalam hati. Arnold tersenyum tipis dan segera melajukan mobil Tessa. Dia tahu jika malam ini rencananya akan berhasil.

Perjalanan terasa hampa karena Tessa dan Arnold tidak terlibat obrolan. Tiba-tiba ponsel Tessa berdering.

Pasti Leo yang menghubungi. Tessa segera meraih ponsel dari dalam tas kecilnya. Benar, Leo yang meneleponnya, ia sangat lega.

["Darling, apa kamu baik-baik saja? Aku minta maaf tak sempat mengabari mu tadi. Tuan Charlie sangat terburu-buru."] Suara bass Leo dari ponsel Tessa.

"Kamu di mana sekarang? Aku akan segera pulang. Kita bisa bertemu di rumah, kan?" tanya Tessa mengabaikan ucapan Leo tadi.

["Darling, aku sepertinya tak bisa pulang malam ini. Tuan Charlie mengajakku ke Manhattan sekarang juga. Kamu akan baik-baik saja, jangan cemas. Daddy Arnold akan mengantarmu pulang."]

Arnold lagi!

Tessa menghela napas berat mendengar penuturan Leo. Suaminya tidak tahu ayah tirinya itu seekor serigala yang lapar. Bahkan sekarang pun Tessa sangat takut pada pria di sampingnya itu.

["Darling? Kamu baik-baik saja, kan?"] Leo kembali berkata, karena suara Tessa tak terdengar lagi olehnya.

"Hm, aku baik-baik saja. Jangan cemas, matikan ponselnya," jawab Tessa berusaha mengerti akan suaminya yang sibuk.

["Baiklah, aku matikan ponselnya. Aku mencintaimu, Tessa!"]

Suara Leo pun menghilang seiring jemari Tessa melipat ponselnya. Crazy! Bagaimana sekarang? Leo tak ada di sampingnya. Tessa mulai ketakutan. Ekor matanya melirik ke arah Arnold. Pria itu tampak fokus mengemudi.

Perjalanan menuju mansion Leo masih cukup jauh. Namun, tiba-tiba saja Arnold menepi di pinggiran jalan yang sepi. Tessa mulai cemas dan curiga. Kenapa Arnold menepi di tempat seperti ini?

"Kenapa berhenti di sini? Cepat kemudikan mobilnya. Aku ingin segera pulang!" Tessa menatap geram pada Arnold.

Pria itu masih memegang kemudi. Arnold tersenyum penuh arti pada Tessa.

"Kenapa kamu galak sekali? Bisakah kita melakukannya di sini? Aku rasa di dalam mobil lebih asyik," jawab Arnold sembari menoleh pada Tessa. Bibirnya tersenyum seringai, lantas segera membuka seat belt yang melingkar di tubuhnya.

"Mau apa kamu, Dad? Jangan kurang ajar! Aku menantu mu!"

Tessa segera mundur saat Arnold mendekat padanya. Bahkan pria itu melepaskan tukedo hitamnya dengan santai.

"Jangan takut, Tessa. Aku akan pelan-pelan melakukannya. Kamu pasti kecanduan, Sayang." Arnold tersenyum seringai dan segera meraih kedua pipi Tessa, lantas menempelkan bibirnya pada bibir ranum wanita itu.

"Umh!"

Tessa berusaha berontak. Namun, Arnold mengunci kedua tangan wanita itu dan segera menindih tubuhnya.

"Dad ..."

Tessa melenguh kala Arnold mengecup di sekitar tulang selangkanya. Kecupan dan gigitan itu sungguh sangat nikmat. Tessa hampir terbuai karenanya.

"Tidak, Dad!" racau Tessa tak karuan.

Arnold berhasil membuka ritsleting kecil pada punggung gaun Tessa, lantas menurunkan bagian atas gaunnya hingga berkumpul di pinggang.

Dengan bersemangat Arnold segera menyerang kedua bongkahan besar di bagian depan tubuh wanita itu. Tessa mengerang hingga meracau tak karuan.

Sentuhan Arnold telah memantik api gairah yang telah lama padam. Mengisi bagian yang lama dikosongkan pada dirinya, dan membentuknya kembali utuh.

Perlahan dia pun melepaskan cengkeraman tangannya dari punggung Arnold. Matanya terpejam tak menentu.

"Kamu menyukainya, Tessa?" bisik Arnold.

Hilang sudah kewarasannya, Tessa mengangguk tak terkendali. Arnold pun merengkuh tubuh Tessa dengan penuh gairah.

"Ayo kita lakukan, Sayang."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    13. LELAH BERCINTA

    Setelah merasa lebih tenang, Lusi segera melepaskan pelukannya dari tubuh kekar Leo. Dia memegang kedua bahu pria di hadapannya itu. Matanya yang basah menatap dalam-dalam ke manik-manik birunya yang tampak sendu."Tuan Muda," ucap Lusi dengan lirih. Dia menahan tangisnya mati-matian.Leo mengernyitkan dahi, heran. "Bibi, katakanlah! Kenapa Bibi sampai jatuh ke kolam? Aku rasa Bibi bukan orang yang ceroboh, kan?" Leo memegang kedua tangan Lusi yang masih memegangi kedua bahunya. Matanya mengunci tatapan wanita itu."Tuan Muda, Nyonya Tessa. Dia--"Lusi berusaha sekuat tenaga untuk mengatakan apa yang sudah dilihatnya. Arnold dan Tessa, mereka menjalani hubungan ilegal di belakang Leo."Tessa? Ada apa dengan Tessa? Katakan!" Leo mulai panik karena Lusi menyebut nama istrinya.Dia mencemaskan Tessa."Nyonya Tessa--" Lusi terisak-isak. Kalimatnya tergantung begitu saja.Melihat sikapnya yang aneh, Leo keheranan tak karuan."Leo! Kamu sudah pulang? Hei, apa yang sedang kamu lakukan di tep

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    12. PEMUAS NAFSU

    Tessa dan Leo masih berdiri berhadapan. Keduanya saling bertatapan. Arnold mulai muak melihat semua itu, dia pun ikut berdiri menengahi mereka."Ada apa ini? Kenapa kalian ribut? Ayo kita lanjutkan sarapannya," tukas Arnold dengan wajah tanpa dosa."Tessa, kamu sedang menyembunyikan sesuatu dariku!" Leo menunjuk wajah Tessa dan berlalu meninggalkan meja makan dengan kesal.Tessa segera menyusul. "Leo!""Baiklah, ayo kita sarapan sendiri saja." Arnold kembali duduk dan menikmati sarapannya dengan santai. Persetan dengan Tessa dan Leo yang sedang berseteru itu."Leo, dengarkan aku! Ada apa denganmu? Mengapa kamu marah-marah tak jelas?" Terhuyung-huyung Tessa mengejar langkah panjang Leo yang sudah tiba di teras depan mansion."Leo, kumohon jangan begini. Ada apa denganmu?" Akhirnya Tessa berhasil mengejar Leo. Ia segera mendekap punggung pria itu."Lepaskan, Tessa!" Leo dengan kasar menepis tangan Tessa darinya. Kali ini wajahnya tampak sangat kesal pada wanita di hadapannya itu."L

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    11. AKSI GILA ARNOLD

    Diluar hujan deras malam itu. Petir menyambar-nyambar bangunan megah Mansion Leo. Tessa dan Arnold sedang berdiri berdua di dalam kamar. Arnold tak henti meliarkan bibirnya pada tengkuk leher Tessa hingga menggigit bahunya gemas."Hentikan, Dad--aku tak tahan lagi," racau Tessa dengan matanya yang terpejam tak menentu.Arnold merengkuh tubuh polosnya dari belakang. Memainkan lembah cinta Tessa dengan sentuhan intim."Dad--" Tessa semakin menginginkan lebih. Namun, sepasang matanya tiba-tiba melihat bayangan Leo yang sedang berdiri di luar jendela kamar. Ia membulatkan manik birunya kaget. Kilat petir menegaskan bayangan Leo di sana.Ya, itu Leo!"Leo!" pekik Tessa segera mendorong tubuh Arnold darinya. Dia segera meraih selimut putih guna membalut tubuh polosnya. Dengan langkah cepat ia segera keluar kamar mengejar Leo."Leo, dengarkan penjelasanku dulu! Ini tak seperti yang kamu kira. Aku ..." Tessa hampir gila melihat Leo tampak sangat murka padanya."Leo, katakan sesuatu! Aku sa

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    10. BERMAIN SOLO

    Leo menyapu pandangan di sekitar kamar mencari Tessa. Di mana istrinya itu? Apakah di kamar mandi? Leo segera memutar langkahnya menuju pintu kaca di sudut ruangan. "Darling!" Teriaknya berharap Tessa akan menjawab. Namun sepertinya Tessa memang tak ada di kamar. Brak!Suara apa itu? Leo sangat kaget sekaligus cemas. Dia segera berlari menuju ruang ganti di mana suara gaduh itu berasal. Ya Tuhan ... apa yang terjadi? Leo sangat mencemaskan Tessa. "Tessa?" Leo membulatkan matanya melihat Tessa baru saja mau bangkit dari lantai di ruang walk-in closet. Entah apa yang terjadi. Tessa sepertinya baru saja terjatuh dari sofa. Dengan perasaan cemas luar biasa, Leo segera menghampiri wanita itu. "Darling, apa yang terjadi padamu? Apa kamu baik-baik saja?" Leo membantu Tessa untuk berdiri. Kemudian dia menggiring sang istri menuju pada sofa. "Aku tadi terjatuh dari sofa. Aku baik-baik saja, kok!" Tessa memberikan wajah manja pada suaminya. Dia tahu bagaimana caranya agar Leo luluh pad

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    9. KEGILAAN ARNOLD

    Waktu terus berjalan. Arnold seharusnya sudah kembali lagi ke Austria untuk mengurus kantor Leo di sana. Namun pria penyuka red wine ini menolak saat Leo memintanya untuk kembali ke Austria. Arnold mengatakan, jika di sana ada asistennya yang bisa diandalkan untuk mengurus kantor.Tidak berpikiran buruk pada Arnold, Leo pun setuju saja. Leo pikir Arnold lebih baik berada di sini, karena ada yang menjaga Tessa saat dirinya tak berada di rumah atau sedang tugas di luar kota. Leonil Stratan Scoth! Terbuat dari apa sih hatinya? Kenapa dia tidak mencurigai Arnold yang lebih betah di mansion sepanjang hari daripada membantunya di kantor?Padahal, Leo sangat sibuk akhir-akhir ini karena perusahaannya sedang berkembang pesat. Sedangkan si brengsek Arnold malah sibuk menggarap sawahnya saat dirinya tak ada.Tessa yang malang tak bisa menolak gairah gila Arnold. Pria itu selalu mengancam kalau ia akan membeberkan video laknat itu pada Leo dan orang juga tuanya. Namun, belakangan ini Leo mema

  • GAIRAH PAPA MERTUAKU    8. PEMBALASAN ARNOLD

    Tessa menelan ludah kasar mendengar permintaan Leo. Pria di hadapannya itu adalah suaminya. Suami sah-nya! Dia tak mungkin menolak keinginan Leo akan tubuhnya. Meski sedang sangat letih, akhirnya Tessa pun mengabulkan keinginan Leo.Sungguh luar biasa. Leo mulai ada kemajuan. Sudah hampir satu jam berlalu, tapi Leo masih belum mencapai puncaknya.Tessa mengerang, bahkan meracau. Bercinta dengan pria yang sangat ia cintai memang jauh lebih indah dan bergairah daripada bersama si brengsek Arnold."Bagaimana, Darling? Apa ada perubahan?" bisik Leo sembari menggerakkan pinggangnya perlahan di atas tubuh polos Tessa."Luar biasa, Honey. Aku menyukainya!" pekik Tessa sangat senang karena kini Leo telah kembali."Baiklah, Sayang. Ayo kita selesaikan!" semangat Leo. Dia segera membalik posisi tubuh Tessa. "Leo ..." Tessa mengerang menikmati. Penyatuan itu pun bertahan sampai akhirnya Tessa dan Leo merasa sama-sama terpuaskan.Arnold yang sedang berjalan tak sengaja mendengar suara-suara lak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status