Hari itu Aku nekat mengundang Awan ke dalam ruang VIP keluarga kami, sengaja kubuka rahasia tentang siapa Ayahnya pada Awan. Ternyata, tebakanku benar! Kalau Awan sama sekali tidak tahu siapa Ayahnya selama ini. Ia terlihat sangat syok namun tidak juga bisa membantah pernyataanku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Awan saat itu, hidup tanpa tahu tentang siapa Ayahnya sama sekali, itu pasti akan berat. Waktu itu, aku membayangkan Awan akan menemui Ayahnya dan om Kelvin akan menerima Awan dan Ibunya dalam keluarga besar Sanjaya. Aku pasti akan jadi wanita pertama yang mendukung jika hal tersebut terealisasi, karena aku yang mulai sayang pada Awan. Dibanding kakaknya, Hadi Sanjaya yang telah dijodohkan oleh Kakek denganku, namun aku tegas-tegas menolaknya, karena Hadi adalah tipe lelaki yang hanya bisa memanfaatkan harta kekayaan orang tuanya, dia sama sekali tidak membuatku tertarik, bahkan setelah beberapa kali pertemuan kami.Aku sangat bersemangat menantikan hari di
POV AuthorSeorang pria tua menatap seorang wanita yang dengan seriusnya menatap seorang pemuda yang terbaring tidak sadarkan diri di dalam sebuah ruang VIP di salah satu rumah sakit yang terkenal di Kota tersebut. Kakek yang juga merupakan ketua Klan Atmaja tersebut, menatap heran dengan tingkah gadis tersebut. Walau ia sudah berulang kali menyuruh pengawalnya untuk mengusir secara halus perempuan tersebut untuk pergi, namun ia tetap bersikukuh untuk tetap berada disana. Walau hanya bisa menatap dari balik kaca, ia tetap berdiri disana. Entah apa yang dipikirkan oleh anak dari keluarga Tanuwijaya tersebut. Matanya menyiratkan rasa cinta dan kesedihan yang mendalam pada cucu kakaknya tersebut. Aidil Fikri memperhatikan dalam diam dan berdiri tidak jauh di belakangnya Angel, tanpa seorangpun yang menyadari keberadaannya. Walau ia sendiri tidak suka dengan keluarga besar Tanuwijaya karena hubungan mereka dengan keluarga Sanjaya, yang notabene adalah keluarga Ayah kandungnya Awan. Namun
Aku belum bisa tenang, sebelum berjumpa dengan Awan. Dari pembicaraan Dokter Donna dengan Papa dan Mama saat aku bersitirahat tadi, aku bisa tahu kalau Awan juga di rawat di rumah sakit ini. Tapi, kenapa ia tidak menemuiku ? atau jangan-jangan, Awan dalam kondisi yang parah sehingga membuatnya tidak bisa menjengukku ? Oh Tuhan, semoga tidak terjadi apa dengan Awanku. Ibu juga, kenapa ia tidak ada disisiku seperti biasanya ? apa jangan-jangan, Ibu terluka parah kena pukulan orang itu ? memikirkan keduanya, membuatku semakin ingin untuk mengetahui kondisi Awan dan Ibu. Akhirnya, aku paksakan membuka selang oksigen dari hidungku. Namun saat akan membuka selang infus dari tangan, aku tidak berani. Dari kecil, aku paling takut dengan yang namanya jarum. Jadi terpaksa kutenteng tabung infus tersebut, lalu berjalan keluar ruangan.Walau dengan langkah tertatih, kucoba untuk mencari informasi ruangan tempat Awan dirawat. Untungnya, dari perawat yang jaga sore itu, aku berhasil mengetahui ruan
Kejadian malam itu, membuatku baru sadar tentang peringatan yang pernah disampaikan oleh Ayah sebelumnya. Karta yang bertindak curang dan hendak berniat membunuh Awan, justru dihadang oleh Bibiku dengan menjadikan tubuhnya sebagai tameng. Bibi terluka parah akibat pukulan Karta, dan itu membuat Awan jadi sangat menggila. Matanya terlihat memerah seperti orang kesurupan, tatapannya nanar dan tidak bisa lagi membedakan mana lawan dan mana kawan. Lawan yang sebelumnya membuat Awan dan Ayahku kesulitan, hanya dalam sekali pukul membuat mereka tewas seketika. Itu benar-benar gila, kekuatan dan kecepatannya sangat mengerikan. Semua orang yang ada dalam ruangan sampai terpana melihat ke arahnya. Sempat muncul ketakutan dalam diriku, kalau sampai Awan yang tidak dalam kontrol diri tersebut menyerang salah satu dari kami. Untungnya, aura yang kuat dari Karta membuat Awan teralihkan dan menyerangnya.Panggilan Bibiku berhasil mengembalikan kesadaran Awan waktu itu. Entah apa jadinya, jika Awan
Apa yang kurasakan tadi hanya delusi semata, kepalaku terasa mau pecah memikirkan semuanya. Saat seperti itu, Aku kembali mendengar sebuah suara yang tidak asing lagi bagiku dan suaranya terdengar sangat nyata, "AWANNN, BERJANJILAH SUATU SAAT KAMU AKAN KEMBALI, AKU DISINI MENUNGGUMU.""Nisa ?""Nisa ? Kamu kah itu ?""Nisa, Kamu dimana ?""Siapapun yang ada disana, tolong jawab Aku ?"Tanyaku seperti orang Gila.Tidak! aku sedang tidak berhayal. Suara Nisa terdengar sangat jelas ditelingaku. Bagaimana mungkin ini hanya mimpi ?"ARGGGHHHHHHH...." Aku berteriak sekeras-kerasnya untuk melampiaskan rasa frustasiku.Setelah berteriak sekencang-kencangnya, aku merasakan sedikit kelegaan. Akhirnya semua terasa hening kembali.Aku seakan kehabisan tenaga, Aku telah mencapai titik akhir pengharapanku. Percuma, Aku berusaha, bagaimanapun caranya! Aku terperangkap dalam kegelapan yang membuatku tidak tahu lagi membedakan, apa Aku sudah mati atau masih hidup. Semua yang kulihat dan kurasakan hany
"Inyiak, apakah kamu membenciku dan pendahuluku ?""Aku tahu, permintaan maaf saja tidak akan cukup menghapus kebencian dalam hatimu. Aku siap menanggung semua kesalahan yang telah dilakukan oleh pendahuluku padamu dan keturunanmu." Ucapku pasrah. Aku bisa memahami apa yang dilakukan oleh Kakek buyutku dulu yang tidak ingin bergantung pada kemampuan penunggu gunung merapi, namun Aku juga bisa menerima kemarahan dan kebencian oleh Inyiak pada keluarga kami, karena merasa dikhianati dan dicampakkan, ibarat kata pepatah 'Habis manis, Sepah dibuang'. Apalagi, dengan keadaanku sekarang ini! Pernah hidup dan menghirup udara di kehidupan ini, pernah bertemu dengan orang-orang yang kusayangi dan orang-orang yang menjadikanku keluarga mereka, aku sudah sangat puas, nikmat mana lagi yang bisa kudustakan."Rrr.."Mata Inyiak terlihat menghilang.SlinggggMata yang semula menghilang, kini berada persis 2 jengkal di depanku. Bisa kurasakan panas nafas Inyiak menerpa wajahku."Ternyata ramalan itu
Aidil Fikri tersenyum mendengar kemantapan hati cucunya tersebut, "Bukan sebagai penerus Ketua Klan Atmaja, Awan akan jadi penerus darah keluarga Fikri yang sejati. Itulah alasan Kakek tidak menurunkan ilmu keluarga Kakek padamu, karena itu hanya bisa dipelajari oleh keturunan lelaki saja. Itu pula, alasan kenapa Kakek meminta Usman yang jadi Gurumu. Maafkan Kakek." Ucap Aidil Fikri tulus.Noura jadi mengerti, ternyata itu alasan Kakeknya tidak mengajarinya ilmu beladiri secara langsung, padahal kemampuan Kakeknya itu tiada duanya. Dan malah menyuruh salah seorang Seven Devil untuk melatihnya. Ketika berjumpa dengan semua Seven Devil beberapa hari ini, Noura jadi semakin paham kenapa dari sekian Seven Devil, Pak Usman lah yang dipilih Kakeknya jadi guru bela dirinya. itu karena Pak Usman lah yang lebih bijak dan paling baik sifatnya. Jika saja Noura berlatih dengan Seven devil yang lain, mungkin sifatnya yang keras akan jadi lebih bengis dan kejam. Pak Usman mampu membuat sifat Noura
Setiap manusia memiliki sisi liar yang tersembunyi dalam dirinya,Saat batas antara hitam dan putih itu pudar,Saat batas antara kebaikan dan kejahatan itu menghilang,Saat emosi terdalam menutupi akal dan nurani,Maka sisi liarlah yang akan mengambil kendali.-Awan-***POV Author."Aarrgggghhhhh..." Awan berteriak sangat kencang untuk melepaskan sesak yang beberapa waktu belakangan ini semakin kuat dirasakannya.Apa Awan sudah gila ? Tidak, ini bukan gila seperti yang umum didefinisikan. Sejak sadar dari komanya tempo hari, Awan mulai merasakan keganjilan dan keanehan yang terjadi pada dirinya. Kepekaannya terhadap keadaan disekitarnya menjadi naik berkali-kali lipat dari sebelumnya, tanpa bisa dikontrolnya. Sebuah kemampuan yang pernah digunakannya ketika membongkar kejahatan di kantor Ayah angkatnya, Agus Wijaya. Sebuah kemampuan yang bisa merasakan emosi dari orang-orang disekitarnya. Saat ini, kemampuan yang tanpa sengaja dipelajari sebelumnya tersebut meningkat secara drastis.