Share

KADO

Author: Raifiza27
last update Last Updated: 2021-06-21 16:57:29

“Jawaaaab!!!”

Matanya melotot mengarah pada sang suami. Suara Bu RT terdengar sangat kencang. Membuat Joko jadi gemetaran.

“Wahhh, mereka kayaknya lagi baku hantam. Ada permasalahan apa ini?” tanya Joko cemas. “Apa perlu aku panggilkan Pak Wakil ya?”

Tiba-tiba, terdengar derap langkah kaki yang berlari ke arahnya.

Bruaaakkk!

Pintu terbuka dengan kasar. Pak RT berlari kencang menghindari pukulan Bu RT yang membawa wajan dan panci.

“Sini, Pak!”

Joko yang berada di balik pintu. Mengerang kesakitan. Kepalanya terbentur keras daun pintu. Dengan tertatih dan meringis. Dia keluar, menampakkan diri.

 “Assalamualaikum, Pak RT!”  Suara Joko terdengar parau berasa ingin minum. Entah kenapa tiba-tiba saja, tenggorokannya kering.

Sontak suara salam yang diucapkan Joko, membuat keduanya menoleh.

“Waalaikumsalam!” Sahut mereka berdua serempak.

Tiba-tiba  ….

“Mas Joko!!!” teriak keduanya kencang.

Pandangan mereka tertuju tajam pada tetangga sebelah kanannya itu.

“Mas Joko ngapain di sini?” teriak Bu RT, keheranan.

“Maaf, Bu RT. Saya tadi mau ketuk pintu, kok tiba-tiba pintu dibanting keras. Lecet dahi saya ini.”

“Ohhh!” Bibir Bu RT membulat. “Maaf ya, Mas Joko.”

“Silakan duduk Mas Joko!” Pak RT langsung mempersilakan. Masih terdengar keras hembusan napas keduanya yang tersengal-sengal.

“Bapak sama Bu RT, lagi latihan apa sih?”

“Heee … enggak ada apa-apa kok, Mas Joko,” sahut Bu RT lemah lembut. “Ada acara apa ke sini?”

“Bu! Biar Mas Joko urusannya sama saya. Ibu diam saja!”

Tanpa menjawab, wanita itu cemberut dan wajahnya terlihat masam.

“Ada keperluan apa, Mas?”

“Mohon maaf sebelumnya, Pak, Bu. Saya ke sini cuman mau ambil pakaian dalam istri saya yang nyangkut di pohon belimbing rumah Pak RT.”

“Yang warnanya merah?” tanya mereka berdua spontan kompak.

Joko manggut-manggut, malu.

“Jadi BH yang cuman tali itu, punya Jeng Ana toh?” tanya Bu RT dengan suara kencang.

“Hussst! Bu, jangan kencang-kencang toh.”

“Iya, itu punya istri saya. Sama celananya juga.”

Buru-buru Bu RT masuk ke dalam rumah.

“Untung Mas Joko keburu datang. Kalau enggak, aku sudah babak belur.”

“Sekali lagi maaf, Pak.”

Tak lama berselang. Bu RT berjalan dari arah dalam sambil menenteng  G-string merah. Lalu dia  berdiri di ambang pintu dengan mengangkat cukup tinggi G-string milik Ana.

“Opo ini, Mas?”

“I-iya, Bu,” jawab Joko tertunduk.

“Oalaaa Mas, itu punya Jeng Ana toh?”  Bu RT langsung memberikannya pada Joko.

“Tiwas Pak RT ta seneni,  Mas Joko (Terlanjur pak RT saya marahi Mas Joko). Saya kira dia punya selingkuhan.”  Bu RT langsung mengelus tangan Pak RT mesra. “Soalnya Pak RT ini lho, kalau manggil janda genit itu, Dek! Kan yo wajar aku curiga.”

Joko tak berani memberikan tanggapan apa pun. Dia hanya cengar cengir dan tersenyum masam.

“Aku tadi sudah mencak-mencak lho Mas Joko. Kok yo berani dia beli pakaian dalam model nakal seperti itu,” ucap Bu RT, dengan mata yang  melotot ke arah Joko. Pak RT sendiri hanya senyam-senyum tak jelas.

“Tadinya saya sempat sumringah. Saya kira itu hadiah untuk pernikahan kami yang ke 25, Mas Joko. Eeeeh,  lah.  Kok modelnya seperti itu?  Terus mana muat sama saya, ‘kan?  Hehehee … iya toh Pak?” Tangannya mencolek pak RT yang cuman bisa diam mendengar celoteh sang istri.

“Kira-kira lho, apa Bapak mau aku pakai model begitu?” tanya Bu RT sambil mengerling.

“Opo enggak koyok lepet tah Bu sampean?  (Apa enggak seperti kue lepet kamu, Bu?)”  jawab Pak RT. Yang langsung disambut pukulan sang istri dilengan.

Sebelum mereka bertengkar lagi. Joko segera pamit pulang. Buru-buru dia meninggalkan mereka .

“Huuufhh! Akhirnya bisa aku dapatkan lagi milik Ana ini,” bisik Joko tersenyum.

Langkahnya bergerak cepat menuju pagar. Dia hanya ingin segera pulang. Takut akan terjadi lagi perang dunia. Hingga sebuah seruan membuat langkahnya terhenti.

“Mas Joko!”

Sosok Bu RT memanggil sembari berlari. Membuat seluruh bagian anggota tubuhnya bergoyang. Joko sampai melempar pandangan jauh, karena merasa risih.

“Ada apa, Bu?”

“Jawabnya jangan kenceng-kenceng yo, Mas.  Namanya pakaian tadi apa toh? Trus belinya dimana?”

Pertanyaan wanita ini, membuat Joko tak bisa berkata-kata. Sampai sebuah pukulan cukup keras mendarat di lengannya.

Buughhh!

“Mas Joko!” bisik Bu RT.

Sontak pukulan di lengannya, membuat Joko gelagapan.

“Jawab dong Mas Joko! Namanya tadi itu apa? Belinya di mana?” Kembali Bu RT memaksanya.

“Maaf, Bu. Saya enggak tau. Yang lebih tau Ana.”

“Ohhh, ya udah kalau gitu!”

Bu RT meninggalkan Joko pergi dan masuk rumah. Dia hanya bisa geleng-geleng kepala. Belum sampai langkah kakinya keluar dari pagar. Kembali terdengar sebuah suara yang memanggil.

“Mas Joko!”

Lelaki berkumis tebal itu sudah berada di belakang Joko.

“Mas Joko, pakaian dalam tadi kok bagus dan seksi gitu. Beli di mana sampean?”

Tampak Joko menggaruk lehernya yang tak gatal. Sambil cengar cengir. Dia pun kebingungan harus menjawab apa?

“Aku ini ingin beri kado spesial, Mas Joko. Tolong bantulah!”

“Kado buat hari spesial juga, Pak?” Sepertinya dia teringat apa yang tadi diucapkan oleh Bu RT. Tentang kado hari pernikahan ke 25.

“I-iya, Mas Joko,” sahut Pak RT terkekeh.

“Terus maksud Pak RT apa ya?”

Lelaki berkumis tebal itu, cengengesan. Lalu berbisik, “Boleh titip yang model sama kayak gitu, Mas Joko?”

“Waduuhhh! Mending Pak RT beli sendiri deh. Ukurannya kan saya enggak tau toh, Pak. Lagian warna dan modelnya macem-macem.”

“Maksud aku  biar surprise Mas Joko. Kalau aku yang beli nanti ketahuan.”

Sejenak Joko terdiam dan berpikir.

“Tapi, yang susah itu ukurannya, Pak. Apalagi untuk ukuran sebesar Bu RT, harus inden dulu.”

Spontan kedua tangan pak RT melambai, menolak. Seakan ada perkataan Joko yang salah. Lalu pak RT menarik lengan Joko agar mendekat. Dia berbisik,

“Enggak usah bingung soal ukurannya. Belikan yang seukuran sama persis dengan istri Mas Joko!”

“Haaaa? Ta-tapi  … ‘kan—“

_II_

Hemmm ... Pak RT?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GARA GARA G-STRING   ANA MENCARI TAHU

    "Wulaaan???" ulang Bu RT dengan gigi yang berbunyi gemertak. Semakin membuat Pak RT salah tingkah dan kelimpungan."Modyarrrr!" bisik Pak RT. "Bagaimana bisa aku kelepasan omong. Kenapa aku harus bilang rumahnya Wulan?" Masih berbisik."Dari ... mana Bapak bisa tahu aku cariin Bapak di rumah janda gatel itu?""Ehhh, perasaan aku tadi enggak bilang. Ibu saja kali yang kedengerannya kayak gitu.""Pak, aku serius. Kupingku ini masih jangkep, enggak bakalan salah denger!""Yaaaa, aku tadi 'kan cuman nebak. Ibu 'kan biasanya memang suka ke situ."Pak RT menjawab enteng, pura-pura tenang dan santai, seolah tidak ada yang terjadi. Mendengar jawaban suami yang seperti itu, Bu RT hanya bisa manyun satu meter. Wanita bertubuh subur itu, berlalu meninggalkan suaminya yang senyum-senyum sendiri.'Aku mau kirim pesan sama Dek Wulan. Pokoknya aku enggak bisa terima dia jalan sama si Beny itu!' bisik Pak RT dalam hati.Tangannya b

  • GARA GARA G-STRING   KETAHUAN YA, PAK (?)

    "Tuh, Pak. Pakai tali itu, kayak Tom Cruise di Mission Impossible. Ngerti Pak?""Ta-tali?"Wulan manggut-manggut. Lalu, dia maju beberapa langkah. Menarik kain panjang dan mengikatnya pada salah satu sisi pagar besi."Ayo sekarang Bapak naik, dan pegang tali ini!""Se-sekarang aku harus naik pagar ini, terus melompat ke bawah, Wulan?""Iya, enggak ada pilihan!""Waduuhhh!"Wulan bergerak cepat. Dia mengikat ujung kain dan melingkarkan di perut buncit Pak RT."Sekarang juga Pak RT turun, atau Bu RT akan keluarkan jurus lemparan maut. Bisa bendol dahi Bapak nanti.""I-iyaaa ...."Dengan berhati-hati, Pak RT mulai menaiki pagar. Sesekali dia melongok ke bawah."Dek, aku takut.""Pegang yang kencang, Bapak!"Wulan mengeluarkan tenaganya untuk menghentakkan kain tersebut."Loh ... loh, Dek Wulan! A-apa yang mau kamu lakukan?""BIar Bapak cepat mendarat di bumi!

  • GARA GARA G-STRING   LOMPAT PAGAR

    "Pak RT bisa ketahuan lho.""Biarinlah! Aku enggak mau ada masalah sama nih wanita. Bisa-bisa namaku dicatut terus sama dia kalau berurusan pelakor. Belum lagi suaranya yang super kencang itu."Ana hanya bisa menghela napas panjang. Sekilas dia melihat Mbok Lasmi yang berdiri di belakang Bu RT. Dia lebih tertarik menghampirinya, dan menanyakan perihal Joko dan Ana. Wanita cantik itu, meninggalkan Wulan dengan segala keruwetannya bersama Bu RT.Di sisi lain, Bu RT mulai menyusuri segala penjuru ruang. Wulan berusaha untuk tenang, sampai sudut matanya menangkap jempol kaki Pak RT di balik korden."Matek, Pak!" bisik Wulan terkesiap.Segera Wulan berdiri di depan korden, berusaha untuk menutupi jempol kaki Pak RT."Kok, Pak RT enggak ada? Memang kamu sembunyikan di mana ... haaaa?"Wulan menggeleng."Buat apa saya sembunyikan? Ibu bisa cek seluruh isi kamar dari lantai bawah sampai atas. Loh, kurang opo coba?""Kurang ajar!

  • GARA GARA G-STRING   KAMU KETAHUAN LAGI

    "Itu, kayaknya Bu RT? Ngapain mereka berdua?"Ana pun ikut mengikuti mereka. Sengaja dia berjaga jarak, agar tidak ketahuan."Apa, Pak RT bener-bener selingkuh sama Mbak Wulan? Kok sampai Bu RT bawa klompen?"Kedua matanya semakin menyipit tajam. Memperhatikan segala gerak gerik mereka."Bukannya Mbak Wulan itu sama Mas Beny, ya?"Rasa penasaran membuat Ana terus mengikuti kedua wanita itu. Dia mengendap-endap, mirip dengan agen MI (Mission Impossible). Merapatkan tubuhnya ke dinding rumah. Sambil sesekali menyelinap di antara pohon mangga."Loh, mereka main bukapagar aja. Aku harus cepat ke sana!"Ana pun berlari kecil mengejar mereka yang sudah memasuki, halaman rumah Wulan. Teriakan Bu RT mengguncangkan perumahan pagi ini."Bapaaaaaaakkk!!!" Sembari siap melemparkan serangan jurus maut.Klompen di tangan kanan sudah siap melayang."Bapaaaaaakkk!" teriak Bu RT tak peduli didengar oleh tetangga yang lain.

  • GARA GARA G-STRING   MEMBUNTUTI BU RT

    "Mbok Lasmi?!" Tampak raut wajahnya keheranan melihat kedatangannya. "Tumben, Mbok? Ada apa?""Ehhh ... Bu RT. Ini lho, tadi saya masak opor ayam. Mau kasih incip.""Wahhh, kebetulan saya juga belum masuk ini, Mbok. Ayo masuk dulu, Mbok!"Mbok Lasmi langsung terlihat senang. Dia meletakkan mangkoknya di atas meja makan."Opor sukaannya Pak RT, MBok.""Ohhh, sekarang ke mana Pak RTnya, Bu?""Paling di dalam. Sukanya 'kan pelihara kembang-kembang, Mbok."Mbok Lasmi, menyeringai masam. Mmebuat Bu RT menarik dagunya hampir menyentuh leher."Memangnya ada apa sih, Mbok?""Soalnya tadi saya kok melihatnya Pak RT keluar rumah, Bu RT. Jalan ke sana!""Sana, mana toh Mbok?""Sana itu lho, Bu RT. Mosok enggak paham toh?"Ucapan Mbok Lasmi semakin membuat Bu RT penasaran."Maksud Mbok Lasmi ke belakang?" Mbok Lasmi mengangguk. "Rumahnya si janda genit itu?" Hampir berteriak Bu RT mengatakanny

  • GARA GARA G-STRING   SEMANGKOK KARE AYAM

    "Gimana itu, Mbok? Kok, yo bisa-bisanya itu celana belalainya Mas Joko sampai gosong. Mana berlubang lagi. Gimana itu coba?!" sentak Ana dengan kesal."Sa-sabar dulu Mbak Ana. Nanti buntutnya ini, biar Mbok jahit.""Mana bisaaa, Mbok!"Ana sangat kesal, sampai membanting G-string belalai milik Joko. Napasnya memburu seiring amarah yang mau meledak."Mbok itu enggak tahu ini apa?""Ta-tahu, Mbak. I-itu 'kan ... ehhh, buat tempatnya manuk toh Mbak?""Manuk ... manuk opo, Mbok?""Ehhh ...."Mbok Lasmi hanya bisa gigit jari. Setiap jawaban yang dia lontarkan semakin membuat Ana marah dan berteriak. Langkah Ana terdengar menghentak di lantai."Walahhh, cuman tempat manuk gini ae kok yo marah-marah toh Mbak Ana ini."Ana yang mendengar gerutu Mbok Lasmi menghentikan langkahnya. Lalu, berbalik, "Mbok ngomong apa barusan?""E-enggak, ada ngomong Mbak.""Ngomong! Wong aku ini denger Mbok."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status